Persalinan pervaginam setelah sectio caesarea atau operasi caesar sering juga disebut sebagai VBAC atau vaginal birth after caesarean delivery. Keputusan untuk VBAC perlu diambil dengan mempertimbangkan beberapa syarat klinis. Syarat klinis ini bukan bermaksud untuk membatasi ibu hamil yang pernah menjalani operasi caesar untuk memilih persalinan pervaginam, tetapi untuk mengurangi risiko komplikasi VBAC.
Ibu hamil yang berhasil menjalani VBAC memiliki beberapa keuntungan dibandingkan ibu hamil yang menjalani sectio caesarea elektif berulang, contohnya penurunan risiko perdarahan, penurunan risiko tromboemboli, serta durasi rawat yang lebih singkat. Risiko kematian perinatal pada bayi yang lahir dengan VBAC juga sebanding dengan risiko kematian perinatal pada bayi yang lahir dari ibu nulipara.[1,2]
Sumber: Jdcgumpal, Wikimedia commons, 2009.
Angka keberhasilan VBAC terencana bisa mencapai 72–75%. Akan tetapi, 1 dari 200 (0,5%) VBAC yang direncanakan tetap memiliki risiko ruptur uteri. Tindakan VBAC yang berhasil bisa menurunkan risiko komplikasi sectio caesarea elektif berulang, contohnya infeksi, perdarahan, hingga kematian janin. Namun, VBAC yang gagal justru menaikkan risiko komplikasi bila dibandingkan sectio caesarea ulang.[1,2]
(Konten ini khusus untuk dokter. Registrasi untuk baca selengkapnya)
Referensi
1. ACOG Practice Bulletin No. 205: Vaginal Birth After Cesarean Delivery. Obstet Gynecol. 2019 Feb;133(2):e110-e127. doi: 10.1097/AOG.0000000000003078.
2. Royal College of Obstetricians & Gynaecologists. Birth After Previous Caesarean Birth. 2015. https://www.rcog.org.uk/globalassets/documents/guidelines/gtg_45.pdf
3. Rezai S, Labine M, Gottimukkala S, et al. Trial of labor after cesarean (TOLAC) for vaginal birth after previous cesarean section (VBAC) versus repeat cesarean section; a review. Obstet Gynecol J. 2016;4(6):00135.
4. Harper LM, Stamilio DM, Odibo AO, et al. Vagina birth after cesarean for cephalopelvic disproportion: effect of birth-weight difference on success. Obstet Gynecol. 2011;117:343-348.
5. Bujold E, Gauthier RJ. Risk of uterine rupture associated with an interdelivery interval between 18 and 24 months. Obstet Gynecol. 2010;115:1003–1006.
6. Ofir K, Sheiner E, Levy A, et al. Uterine rupture: risk factors and pregnancy outcome. Am J Obstet Gynecol. 2003;189(4):1042-6.
7. Yap OW, Kim ES, Laros RK JR. Maternal and neonatal outcomes after uterine rupture in labor. Am J Obstet Gynecol. 2009;184:1576-1581.
8. Toppenberg KS, Block WA .Uterine rupture: what family physicians need to know. Am Fam Physician. 2002;66(5):823-9.