Indikasi dan Dosis Diazepam
Indikasi diazepam adalah sebagai pemakaian jangka pendek pada ansietas derajat ringan hingga sedang, insomnia, status epileptikus, kejang demam, spasme otot, dan sebagai tambahan pada terapi putus alkohol akut. Diazepam juga bisa digunakan sebagai premedikasi oral pada pasien perawatan gigi yang gelisah, dan premedikasi sebelum operasi. Penghentian pemakaian diazepam selama jangka lama harus diturunkan secara berkala, untuk mencegah gejala putus obat seperti kejang yang mengancam nyawa.[1,4]
Dosis Dewasa
Diazepam dapat diberikan pada pasien dewasa untuk menangani ansietas, spasme otot, tetanus, kejang, insomnia, premedikasi sebelum anestesi, sedasi sebelum tindakan, dan gejala putus alkohol.
Ansietas
Diazepam dapat menjadi pilihan dalam menangani pasien agitasi. Pemberian diazepam sebagai antiansietas dapat berupa:
- Peroral: dosis 2−10 mg, diberikan 2−4 kali sehari tergantung tingkat keparahan keluhan, dapat dinaikkan hingga 30 mg/hari dalam dosis terbagi
- Parenteral intravena atau intramuskular: dosis 2−5 mg pada ansietas derajat sedang, atau 5−10 mg pada ansietas derajat berat, bila perlu dapat diulang setiap 3−4 jam[1,4]
Spasme Otot
Pemberian diazepam sebagai relaksan otot adalah:
- Peroral: dosis 2−10 mg, diberikan 3‒4 kali sehari
- Parenteral intravena atau intramuskular: dosis 5−10 mg, dapat diulang 3−4 jam kemudian bila perlu
- Dosis maksimal 60 mg/hari dalam dosis terbagi, misalnya pada kondisi spastik berat pada cerebral palsy[4,6]
Tetanus
Pemberian diazepam pada spasme otot akibat tetanus adalah 0,1−0,3 mg/kg, intravena, kecepatan <1 ml/menit, dan dapat diulang selang 1−4 jam. Dapat diberikan infus kontinu dengan dosis 3−10 mg/kg, selama 24 jam.[6]
Kejang
Diazepam oral diberikan sebagai terapi tambahan untuk kejang atau pada pasien epilepsi refrakter yang membutuhkan diazepam untuk membantu mengontrol kejang. Dosis diazepam oral adalah 2−10 mg sehari dalam dosis terbagi 2‒4 kali sehari, dapat ditingkatkan hingga dosis 60 mg/hari.[4,6]
Pada kasus kejang, diazepam dapat diberikan per rektal atau parenteral. Diazepam rektal diberikan dengan dosis inisiasi 0,2 mg/kg dibulatkan ke atas, dapat diulang dosis kedua 0,2 mg/kg selang 4−12 jam setelah dosis pertama, dosis maksimal 30 mg. Diazepam rektal dapat diberikan untuk satu episode kejang tiap 5 hari, dan tidak melebihi 5 episode per bulan.[4]
Diazepam parenteral bisa diberikan pada kasus kejang atau status epilepticus secara intravena atau intramuskular dengan dosis 5-10 mg, dapat diulang setelah 10-15 menit menit sesuai kebutuhan hingga dosis maksimal 30 mg. [4,6]
Insomnia
Pada pasien dewasa dengan insomnia, diazepam diberikan peroral dengan dosis 5−15 mg sebelum tidur.[6]
Premedikasi Sebelum Anestesi atau Sedasi Sebelum Tindakan
Diazepam dapat diberikan sebagai premedikasi sebelum anestesi, atau untuk sedasi sebelum tindakan seperti endoskopi atau pemeriksaan radiologi. Pada kondisi ini, dosis diazepam adalah:
- Peroral: dosis 5−20 mg, tunggal
- Parenteral intravena: dosis hingga 20 mg, diberikan secara perlahan, dengan titrasi hingga mencapai respon yang diinginkan[6]
Gejala Putus Alkohol
Dosis pemberian diazepam pada gejala putus alkohol adalah:
- Peroral: dosis 10 mg, diberikan 3−4 kali sehari pada 24 jam pertama, kemudian 5 mg, diberikan 3−4 kali sehari sesuai kebutuhan
- Parenteral: dosis 10 mg, kemudian 5−10 mg, selang 3−4 jam sesuai kebutuhan
