Formulasi Cefazolin
Di Indonesia, formulasi cefazolin adalah dalam bentuk serbuk injeksi. Cefazolin dapat diberikan secara intravena maupun intramuskular.
Bentuk Sediaan
Cefazolin tersedia dalam bentuk serbuk injeksi dengan bahan aktif cefazolin sodium. Berdasarkan PIONAS (Pusat Informasi Obat Nasional), terdapat sediaan vial dengan kekuatan 500 mg/vial dan 1 gram/vial di Indonesia.[5]
Akan tetapi, berdasarkan daftar produk yang tercatat di Badan Pengawas Obat dan Makanan RI, hanya ada sediaan cefazolin 1 gram/vial. Obat ini dapat diakses di fasilitas kesehatan tingkat kedua dan ketiga. Selain itu, cefazolin juga dapat dibeli di apotek dengan resep dokter yang berlaku hingga 24 jam sejak resep dikeluarkan.[4,12]
Cara Penggunaan
Sebelum dipakai, serbuk injeksi cefazolin harus dilarutkan terlebih dahulu. Pelarut yang dapat digunakan adalah SWI (sterile water for injection), cairan salin normal, Ringer laktat, atau dextrose 5% maupun 10%.[3,11]
Setelah dilarutkan, cefazolin sebaiknya segera digunakan untuk mencegah kontaminasi mikroba. Satu kemasan cefazolin hanya diperuntukkan bagi satu pasien. Sisa obat yang tidak diadministrasikan harus dibuang.[13]
Cefazolin diberikan secara injeksi intravena atau intramuskular. Pemberian intravena dapat dilakukan secara bolus, infus intermittent, ataupun infus kontinu. Injeksi bolus dilakukan secara perlahan selama 3–5 menit, baik secara langsung maupun melalui cairan parenteral yang sedang diberikan.[3]
Administrasi secara intratekal tidak disarankan. Ada laporan kejadian toksisitas sistem saraf pusat berupa kejang akibat pemberian cefazolin intratekal.[13]
Cara Penyimpanan
Cefazolin disimpan dalam suhu 20–25oC dan tidak terpapar cahaya langsung. Setelah dilusi, larutan cefazolin stabil hingga 24 jam dalam suhu ruangan atau hingga 10 hari dalam suhu 5oC. Cefazolin disarankan untuk segera digunakan setelah dilusi.[3]
Kombinasi dengan Obat Lain
Penggunaan cefazolin sebagai antibiotik profilaksis sebelum operasi, misalnya pada operasi kolorektal, umumnya dikombinasikan dengan metronidazole untuk mencegah infeksi Bacteroides fragilis.[1,14]
Direvisi oleh: dr. Irene Cindy Sunur