Farmakologi Progesteron
Efek farmakologi progesteron termasuk penghambatan ovulasi dan penyiapan endometrium untuk implantasi. Progesteron berikatan dengan reseptor progesteron di dalam sel target, memodulasi transkripsi gen yang mengatur proliferasi dan diferensiasi jaringan, terutama di endometrium dan kelenjar susu.
Hormon ini diabsorpsi dengan baik melalui rute oral, intramuskular, maupun transdermal, tetapi memiliki bioavailabilitas rendah saat dikonsumsi secara oral karena metabolisme hati yang signifikan. Metabolit utama progesteron adalah pregnandiol, yang diekskresikan melalui urin.[3,4]
Farmakodinamik
Progesteron bekerja melalui mekanisme aksi berbasis reseptor, berikatan dengan reseptor progesteron (PR) yang termasuk dalam superfamili reseptor hormon steroid. Reseptor ini ditemukan di berbagai jaringan target, termasuk endometrium, miometrium, kelenjar susu, dan otak.
Setelah berikatan dengan progesteron, reseptor mengalami perubahan konformasi yang memungkinkan interaksi dengan elemen respons hormon pada DNA, mengaktifkan atau menekan transkripsi gen yang mengatur proliferasi, diferensiasi, dan sekresi di jaringan target. Aktivasi reseptor progesteron dalam endometrium, misalnya, mengubah endometrium dari fase proliferatif ke fase sekretorik, yang penting untuk mempersiapkan implantasi embrio.
Pada tingkat molekuler, progesteron berperan dalam menekan proliferasi sel epitel endometrium yang dirangsang oleh estrogen, serta meningkatkan sekresi kelenjar endometrium yang mendukung lingkungan yang lebih kondusif bagi perkembangan embrio. Hormon ini juga mengurangi kontraktilitas miometrium, yang mencegah pengeluaran embrio selama tahap awal kehamilan.[2,4,6]
Farmakokinetik
Progesteron tersedia dalam bentuk sediaan parenteral, oral, intrarektal, dan intravaginal. Farmakokinetik dari progesteron, terdiri dari aspek absorbsi, distribusi, metabolisme, dan eliminasi.[3,4]
Absorbsi
Waktu absorbsi yang diperlukan progesteron bergantung dari bentuk sediaannya. Setelah pemberian progesteron sediaan oral dalam formulasi kapsul gelatin lunak mikronisasi, konsentrasi serum puncak dicapai dalam 3 jam pertama dengan bioavailabilitas absolut tidak diketahui. Pada wanita pasca menopause, konsentrasi serum progesteron meningkat secara proporsional dan linier setelah beberapa dosis kapsul progesteron, berkisar antara 100 mg/ hari hingga 300 mg/ hari.
Setelah pemberian progesteron sediaan parenteral secara intramuskular (IM) dosis 10 mg, konsentrasi plasma maksimum dicapai dalam waktu sekitar 8 jam setelah injeksi dan konsentrasi plasma tetap di atas nilai dasar selama sekitar 24 jam setelah injeksi. Progesteron yang diberikan melalui rute IM menghindari metabolisme hepatik first-pass yang signifikan, sehingga konsentrasi progesteron dalam jaringan endometrium yang dicapai akan lebih tinggi jika dibandingkan dengan pemberian oral.[3,4]
Distribusi
Progesteron masuk ke dalam ASI. Diketahui pengikatan protein plasma sekitar 96-99%, terutama dengan albumin (50-54%) dan globulin pengikat kortisol (43-48%). Selain itu, ketika progesteron diberikan secara vaginal akan diserap dengan baik oleh jaringan endometrium uterus dan sebagian kecil didistribusikan ke dalam sirkulasi sistemik.[3,4]
Metabolisme
Progesteron dimetabolisme terutama oleh hati menjadi pregnanediol dan pregnanolon yang kemudian dikonjugasikan menjadi glukuronida dan sulfat. Metabolisme yang dikeluarkan dalam empedu dapat didekonjugasikan dan dapat dimetabolisme lebih lanjut dalam usus melalui reduksi, dehidroksilasi, dan epimerisasi. Metabolit plasma dan urin utama sebanding dengan yang ditemukan selama sekresi progesteron fisiologis korpus luteum.[3,4]
Eliminasi
Progesteron diekskresikan terutama melalui urin (50-60% sebagai metabolit) serta melalui empedu dan feses (sekitar 10%). Eliminasi urin diamati pada 95% pasien dalam bentuk metabolit terkonjugasi glikosida, terutama 3 a, 5 ß–pregnanediol.
Konjugat glukuronida dan sulfat dari pregnanediol dan pregnanolon diekskresikan dalam urin dan empedu. Metabolit progesteron, yang diekskresikan dalam empedu, dapat mengalami daur ulang enterohepatik atau dapat ditemukan diekskresikan dalam tinja.[3,4]