Penggunaan pada Kehamilan dan Ibu Menyusui Ceftazidime Avibactam
Penggunaan ceftazidime avibactam pada kehamilan belum ada studi pada manusia yang adekuat. Pada uji binatang, pemberian obat ini tidak menunjukkan efek merugikan terhadap kehamilan. Obat ini hanya digunakan jika manfaat lebih tinggi daripada risiko gangguan pada janin. Demikian pula dengan penggunaan pada ibu menyusui, karena kemungkinan risiko terhadap bayi belum dapat disingkirkan.
Penggunaan pada Kehamilan
Ceftazidime avibactam oleh Food and Drug Administration (FDA) masuk ke dalam kategori B, yaitu studi pada binatang percobaan tidak memperlihatkan adanya risiko terhadap janin tetapi belum ada studi terkontrol pada wanita hamil.[9]
Sedangkan oleh Therapeutic Goods Administration (TGA), ceftazidime avibactam masuk kategori B3. Obat ini baru dikonsumsi oleh sejumlah kecil wanita hamil dan wanita usia subur, tanpa peningkatan frekuensi malformasi atau efek berbahaya langsung atau tidak langsung. Studi pada hewan uji telah menunjukkan bukti peningkatan gangguan janin, tetapi dianggap tidak pasti/signifikan pada manusia.[11]
Pada hewan kelinci yang hamil, avibactam yang diberikan dosis 300‒1000 mg/kg/hari (5‒21 kali kadar terapeutik pada manusia) menunjukkan adanya pengaruh pada rata-rata berat fetus yang rendah dan penundaan osifikasi. Namun, kondisi ini kemungkinan berkaitan dengan toksisitas maternal atau berkurangnya konsumsi makanan ibu karena sakit.[3,11,12]
Penggunaan pada Ibu Menyusui
Ceftazidime diekskresikan pada air susu dalam jumlah kecil, sedangkan avibactam tidak diketahui. Walaupun kemungkinannya kecil, tetapi paparan bayi terhadap ceftazidime dapat mengganggu flora usus dan menyebabkan diare dengan komplikasi terkait, seperti dehidrasi. Risiko reaksi serius yang relatif jarang terjadi menyebabkan penggunaan sebagian besar cephalosporin dianggap kompatibel dengan laktasi.[3,11,12]