Pengawasan Klinis Dextrose
Pengawasan klinis penggunaan dextrose atau dekstrosa dapat dilakukan dengan pemeriksaan keseimbangan cairan, konsentrasi elektrolit dan fungsi hati pada pasien dengan terapi dextrose yang berkepanjangan. Pemeriksaan laboratorium gula darah dan insulin juga dapat dilakukan sesuai indikasi.[5]
Refeeding Syndrome
Pasien malnutrisi yang menerima dextrose berisiko mengalami refeeding syndrome. Pengawasan secara klinis dengan memberikan nutrisi secara bertahap dan menghindari pemberian nutrisi secara berlebihan dapat menghindari komplikasi ini. Pemeriksaan elektrolit, seperti kalium, fosfor, dan magnesium perlu dilakukan untuk mendeteksi terjadinya gangguan ini.[1,13]
Sindrom Hiperglikemia dan Hiperosmolar
Pemberian dextrose melalui intravena dapat menyebabkan sindrom hiperglikemia dan hiperosmolar. Untuk menghindari terjadinya kondisi ini, berikan dextrose intravena dengan perlahan-lahan, serta melakukan pemeriksaan glukosa dan insulin secara berkala. Untuk mencegah rebound hypoglycemia, berikan pengganti larutan dextrose dengan konsentrasi 5% atau 10%.[9]
Hiponatremia
Pemberian dextrose dengan kecepatan tinggi berisiko mengakibatkan hipoosmotik hiponatremia, terutama pada pasien gagal jantung atau gangguan sistem pernapasan. Hiponatremia dapat menyebabkan ensefalopati hiponatremia atau edema serebri. Gejala ensefalopati, antara lain sakit kepala, nausea, kejang, letargi, dan muntah. Pemantauan natrium serum perlu dilakukan secara berkala.[1,6]
Penyakit Hati
Gangguan hati terkait pemberian nutrisi parenteral jangka panjang sering ditemukan pada bayi prematur. Oleh sebab itu, pemeriksaan fungsi hati secara berkala perlu dilakukan. Jika ditemukan kelainan, sebaiknya kurangi dosis atau hentikan pemberian dextrose.[5,9]
Direvisi oleh: dr. Livia Saputra