Penggunaan pada Kehamilan dan Ibu Menyusui Lugol Iodin
Penggunaan Lugol Iodin atau kalium iodin pada kehamilan hingga saat ini belum diketahui. Belum ada penelitian pasti yang mengetahui kategori lugol sebagai obat yang dapat digunakan pada ibu hamil. Kandungan Iodin pada Lugol diketahui dapat melewati barier plasenta, dan dapat masuk ke dalam ASI. Sumber lain menyatakan bahwa Lugol iodin masuk ke dalam kategori D. Efek yang didapat lebih besar dari risikonya. Hipertiroid sendiri dapat mengganggu fisiologis kehamilan.
Penggunaan pada Kehamilan
Kategori D (FDA): Ada bukti positif mengenai risiko terhadap janin manusia, tetapi besarnya manfaat yang diperoleh mungkin lebih besar dari risikonya, misalnya untuk mengatasi situasi yang mengancam jiwa.
Kategori N (TCA): Belum dikategorikan.
Ada pendapat berbeda terkait penggunaan lugol pada kehamilan. Terdapat sumber yang menyatakan bahwa belum ada penelitian yang resmi mengenai bahaya penggunaan lugol pada kehamilan. [6] Sementara FDA (Food and Drug Administration) mengkategorikan lugol kedalam kategori D. [22]
Defisiensi iodin pada ibu, paparan iodin selama kehamilan, dan penyakit tiroid, dapat mempengaruhi fungsi tiroid bayi. Efek ini dapat dilihat terutama setelah bayi lahir. Pasien yang pernah menjalani tiroidektomi sebelum hamil atau terapi ablasi dengan radioaktif dapat mengalami peningkatan antibodi thyroid stimulating hormone release (TSHR) selama kehamilan.
Peningkatan TSHR selama kehamilan dapat mempengaruhi ibu dan fetusnya. Antibodi TSHR dapat melalui plasenta mulai dari kehamilan 17 minggu dan puncaknya setelah 32 minggu. Antibodi TSHR dapat menstimulasi atau menghambat produksi hormon tiroid, bila antibodi ini menjadi stimulan untuk produksi hormon tiroid, maka fetus akan mengalami hipertiroidisme. [7]
Pemberian terapi radioaktif iodin dikontraindikasikan pada ibu hamil, dan tiroidektomi dapat menjadi pilihan pada kasus tirotoksikosis yang berat. [7]
Penggunaan pada Ibu Menyusui
Lugol iodin dapat diekskresikan ke dalam ASI, sehingga efek obat dapat masuk kedalam tubuh bayi. Tingginya kadar iodin pada ASI yang masuk ke bayi dapat memberikan umpan balik (feedback) negatif pada fungsi tiroid bayi sehingga menyebabkan hipotiroid. Namun, keadaan hipotiroid ini bersifat transien, penghentian makanan ibu dengan iodium tinggi atau eksternal kalium iodida mengembalikan ke nilai normal tiroid pada bayi. [21]