- Pada kondisi putus alkohol berat atau delirium tremens, diberikan diazepam parenteral 10−20 mg, dan ditingkatkan sesuai kebutuhan[4,6]
Dosis Anak
Diazepam diberikan pada pasien anak dengan spasme otot, tetanus, status epileptikus, dan kejang akibat kondisi lainnya seperti kejang demam. Diazepam tidak boleh diberikan untuk bayi <6 bulan, karena masih belum banyak informasi klinis mengenai efek diazepam pada populasi tersebut.[2]
Spasme Otot
Dosis inisiasi diazepam oral pada kondisi spasme otot anak adalah 1−2,5 mg per dosis, diberikan 3‒4 kali sehari. Dosis dapat ditingkatkan secara berkala hingga 40 mg dalam dosis terbagi, dan dipertahankan dalam dosis efektif terendah.[4,6]
Tetanus
Pada tetanus anak, diazepam diberikan untuk mengontrol spasme. Diazepam diberikan secara parenteral intravena atau intramuskular injeksi pelan, dengan dosis sebagai berikut:
- Usia 30 hari hingga <5 tahun: dosis 1−2 mg, dapat diulang setiap 3−4 jam bila perlu
- Usia ≥5 tahun: dosis 5−10 mg, dapat diulang setiap 3−4 jam bila perlu[4]
Status Epileptikus
Pada status epileptikus bayi dan anak, diberikan diazepam injeksi intravena dengan dosis sebagai berikut:
- Neonatus: dosis 0,1−0,3 mg/kg/dosis dalam waktu 3−5 menit. Diberikan setiap 15−30 menit hingga dosis total maksimal 2 mg
- Usia 30 hari hingga <5 tahun: dosis 0,2−0,5 mg/kg/dosis, injeksi pelan diberikan setiap 2−5 menit hingga dosis total maksimal 5 mg, dapat diulang kembali setelah 2−4 jam bila perlu
- Usia ≥5 tahun: dosis 1 mg, injeksi pelan setiap 2−5 menit, hingga mencapai dosis total maksimal 10 mg, dapat diulang setiap 2−4 jam bila perlu[4,11,14]
Penggunaan diazepam pada status epileptikus bayi dan anak hanya diberikan apabila terapi lain menemui kegagalan dan tidak ada alternatif lain. Diazepam injeksi intravena tidak boleh diberikan dengan injeksi yang mengandung benzil alkohol.[11,14]
Sedangkan pemberian diazepam rektal dapat berdasarkan rincian sebagai berikut:
- Usia <6 bulan: tidak dianjurkan
- Usia <2 tahun: keamanan dan efektivitas belum diuji
- Usia 2−5 tahun: dosis inisial 0,5 mg/kg
- Usia 6−11 tahun: dosis inisial 0,3 mg/kg
- Usia ≥12 tahun: dosis inisial 0,2 mg/kg[11]
Dosis maksimal diazepam pada pemberian rektal adalah 20 mg/dosis.[13]
Kejang
Pada kejang anak, diazepam dapat diberikan per rektal, oral, atau injeksi. Diazepam oral diberikan sebagai terapi tambahan, atau pada pasien epilepsi refrakter yang membutuhkan terapi tambahan untuk mencegah kejang. Dosis diazepam oral dapat ditingkatkan secara berkala sesuai toleransi dan kebutuhan, tetapi sebaiknya dipertahankan pada dosis efektif terendah.[4]
Diazepam oral dapat diberikan dalam dosis berikut:
- Usia 6 bulan ke atas: dosis inisial 1‒2,5 mg, diberikan 3‒4 kali sehari[4]
Diazepam rektal bisa diberikan dalam dosis sebagai berikut:
- Berat badan >10 kg: dosis 0,5 mg/kg, dapat diulang bila perlu, maksimal 10 mg
- Usia 2−5 tahun: dosis inisial 0,5 mg/kg, dibulatkan ke atas sesuai dosis yang tersedia
- Usia 6−11 tahun: dosis inisial 0,3 mg/kg, dibulatkan ke atas sesuai dosis yang tersedia
- Usia ≥ 12 tahun: dosis inisial 0,2 mg/kg dibulatkan ke atas sesuai dosis yang tersedia
- Dosis tambahan: 2,5 mg bisa diberikan apabila tidak semua dosis inisial masuk
- Dosis kedua: 0,5 mg/kg dapat diberikan 4−12 jam setelah dosis pertama, dengan frekuensi maksimal satu episode setiap 5 hari dan tidak melebihi 5 episode per bulan[4,11]
