Vaksin influenza diperkirakan bermanfaat untuk pencegahan sekunder infark miokard akut pada pasien yang berisiko tinggi. Meskipun influenza sering dianggap sebagai infeksi minor, penyakit ini dapat menimbulkan bermacam morbiditas, termasuk infark miokard akut. Oleh karena itu, beberapa studi menyatakan bahwa vaksin influenza bisa diberikan untuk mencegah morbiditas pada pasien-pasien risiko tinggi.
Infark miokard akut merupakan salah satu penyebab morbiditas dan mortalitas tertinggi di dunia. Insiden infark miokard akut sering meningkat pada musim dingin dan musim influenza. Infeksi virus influenza dapat menjadi faktor pencetus masalah kardiologi, seperti miokarditis hingga infark miokard akut. Hal ini mendorong penelitian tentang influenza dan infark miokard akut banyak dilakukan.[1,5]
Beberapa studi menunjukkan adanya hubungan yang kuat antara influenza dan infark miokard akut, sehingga vaksin influenza diperkirakan dapat mencegah infark miokard akut, terutama pada pasien dengan risiko tinggi. Vaksinasi influenza diperkirakan dapat menurunkan risiko infark miokard akut hingga 15–45%.[1,6-8]
Namun, upaya pencegahan infark miokard akut dengan menggunakan vaksin influenza belum banyak diterapkan dalam praktik kedokteran sehari-hari meskipun data yang ada sudah mendukung penggunaannya.[1,9-11]
Upaya preventif infark miokard akut masih berfokus pada: (1) modifikasi gaya hidup seperti berhenti merokok, manajemen diet, dan olahraga; (2) terapi medikamentosa seperti statin, antihipertensi, dan antiplatelet; dan (3) rehabilitasi jantung.[1,12,13]
Bukti Epidemiologi tentang Hubungan Influenza dan Infark Miokard Akut
Influenza dan infark miokard akut merupakan dua kondisi dengan morbiditas yang sangat tinggi. Insiden keduanya dilaporkan sama-sama meningkat, terutama pada musim dingin atau musim flu.[2,14]
Studi Warren-Gash menunjukkan peningkatan kasus rawat inap akibat infark miokard akut pada musim dingin yang berkaitan dengan influenza. Di Inggris dan Wales, angka rawat inap adalah 0,7–1,2% dan mortalitas adalah 3,1–3,4%. Sementara itu, di Hong Kong, angka rawat inap adalah 3,0–3,3% dan mortalitas adalah 3,9–5,6%.[2]
Penelitian Kwong tahun 2018 juga menemukan peningkatan insiden infark miokard akut yang mencapai 6 kali pada 7 hari pertama infeksi influenza bila dibandingkan dengan saat tidak ada infeksi influenza. Hal ini membuktikan adanya hubungan infark miokard akut dan virus influenza sebagai salah satu faktor pencetus infark.[4]
Studi lain juga menunjukkan adanya kenaikan risiko infark miokard sebanyak 17 kali lipat pada pasien yang mengaku mengalami infeksi pernapasan ringan dalam 1–7 hari terakhir (sebelum waktu studi).[1,5,6]
Mekanisme Terjadinya Infark Miokard Akut Akibat Influenza
Saat ini belum banyak teori bisa menjelaskan mekanisme terjadinya infark miokard akut akibat infeksi virus influenza. Teori yang ada mengatakan bahwa hal ini dapat terjadi karena sitokin inflamasi, gangguan plak aterosklerosis, dan trombogenesis.[14,15]
Infark miokard disebabkan oleh kurangnya suplai oksigen ke otot jantung. Saat infeksi influenza terjadi, tubuh akan merespons dengan cara mengeluarkan sitokin-sitokin proinflamasi, seperti interleukin (IL-6) dan tumor necrosis factor (TNF) alfa. Septikemia karena influenza juga dapat meningkatkan oksidasi low-density lipoprotein (LDL) dan menurunkan efek antioksidan dari high-density lipoprotein (HDL).
Proses proinflamasi ini menyebabkan status pro-trombotik dan mengganggu stabilitas plak aterosklerosis. Hal ini dapat memperparah sumbatan pembuluh darah koroner yang sudah mengalami stenosis, sehingga menyebabkan hipoksia jaringan.
