Pendahuluan Latihan Penciuman
Latihan penciuman atau olfactory/smell training merupakan latihan mandiri untuk menanggulangi anosmia atau hiposmia. Latihan penciuman adalah terapi nonfarmakologi yang dapat diajarkan kepada pasien agar dilakukan secara mandiri.[1,2]
Meskipun telah diketahui sejak lama, latihan penciuman ini mulai banyak dilakukan kembali sejak pandemi COVID-19 meluas. Latihan penciuman pertama kali dikembangkan oleh Thomas Hummel di Jerman pada tahun 2009. Latihan penciuman diperkirakan dapat mempercepat rekoneksi nervus olfaktorius dengan korteks.[1,2,4]
Latihan ini dilakukan 2 kali/hari, pada pagi hari setelah bangun dan malam hari sebelum tidur. Sebaiknya latihan penciuman ini dijadikan kebiasaan setiap hari, selama minimal 4 bulan atau 12 minggu.[1,3,6]
Latihan penciuman bertujuan untuk memperbaiki fungsi penciuman pada kasus disfungsi olfaktori fungsional, baik pada kasus pasca infeksi, pasca trauma, idiopatik, maupun akibat neurodegeneratif seperti pada penyakit Parkinson. Namun, latihan penciuman tidak memberikan efikasi yang baik pada disfungsi olfaktori struktural, seperti rhinosinusitis kronik, polip nasal, atau tumor otak. Tindakan operatif akan lebih bermanfaat pada kasus-kasus tersebut.[4]
Latihan penciuman disarankan pada pasien COVID-19 dengan anosmia persisten. Kelebihan dari terapi ini adalah biaya murah dengan efek samping kecil. Panduan tata laksana anosmia akibat COVID-19 di Inggris menyarankan latihan penciuman pada pasien yang kehilangan penciuman lebih dari dua minggu. Pilihan lain seperti kortikosteroid intranasal sejauh ini tidak terbukti bermanfaat pada anosmia akibat COVID-19.[1,3]