Diazepam parenteral diberikan intravena dengan dosis sebagai berikut:
- Dosis 0,2−0,3 mg/kg, atau 1 mg/tahun usia
- Injeksi diberikan pelan 1−2 mg/menit, karena pemberian injeksi cepat dapat menyebabkan depresi napas atau hipotensi[11]
Dosis Geriatri
Pemberian diazepam pada pasien geriatri pada umumnya setengah dari dosis anjuran untuk pasien dewasa. Pasien geriatri memiliki kemungkinan lebih besar memiliki kondisi penurunan fungsi hati dan ginjal. Dosis harus dipertahankan dalam dosis efektif terendah untuk menghindari ataksia atau sedasi berlebihan. [5,6]
Diazepam hanya diberikan untuk pemakaian jangka pendek, misalnya pada kasus ansietas, spasme otot, atau gejala putus alkohol. Pemberian diazepam pada geriatri secara oral dan parenteral, dengan dosis sebagai berikut:
- Peroral: dosis 2−2,5 mg, diberikan 1−2 kali sehari,
- Parenteral intravena atau intramuskular: dosis 2−5 mg, dapat diulang selang 3−4 jam bila perlu
- Bisa dilakukan peningkatan dosis, dilakukan berkala sesuai kebutuhan dan toleransi, tetapi dosis harus dipertahankan pada dosis efektif terendah[4]
Penyesuaian Dosis
Penyesuaian dosis diperlukan pada pasien dengan gangguan fungsi hati, gangguan fungsi ginjal, maupun kondisi lemah/debilitated.
Gangguan Fungsi Hati
Pada gangguan fungsi hati, seperti sirosis hepatis atau hepatitis akut dan kronis, akan terjadi peningkatan waktu paruh diazepam mencapai 500 jam. Diazepam dikontraindikasikan pada pasien dengan insufisiensi hati berat. Pada kondisi insufisiensi hati ringan dan sedang, mungkin dibutuhkan penyesuaian dosis hingga 50% dari dosis maintenance, tetapi belum ada panduan dosis spesifik.[3,4,8]
Gangguan Fungsi Ginjal
Penggunaan diazepam parenteral dan rektal pada pasien dengan gangguan fungsi ginjal membutuhkan kehati-hatian dan pertimbangan keuntungan yang melebihi potensi risiko. Dosis harus diturunkan apabila menggunakan diazepam dalam waktu lama, dan pada gangguan fungsi ginjal berat.[4,6,8]
Pasien Dalam Kondisi Lemah
Pada pasien dalam kondisi lemah atau debilitated, direkomendasikan pembatasan dosis hingga dosis efektif terendah. Contohnya 2−2,5 mg yang diberikan 1−2 kali sehari sebagai dosis awal, kemudian ditingkatkan berkala sesuai kebutuhan dan toleransi pasien. Tujuan dari pembatasan dosis adalah untuk menghindari ataksia dan sedasi berlebihan.[3,6]
Penghentian Terapi
Pasien yang mengonsumsi obat golongan benzodiazepine, termasuk diazepam, dalam jangka waktu lama atau lebih dari 3−4 minggu berisiko mengalami gejala putus obat apabila dihentikan secara tiba-tiba. Penghentian mendadak setelah pemakaian obat 1−6 bulan bisa menyebabkan kejang yang mengancam nyawa. Dosis diazepam harus diturunkan secara berkala untuk mencegah hal ini.[5,10]
Tidak ada standar penurunan dosis diazepam. Durasi penurunan dosis tergantung dosis awal dan kondisi klinis pasien. Risiko gejala putus obat akan lebih rendah pada pasien yang mendapatkan diazepam 10 mg sehari atau lebih rendah. Penurunan dosis dapat dilakukan sebesar 10‒20% dosis total harian setiap 1‒2 minggu, tergantung toleransi dan respon pasien. Pada pasien dengan dosis diazepam yang tinggi, penurunan dosis dapat dilakukan lebih cepat di awal, misalnya 25% dosis harian hingga mencapai setengah dosis, lalu turunkan kurang lebih 12% dalam waktu 4‒7 hari. Studi membuktikan bahwa penurunan dosis berkala sebaiknya dilakukan selama sekurang-kurangnya 10 minggu. [4,5,9,10]