Kontraindikasi dan Peringatan Diazepam
Kontraindikasi utama dari diazepam adalah riwayat hipersensitivitas dan pasien pediatri usia <6 bulan. Diazepam diketahui dapat menyebabkan ketergantungan, gejala putus obat, dan harus hati-hati diberikan pada pasien yang menggunakan opioid dan alkohol. Peringatan penggunaan diazepam termasuk penanganan kasus overdosis obat ini.
Kontraindikasi
Diazepam dikontraindikasikan pada kondisi berikut:
- Hipersensitivitas terhadap diazepam
- Usia < 6 bulan, karena kurangnya pengalaman klinis
- Myasthenia gravis
- Gangguan pernapasan berat, misalnya penyakit paru obstruktif kronik (PPOK)
- Gangguan fungsi hati berat, misalnya sirosis hepatis
-
Sindrome sleep apnea
Glaukoma sudut tertutup akut (terapi diazepam masih bisa diberikan pada pasien glaukoma sudut terbuka)[2,3]
Peringatan
Diazepam merupakan obat kategori Schedule IV, dimana terdapat potensi penyalahgunaan akibat ketergantungan obat benzodiazepin. Pasien dengan riwayat penyalahgunaan obat harus dipantau secara ketat, untuk memastikan tidak terjadi ketergantungan dan habituasi. Selain itu, terdapat beberapa kondisi yang harus menjadi peringatan saat pemberian diazepam, seperti gejala putus obat, penggunaan bersama dengan opioid atau alkohol, gejala efek samping, dan gejala overdosis. Untuk memastikan keamanan penggunaan diazepam, pasien harus diingatkan agar tidak meningkatkan atau menghentikan mendadak konsumsi obat.[3-5,8,10]
Gejala Putus Obat
Gejala putus obat diazepam dapat terjadi setelah penghentian mendadak. Umumnya muncul gejala tremor, gangguan gastrointestinal, nyeri otot, diaphoresis, nyeri kepala, iritabilitas, dan gaduh gelisah. Pada kasus berat, dapat menimbulkan derealisasi, depersonalisasi, hipersensitivitas cahaya, hiperakusis, hingga kejang. Penghentian diazepam harus dilakukan secara berkala, dan dilakukan kombinasi antara terapi farmakologi dan psikoterapi. Terapi farmakologi yang bisa diberikan adalah antikonvulsan seperti carbamazepine atau pregabalin.[5,10]
Penggunaan Bersama Opioid atau Alkohol
Penggunaan diazepam bersamaan dengan obat depresan sistem saraf pusat lain, seperti opioid dan alkohol, dapat menyebabkan peningkatan sedasi, depresi napas, dan koma. Kombinasi diazepam dengan opioid hanya dilakukan pada kondisi yang mengharuskan terapi tersebut. Dosis kombinasi dipertahankan pada dosis terendah yang efektif dalam jangka waktu sesingkat mungkin.[3,4]
Gejala Efek Samping
Diazepam memiliki efek samping dapat menurunkan kemampuan beraktivitas, sehingga pasien tidak boleh melakukan aktivitas yang berpotensi menimbulkan bahaya, seperti mengemudi atau mengoperasikan mesin berat.[3,8]
Diazepam diberikan dengan hati-hati pada pasien dengan gangguan pernapasan (misalnya penyakit paru obstruktif akut / PPOK), penyakit hati dan ginjal, glaukoma sudut terbuka, gangguan refleks muntah, depresi, ide bunuh diri, obesitas, dan riwayat penyalahgunaan obat.[8]
Overdosis
Kondisi overdosis diazepam umumnya merupakan intensifikasi dari efek terapeutik. Tanda dan gejala overdosis diazepam adalah:
- Ataksia, disartria, kelemahan otot
- Mengantuk, sedasi, tidur yang dalam, kebingungan
- Hipotensi
- Nystagmus
- Eksitasi paradoks, misalnya gaduh gelisah[5,6]
Overdosis diazepam yang berat dapat menyebabkan arefleksia, depresi napas dan kardiovaskuler, koma, dan kematian meskipun sangat jarang terjadi. Efek depresi napas dari diazepam akan memberat pada pasien dengan PPOK atau pada kondisi kombinasi overdosis dengan depresan lain seperti alkohol. [5,6]
Bila terjadi overdosis, beberapa tindakan yang dilakukan adalah:
- Harus memastikan ventilasi adekuat, perhatikan tanda insufisiensi pernapasan, dan berikan oksigen dengan non-rebreathing mask 10-15 L/menit apabila diperlukan
- Mempertahankan patensi jalan napas, misalnya dengan pemasangan orofaring atau nasofaring, dan suction bila diperlukan
- Pemberian cairan intravena, dengan cairan salin normal atau ringer laktat, diberikan dengan hati-hati dan memperhatikan tanda kelebihan cairan
- Tidak diperlukan tindakan pengosongan lambung, pemberian arang aktif dapat dilakukan untuk menurunkan absorbsi diazepam
- Pada kondisi syok atau hipotensi, pasien diberikan terapi suportif seperti posisi supine, dan obat vasopressor seperti norepinefrin untuk menurunkan resistensi vaskular sistemik.
- Intubasi diindikasikan pada pasien yang tidak sadar dengan edema pulmo atau pasien dengan depresi pernapasan berat
- Tidak diperlukan hemodialisis, diuresis paksa, atau hemoperfusion
- Pemberian flumazenil sebagai benzodiazepine reseptor antagonis spesifik[5,6]
Pemberian flumazenil dapat secara cepat membangunkan pasien dari koma, tetapi obat hanya sebagai adjuvan dan tidak menggantikan penanganan suportif. Dosis inisiasi flumazenil adalah 0,1−0,2 mg, dapat diulang bila perlu hingga dosis maksimal 3 mg. Pasien dapat kembali mengalami sedasi setelah efek flumazenil menurun, yaitu sekitar 1−2 jam pasca pemberian, sehingga terkadang memerlukan infus kontinu.[5]