Berdasarkan kategori FDA, atropin pada kehamilan masuk dalam kategori C, artinya studi pada binatang percobaan memperlihatkan adanya efek samping terhadap janin, namun belum ada studi terkontrol pada wanita hamil. Obat hanya boleh digunakan jika besarnya manfaat yang diharapkan melebihi besarnya risiko terhadap janin.[3,6,7]

Berdasarkan kategori TGA, atropin dalam kehamilan masuk dalam kategori A, artinya obat telah dikonsumsi oleh sejumlah besar wanita hamil dan wanita usia subur tanpa terbukti meningkatkan frekuensi malformasi atau efek berbahaya langsung atau tidak langsung lainnya pada janin yang telah diamati.[6,7,9]

Data penelitian yang tersedia baik pada hewan dan wanita hamil sangat terbatas sehingga tidak cukup untuk menginformasikan obat terkait risiko hasil perkembangan yang merugikan. Satu studi pada hewan menunjukkan tidak ada bukti kerusakan janin, sedangkan studi dosis tinggi lainnya menunjukkan efek teratogenik.[2,8]

Penggunaan pada Ibu Menyusui

Atropin diekskresikan dalam ASI sehingga penggunaan atropin pada ibu menyusui tidak direkomendasikan. Atropin dapat digunakan hanya jika manfaat bagi ibu harus lebih besar daripada risiko bagi bayi.

Sejumlah kecil dari atropin yang terserap akan ditemukan dalam ASI sehingga kemungkinan akan terdapat efek antimuskarinik pada bayi, seperti kulit kering, demam, atau denyut nadi cepat.  Penggunaan atropin secara tunggal, kemungkinan tidak akan mengganggu proses menyusui. Namun, penggunaan dalam jangka panjang dapat menghambat laktasi sehingga menyebabkan tanda-tanda pada bayi menyusui, seperti pertambahan berat badan yang lambat.[6-8]

Penulisan pertama oleh: dr. DrRiawati MMedPH