Efek Samping dan Interaksi Obat Amphotericin B
Efek samping amphotericin B yang tersering adalah reaksi akut seperti demam dan menggigil. Selain itu, amphotericin B juga bersifat toksik terhadap ginjal, jantung, hati, dan darah.
Efek Samping
Reaksi akut pada pemberian amphotericin B intravena yang tersering adalah demam dan menggigil. Selain itu, dapat juga terjadi takipnea, stridor respirasi, dan hipotensi. Bronkospasme dan reaksi anafilaksis lebih jarang terjadi. Nyeri kepala, nausea, muntah, malaise, penurunan berat badan, dan flebitis dapat terjadi terkait infus perifer.
Disamping itu, gangguan ginjal (termasuk hipokalemia, hipomagnesemia, asidosis tubulus renal dan azotemia) dan toksisitas ginjal, toksisitas jantung (termasuk aritmia), gangguan neurologis (kehilangan pendengaran, diplopia, kejang, neuropati perifer), gangguan fungsi hati, gangguan darah (anemia normositik normokrom pada penggunaan jangka panjang karena rendahnya kadar eritropoetin.[7,11,12,21]
Toksisitas
Keterbatasan amphotericin B deoxycholate adalah toksisitasnya, yaitu reaksi akut terkait infus (acute infusion-related reaction) dan nefrotoksisitas terkait dosis (dose-related nephrotoxicity). Oleh karena itu, dosis maksimal penggunaan amphotericin B yang dapat ditoleransi adalah sekitar 0,7–1,0 g/kg/hari.
Toksisitas terkait infus pada amphotericin B memiliki gejala seperti demam dan menggigil, kaku, arthralgia, nausea, muntah, dan nyeri kepala. Gejala nefrotoksisitas tampak pada 53% pasien yang mendapat terapi amphotericin B untuk aspergillosis invasif ditandai dengan peningkatan serum kreatinin.[3]
Amphotericin B liposomal mempunyai efek hepatotoksisitas yang lebih tinggi dibanding amphotericin B konvensional. Namun, tidak ada perbedaan reaksi terkait infus atau nefrotoksisitas antara kedua obat tersebut.[21]
Pemberian beberapa obat-obatan seperti hydrocortisone sodium succinate 100 mg intravena, paracetamol, dan antihistamin sebelum infus dapat mengurangi efek samping amphotericin B, yaitu demam dan menggigil. Pemberian rehidrasi dengan cairan salin normal 1 liter akan membantu mengurangi nefrotoksisitas.[10,12]
Interaksi Obat
Penggunaan bersamaan antara amphotericin B dan obat-obatan nefrotoksik seperti aminoglikosida, capreomycin, colistill, cisplatin, methoxyflurane, pentamidine, polymyxin B, vancomycin harus dihindari karena memiliki potensi toksik terhadap ginjal.
Penggunaan amphotericin B bersamaan dengan flusitosin memiliki efek sinergisme, namun juga dapat meningkatkan toksisitas dari flusitosin dengan kemungkinan meningkatkan uptake seluler dan/atau mengganggu ekskresi pada ginjal.
Interaksi antara amphotericin B dan imidazol (ketokonazol, mikonazol, klotrimazol, fluconazole) telah diteliti secara in vitro dapat menginduksi resistensi jamur terhadap amphotericin B, meskipun dampak tersebut belum jelas secara in vivo. Dengan demikian, terapi kombinasi kedua obat tersebut perlu diberikan secara hati-hati pada pasien imunokompromais, seperti pasien HIV.
Penggunaan amphotericin B bersamaan dengan kortikosteroid dan kortikotropin (ACTH) berpotensi menyebabkan hipokalemia dan dapat menjadi predisposisi disfungsi kardiak.
Hipokalemia juga dapat berhubungan dengan penggunaan dengan digoxin dan menyebabkan rabdomiolisis. Toksisitas pulmonal akut juga dapat terjadi pada pemberian amphotericin B intravena bersamaan dengan transfusi leukosit.[2,10-12,22]
Direvisi oleh: dr. Dizi Bellari Putri