Infeksi influenza juga diperkirakan dapat menyebabkan vasokonstriksi karena aktivasi simpatetik yang dapat memperberat gangguan aliran darah. Infeksi influenza juga dapat memicu inflamasi sistemik dan meningkatkan kebutuhan metabolik akibat demam dan takikardia. Hal ini akan menyebabkan hipoksia dan vasokonstriksi lebih lanjut.[1,14,15]
Efektivitas Vaksin Influenza untuk Pencegahan Sekunder Infark Miokard Akut
Vaksin influenza dapat mencegah infeksi influenza dan kaskade infark miokard akut karena flu. Vaksin influenza juga dinilai dapat menurunkan reaksi silang antara antibodi vaksin dan reseptor bradikinin, sehingga kadar nitrit oksida meningkat. Peningkatan nitrit oksida ini dapat meningkatkan efisiensi penggunaan oksigen miokardial dan melancarkan aliran darah dengan vasodilatasi serta angiogenesis.[1]
Studi menunjukkan bahwa vaksin influenza memiliki efektivitas sekitar 19–45% untuk mencegah infark miokard akut. Namun, salah satu meta analisis dari uji-uji acak terkontrol menunjukkan bahwa efek protektif vaksin influenza terhadap infark miokard akut bersifat kurang signifikan secara statistik.
Hasil analisis tersebut menjadi dasar dilakukannya meta analisis lain terhadap 7 studi kontrol-kasus dengan >17.000 pasien. Meta analisis ini menunjukkan bahwa vaksin influenza dapat mengurangi risiko terjadinya infark miokard akut pada pasien risiko tinggi hingga 29% (95% CI 9–44%).
Studi case-series pada 20.000 pasien infark miokard akut baru dan 19.000 pasien stroke pertama kali juga menunjukkan tidak ada peningkatan risiko infark miokard akut atau stroke dalam 3 bulan setelah vaksinasi. Vaksin influenza juga dapat menurunkan kejadian kardiovaskular sekitar 10% pada pasien dengan sindrom koroner akut dalam 12 bulan setelah vaksinasi.[1,16]
Studi Howard yang membandingkan empat studi dengan total 165.791 pasien yang divaksin influenza dan 121.990 pasien yang tidak divaksin influenza juga menunjukkan adanya penurunan risiko IMA sebesar 27% pada pasien yang mendapatkan vaksinasi. Mortalitas pada pasien yang mendapatkan vaksinasi juga menurun tajam sebesar 40%.
Studi flu vaccination acute coronary syndromes (FLUVACS) juga menunjukkan bahwa kematian akibat penyakit kardiovaskular lebih rendah pada pasien yang divaksin (2%) daripada pasien yang tidak divaksin (8%) pada waktu 1 tahun follow-up.
Selain itu, salah satu studi dari Journal of the American Medical Association (JAMA) juga menunjukkan bahwa vaksin influenza efektif untuk menurunkan risiko serangan jantung, terutama pada kelompok pasien risiko tinggi dengan penyakit jantung vaskular yang lebih aktif.[8,17]
Rekomendasi Vaksin Influenza untuk Pencegahan Sekunder Infark Miokard Akut
Rekomendasi untuk memberikan vaksin influenza untuk mencegah infark miokard akut sudah dilakukan di beberapa negara. Untuk mencegah morbiditas dan mortalitas akibat IMA, vaksin influenza dianjurkan untuk diberikan satu kali setiap tahun kepada pasien dewasa dengan risiko tinggi penyakit jantung koroner dan pasien berusia >60 tahun. Rekomendasi ini didukung oleh American Heart Association (AHA).[1,8]
Studi FLUVACS juga menyatakan bahwa vaksin influenza dapat diberikan segera setelah kateterisasi jantung (percutaneous coronary intervention atau PCI) pada pasien yang mengalami infark miokard ST-elevasi (STEMI) maupun non-ST elevasi (NSTEMI). Opsi lainnya adalah pemberian vaksin influenza dalam 72 jam setelah onset gejala infark miokard akut.[17]
Satuan Petugas Imunisasi Persatuan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia 2021 (Satgas Imunisasi PAPDI) menyarankan vaksinasi influenza 1 kali setiap tahun pada pasien berusia >19 tahun hingga >65 tahun. Namun, hal ini belum dijadikan upaya rutin untuk mencegah infark miokard akut.[18]
Kesimpulan
Vaksin influenza dapat menurunkan morbiditas dan mortalitas karena infark miokard akut. Hal ini sudah direkomendasikan dan rutin dipraktikkan di Amerika Serikat oleh American Heart Association, tetapi belum rutin dilakukan di Indonesia. Rekomendasi nasional untuk pemberian vaksinasi influenza sebagai upaya preventif sekunder pada infark miokard akut masih harus dikembangkan.
Menurut rekomendasi internasional, vaksinasi influenza dapat diberikan satu kali setiap tahun pada pasien dewasa yang berisiko tinggi IMA dan seluruh pasien yang berusia >60 tahun. Pasien yang mengalami STEMI ataupun NSTEMI dapat menerima vaksin influenza segera setelah PCI atau dalam waktu 72 jam setelah onset gejala.
Direvisi oleh: dr. Irene Cindy Sunur