Pendahuluan Oxcarbazepine
Oxcarbazepine merupakan ketoanalog dari carbamazepine yang berperan sebagai obat antikonvulsan. Oxcarbazepine adalah antagonis voltage-sensitive sodium channel yang dapat digunakan untuk menangani kejang parsial pada pasien anak dan dewasa. Selain sebagai antikonvulsan, oxcarbazepine juga dimanfaatkan sebagai terapi off-label pada gangguan bipolar dan trigeminal neuralgia.[1-3]
Sekitar 25% sampai 30% pasien yang pernah mengalami reaksi hipersensitivitas terhadap carbamazepine akan mengalami reaksi hipersensitivitas terhadap oxcarbazepine. Selain itu, oxcarbazepine juga bisa menyebabkan hiponatremia signifikan. Oleh karenanya, pemantauan kadar natrium perlu dipertimbangkan pada pasien yang mendapat terapi rumatan oxcarbazepine disertai obat yang berisiko menyebabkan hiponatremia lainnya, misalnya aripiprazole dan desmopressin.
Oxcarbazepine dapat meningkatkan risiko pikiran atau perilaku bunuh diri pada pasien yang menggunakan obat ini untuk indikasi apapun. Pasien perlu dipantau terkait munculnya atau memburuknya gejala depresi, pikiran atau perilaku bunuh diri, atau perubahan suasana hati dan perilaku yang tidak biasa. Pasien yang mengonsumsi oxcarbazepine juga perlu diperingatkan agar tidak terlibat dalam pekerjaan yang membutuhkan kewaspadaan mental, misalnya mengoperasikan mesin atau berkendara, karena obat ini dapat menyebabkan efek sedasi.[4]
Oxcarbazepine memiliki sifat kimia yang mirip dengan senyawa induknya carbamazepine. Obat ini telah disetujui untuk tata laksana epilepsi di sejumlah negara, baik sebagai monoterapi ataupun adjuvan. Terdapat bukti ilmiah yang menunjukkan bahwa oxcarbazepine sama efektif dengan obat antiepilepsi lini pertama carbamazepine, phenytoin, dan asam valproat. Oxcarbazepine umumnya ditoleransi dengan baik sebagai monoterapi pada orang dewasa dan anak, dengan insidensi efek samping yang rendah dan menghasilkan tingkat penghentian terapi yang jauh lebih rendah dibandingkan carbamazepine.[5]
Studi menunjukkan bahwa alel HLA-B*1502 meningkatkan risiko sindrom Stevens-Johnson dan toxic epidermal necrolysis akibat obat antiepilepsi aromatik (AED) seperti oxcarbazepine. Alel ini banyak ditemukan pada orang keturunan Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Oleh karenanya, penggunaan oxcarbazepine harus memperhatikan potensi risiko ini.[20,22]
Tabel 1. Deskripsi Singkat Oxcarbazepine
Perihal | Deskripsi |
Kelas | Antikonvulsi[6] |
Subkelas | Antiepilepsi[7] |
Akses | Resep[6] |
Wanita hamil | Kategori FDA: C[4] Kategori TGA: D[8] |
Wanita menyusui | Obat diekskresikan ke dalam ASI[9] |
Anak-anak | Dapat diberikan sesuai anjuran penggunaan[4] |
Infant | Belum diketahui efikasi dan keamanannya pada pasien di bawah 2 tahun[4] |
FDA | Approved[4] |