Kontraindikasi dan Peringatan Bupivacaine
Kontraindikasi bupivacaine adalah pada pasien yang memiliki riwayat hipersensitivitas terhadap anestesi golongan amida dan metilparaben. Penggunaan bupivacaine perlu diperhatikan pada pasien dengan gangguan jantung, gangguan ginjal, gangguan hepar, gangguan hematologi, anak, dan geriatri.
Kontraindikasi
Bupivacaine dikontraindikasikan pada pasien dengan riwayat hipersensitivitas terhadap anestesi lokal jenis amida dan hipersensitivitas terhadap metilparaben. Bupivacaine dengan sediaan konsentrasi 0,75% dikontraindikasikan untuk digunakan sebagai anestesi saat persalinan.[10,11]
Kontraindikasi bupivacaine juga berlaku pada pasien yang dikontraindikasikan untuk menerima anestesi spinal dan epidural, misalnya karena infeksi atau peradangan di lokasi injeksi, bakteremia, abnormalitas trombosit, trombositopenia, peningkatan waktu perdarahan, koagulopati yang tidak terkontrol, pendarahan hebat, hipotensi berat, aritmia jantung, sepsis, atau dalam terapi antikoagulan.[10,11]
Peringatan
Pemberian bupivacaine perlu peringatan pada pasien dengan gangguan jantung, gangguan ginjal, gangguan hepar, gangguan hematologi, anak, dan geriatri
Teknik Pemberian Bupivacaine
Sama seperti pemberian anestesi lokal lainnya, pemberian bupivacaine hanya dapat dilakukan oleh tenaga terlatih. Pada saat pemberian, alat-alat medis untuk mengobati efek toksik dari obat harus tersedia.[10,11,17]
Bupivacaine hanya digunakan untuk anestesi lokal. Pemberian dalam bentuk intravena dan intratekal harus dihindari. Pemberian secara intravena yang tidak disengaja dapat menyebabkan terjadinya henti jantung dan kejang, terutama pada penggunaan obat dengan konsentrasi 0,75%. Untuk meminimalisir kejadian ini, maka aspirasi harus selalu dilakukan sebelum dan sesudah penyuntikan. Tidak adanya darah pada spuit tidak menghilangkan total kemungkinan terjadinya obat masuk ke intravena secara tidak sengaja, namun tindakan ini dapat meminimalisir kemungkinan tersebut.[11]
Penggunaan bupivacaine pada daerah akhir arteri perlu diperhatikan, terutama pada pasien yang memiliki riwayat hipertensi atau pasien yang diberikan obat vasokonstriktor karena dapat meningkatkan risiko cedera iskemik atau bahkan menimbulkan nekrosis.[10,11,17]
Pemberian Bupivacaine pada Regio Kepala dan Leher
Penggunaan bupivacaine pada regio kepala dan leher, termasuk retrobulbar, ganglion stelata, dan anestesi pada gigi, meningkatkan risiko efek samping pada sistem saraf karena memiliki risiko masuknya obat melalui intrarterial ke sirkulasi serebral. Oleh karena itu, pemantauan sistem ventilasi dan sirkulasi perlu dilakukan.
Saat akan melakukan pembedahan di bagian mata, injeksi retrobulbar dapat digunakan. Akan tetapi, penilaian kerja anestesi tidak dapat dilakukan dengan menanyakan ada atau tidaknya sensasi di kornea kepada pasien karena sensasi ini timbul sebelum terjadinya akinesia pada otot muskular.[10,11,17]
Pemberian Bupivacaine pada Sendi
Pemberian anestesi lokal, termasuk bupivacaine, dalam bentuk infus kontinyu di intraartikular menggunakan pompa elastomerik pasca pembedahan tidak direkomendasikan. Jika membutuhkan anestesi lokal pada sendi, pemberian injeksi tunggal lebih disarankan karena risiko terjadinya kondrolisis lebih kecil. Jika pasien sangat membutuhkan anestesi yang kontinyu, tanda dan gejala kondrolisis perlu dipantau, seperti nyeri sendi, kaku, dan penurunan range of motion.[10,11,17]
Pasien dengan Gangguan Jantung
Pasien dengan gangguan jantung, terutama pasien dengan blok atrioventrikular, atau pasien yang berisiko untuk mengalami gangguan jantung, seperti pasien yang sedang hipotensi, hipovolemi, dehidrasi, atau syok, perlu dipantau fungsi jantungnya selama pemberian bupivacaine karena efek toksik pada jantung akan lebih sulit ditoleransi pada kelompok pasien ini.[10,11,17]
Pasien Anak
Bupivacaine sebaiknya tidak diberikan pada neonatus, bayi, dan anak di bawah 12 tahun. Bupivacaine dalam bentuk anestesi spinal sebaiknya tidak diberikan pada anak berusia di bawah 18 tahun.[10,11,17]
Pasien Geriatri
Pasien geriatri, terutama yang mengonsumsi obat antihipertensi memiliki risiko yang lebih tinggi untuk mengalami hipotensi. Oleh karena itu dosis yang digunakan pada kelompok pasien ini lebih rendah.[10,11,17]
Pasien dengan Gangguan Hepar
Pasien dengan gangguan hepar atau memiliki gejala yang mempengaruhi aliran darah ke hepar, seperti gagal jantung kongestif, memerlukan penyesuaian dosis atau pemanjangan interval pemberian obat karena metabolisme obat akan terhambat.[10,11,17]
Pasien dengan Risiko Kejang
Pasien dengan gangguan elektrolit atau pasien yang memiliki riwayat kejang berlu diperhatikan karena bupivacaine memiliki efek samping berupa kejang.[10,11,17]
Pasien dengan Gangguan Ginjal
Pasien dengan gangguan ginjal memerlukan penyesuaian dosis karena sebagian besar bupivacaine akan diekskresi melalui ginjal. Walaupun begitu, belum terdapat panduan khusus mengenai penyesuaian dosis pada populasi pasien ini.[10,11,17]
Pasien dengan Risiko Methemoglobinemia
Pasien yang memiliki kondisi defisiensi G6PD (glucose-6-phosphate dehydrogenase), riwayat methemoglobinemia sebelumnya, gangguan jantung, gangguan paru, bayi di bawah 6 bulan, atau memiliki riwayat terpapar dengan agen oksidasi, memiliki risiko yang lebih tinggi untuk mengalami methemoglobinemia. Pengawasan terhadap tanda dan gejala klinis methemoglobinemia perlu dilakukan.[10,11,17]