Pengawasan Klinis Simvastatin
Pengawasan klinis pasien yang diberikan simvastatin dapat dimulai dari riwayat obat-obatan yang sedang dikonsumsi oleh pasien saat ini. Bila pasien sedang mengkonsumsi obat tertentu contohnya bila terjadi konsumsi bersamaan simvastatin dengan gemfibrozil, clarithromycin, erythromycin atau siklosporin dapat meningkatkan risiko efek samping berat pada otot . Pada pemberian bersama amiodarone atau amlodipine dosis harian simvastatin maksimal adalah 20 mg, pada pemberian bersama diltiazem dan verapamil dosis harian simvastatin dianjurkan 10 mg.[1,12,13]
Selain riwayat obat yang sedang dikonsumsi, pengawasan klinis yang perlu dilakukan antara lain dengan pemeriksaan laboratorium untuk mendeteksi efek samping simvastatin yang mungkin muncul.
Pemeriksaan Profil Lipid
Pemeriksaan profil lipid dianjurkan pada 4 minggu pertama setelah inisiasi terapi simvastatin dimulai, dan selanjutnya diperiksa secara periodik tiap 4 minggu sebagai bahan pertimbangan penyesuaian dosis. Pemeriksaan profil lipid selanjutnya dilakukan tiap 3–12 bulan sesuai indikasi klinis pada pasien yang telah stabil.[6]
Pemeriksaan Enzim Hati
Pemeriksaan enzim hati saat ini tidak direkomendasikan untuk dilakukan secara rutin pada pasien yang mengkonsumsi statin. Hanya dianjurkan untuk dilakukan sebelum terapi dimulai, dan selanjutnya pemeriksaan enzim hati dilakukan sesuai kebutuhan bila ditemukan gambaran klinis hepatotoksisitas. Efek hepatotoksik statin sendiri termasuk efek samping yang sangat jarang terjadi.[2,21]
Pemeriksaan Enzim Creatine Kinase (CK)
Pemeriksaan enzim CK dianjurkan untuk diperiksa pada pasien yang akan memulai terapi simvastatin atau akan dilakukan peningkatan dosis. Kondisi rhabdomyolysis ditegakkan bila ditemukan enzim CK meningkat >100 kali lipat batas nilai normal, yang disertai dengan myoglobinuria, dan gangguan ginjal. Miopati ringan bila nilai enzim CK meningkat<5 kali batas ambang normal yang disertai dengan keluhan myalgia. Toksik miopati ditegakkan bila peningkatan enzim CK mencapai 10 -100 kali lipat ambang batas normal.[2,10,13]
Risiko Diabetes Melitus
Simvastatin berhubungan dengan peningkatan risiko diabetes melitus onset baru. Maka, pasien yang berisiko tinggi diabetes melitus harus diperiksa kadar glukosa darah puasa atau HbA1C sebelum memulai terapi simvastatin dan setelah 3 bulan terapi berjalan. Peningkatan glukosa darah puasa dan HbA1C bukan merupakan indikasi penghentian simvastatin sebab manfaat perlindungan terhadap kejadian kardiovaskular mayor lebih besar dibandingkan risikonya.[13,21]
Penulisan pertama oleh: dr. Sunita