Memulai Kembali Terapi Antikoagulan setelah Perdarahan Gastrointestinal

Oleh :
Alexandra Francesca Chandra

Memulai kembali terapi antikoagulan setelah timbulnya komplikasi perdarahan gastrointestinal, terutama yang berat atau mengancam nyawa, bukanlah hal yang mudah bagi klinisi. Perdarahan adalah komplikasi utama dan tersering dari terapi antikoagulan.[1]

Setiap tahunnya, kejadian perdarahan akibat antikoagulan bervariasi antara 2–5% untuk perdarahan mayor, 0,5–1% untuk perdarahan fatal, dan 0,2–0,4% untuk perdarahan intrakranial. Perdarahan akibat antikoagulan paling sering terjadi di sistem gastrointestinal, yaitu sebanyak 40%.[1–3]

Sixflashphoto_Wikimedia-commons_2019

Di satu sisi terapi antikoagulan jangka panjang penting untuk mencegah kejadian tromboemboli, seperti stroke, tetapi terjadinya perdarahan membuat banyak klinisi ragu untuk melanjutkan terapi antikoagulan. Hal ini menimbulkan dilema klinis, seolah-olah klinisi harus “memilih” antara menghentikan terapi antikoagulan dengan konsekuensi risiko tromboemboli, atau melanjutkan terapi antikoagulan dengan konsekuensi perdarahan berulang kembali.

Referensi