Penggunaan Pada Kehamilan dan Ibu Menyusui Furosemide
Penggunaan furosemide pada kehamilan masuk dalam kategori Food and Drugs Administration atau FDA C. Penggunaan furosemide pada ibu menyusui diduga tidak terlalu berpengaruh pada bayi, tetapi dapat menurunkan produksi air susu.
Penggunaan pada Kehamilan
Keamanan obat furosemide pada kehamilan termasuk kategori C, artinya studi pada binatang percobaan memperlihatkan adanya efek samping terhadap janin, tetapi belum ada studi terkontrol pada wanita hamil. Obat hanya boleh digunakan jika besarnya manfaat yang diharapkan melebihi besarnya risiko terhadap janin.[7]
Berdasarkan Therapeutic Goods Administration, furosemide termasuk kategori C. Kategori ini berarti obat diduga memiliki efek membahayakan terhadap janin manusia atau neonatus, tanpa menyebabkan malformasi. Efek membahayakan ini mungkin reversible.[19]
Studi pada kelinci menunjukkan furosemide menyebabkan kematian maternal dan abortus ketika diberikan per oral saat periode organogenesis. Dosis furosemide yang digunakan pada studi ini adalah 2, 4, 8 kali lipat lebih besar dibandingkan dosis maksimal pada manusia.[7]
Wanita hamil dengan gagal jantung berisiko untuk mengalami persalinan preterm, dan juga perburukan gejala gagal jantung. Wanita hamil dengan sirosis hepatis juga lebih berisiko untuk mengalami perdarahan varises, gagal hati, pertumbuhan janin terhambat, dan kematian maternal. Dokter perlu menjelaskan mengenai manfaat dan risiko penggunaan furosemide selama kehamilan pada pasien.[7,17]
Penggunaan pada Ibu Menyusui
Furosemide dapat didistribusikan pada air susu ibu (ASI), meskipun dalam jumlah minimal. Furosemide berpotensi mengganggu laktasi, karena diuresis intens dapat menyebabkan penurunan produksi ASI. Sebaiknya, gunakan obat alternatif, terutama pada wanita yang menyusui neonatus atau bayi prematur.[2,7]
Direvisi oleh: dr. Livia Saputra