Efek Samping dan Interaksi Obat Indomethacin
Efek samping indomethacin yang perlu diwaspadai adalah peningkatan risiko kejadian trombotik kardiovaskular serius dan gangguan gastrointestinal berat seperti perdarahan, ulserasi, dan perforasi. Interaksi obat indomethacin yang berpotensi fatal adalah dengan diflunisal.[1,4,6]
Efek samping
Efek samping indomethacin yang lebih sering ditemukan melibatkan sistem gastrointestinal dan sistem saraf, yaitu:
- Gastrointestinal, yaitu mual, muntah, dispepsia, diare, ketidaknyamanan abdomen, dan konstipasi
- Sistem saraf, yaitu nyeri kepala, pusing, vertigo, somnolen, depresi, dan tinnitus
Efek samping indomethacin yang jarang, tetapi dapat terjadi antara lain:
- Gastrointestinal, yaitu anoreksia, begah, distensi perut, ulkus peptikum, gastroenteritis, perdarahan rektal, proktitis, ulserasi atau perforasi gastrointestinal, perdarahan gastrointestinal, stomatitis ulseratif, hepatitis toksik, dan striktur intestinal
- Sistem saraf, yaitu ansietas, kelemahan otot, pergerakan otot involunter, insomnia, episode psikotik, konfusi, mengantuk, sinkop, parestesia, timbulnya gejala epilepsi atau parkinsonisme, depersonalisasi, koma, neuropati perifer, kejang, dan disarthria
- Okular, yaitu deposit kornea, gangguan retina, pandangan kabur, dan diplopia
- Telinga, yaitu gangguan pendengaran dan tuli
- Kardiovaskular, seperti hipertensi, hipotensi, takikardia, nyeri dada, gagal jantung kongestif, aritmia, dan palpitasi
- Metabolik, seperti edema dan retensi cairan, peningkatan berat badan, hiperglikemia, glikosuria, dan hiperkalemia
- Kulit, yaitu pruritus, ruam, urtikaria, petekie, ekimosis, dermatitis eksfoliatif, kerontokan rambut, sindrom Stevens-Johnson, eritema multiforme, dan toxic epidermal necrolysis
- Hematologi, yaitu leukopenia, depresi sumsum tulang, anemia, agranulositosis, disseminated intravascular coagulation[1]
Penggunaan indomethacin juga dapat berhubungan dengan gejala hipersensitivitas, seperti anafilaksis, distres napas, angioedema, dispnea, asthma, dan edema paru. Meskipun jarang, pada sistem genitourinaria dapat terjadi efek samping pada penggunaanya, seperti hematuria, perdarahan vagina, proteinuria, sindrom nefrotik, nefritis interstisial, dan insufisiensi ginjal. Efek samping lainnya yang juga jarang, tetapi dapat terjadi adalah epistaksis, ginekomastia, nyeri payudara.[1]
Black Box Warning
FDA memberikan peringatan khusus terkait penggunaan indomethacin terkait risiko gastrointestinal dan kardiovaskular. Secara umum, obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS) dilaporkan meningkatkan risiko kejadian trombotik kardiovaskular serius, termasuk infark miokard dan stroke. Secara khusus, indomethacin tidak boleh digunakan pada pasien yang menjalani coronary artery bypass graft (CABG).
OAINS, termasuk indomethacin, juga dapat menyebabkan gangguan gastrointestinal serius. Hal ini termasuk perdarahan, ulserasi, dan perforasi. Risiko dilaporkan meningkat pada populasi lansia.[1]
Interaksi obat
Interaksi obat indomethacin yang berpotensi fatal adalah dengan diflunisal karena dapat menurunkan klirens renal dan konsentrasi plasma dari indomethacin.[6]
Obat Antihipertensi
Indomethacin juga dapat mengurangi efek ACE inhibitor seperti captopril; β-blocker seperti propranolol dan atenolol; diuretik seperti furosemide; dan angiotensin II receptor antagonists (ARBs) seperti candesartan, valsartan atau telmisartan.[6]
Methotrexate dan Lithium
Penggunaan bersama methotrexate dan lithium akan menurunkan klirens dan meningkatkan risiko toksisitas.[6]
Peningkatan Konsentrasi Plasma
Peningkatan konsentrasi plasma jika digunakan bersama probenecid, digoxin, dan aminoglikosida seperti amikacin dan gentamicin.[6]
Peningkatan Risiko Efek Samping
Peningkatan risiko efek samping jika digunakan dengan kortikosteroid seperti dexamethasone, antiplatelet seperti clopidogrel, antikoagulan seperti warfarin atau dabigatran, selective serotonin reuptake inhibitors (SSRI) seperti fluoxetine, dan obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS) lain seperti ibuprofen atau aspirin.
Selain itu, indomethacin dapat meningkatkan efek kantuk dari haloperidol; meningkatkan efek nefrotoksik dari siklosporin, takrolimus, dan triamterene; serta meningkatkan kemungkinan kejang dari kuinolon.[6]