Kontraindikasi dan Peringatan Furosemide
Kontraindikasi pemberian furosemide adalah pada pasien dengan riwayat hipersensitivitas terhadap furosemide atau komponen penyusun obat ini. Keadaan anuria juga merupakan kontraindikasi pemberian furosemide. Peringatan penggunaan furosemide diberikan pada pasien dengan gangguan fungsi ginjal, karena furosemide dapat menimbulkan nefrotoksisitas.
Kontraindikasi
Penggunaan furosemide dikontraindikasikan pada pasien yang memiliki riwayat hipersensitivitas terhadap furosemide maupun komponen penyusun obat ini. Pasien dengan alergi terhadap antibiotik sulfonamide, misalnya sulfadiazine atau sulfamethoxazole, juga sebaiknya tidak menggunakan furosemide, karena mungkin terjadi reaksi silang.
Kontraindikasi juga diberikan pada pasien anuria. Bila terjadi peningkatan azotemia dan oliguria selama terapi, sebaiknya pemberian furosemide dihentikan. Kondisi hiponatremia, hipovolemia, dehidrasi, atau hipotensi juga merupakan kontraindikasi pemberian furosemide.[3,4]
Peringatan
Peringatan pemberian furosemide diberikan terkait efek diuretik poten dan ototoksisitas dari furosemide. Peringatan juga diberikan saat memberikan furosemide pada pasien di atas 65 tahun, serta pada pasien dengan gangguan fungsi hepar.
Efek Diuretik Furosemide
Furosemide merupakan diuretik poten yang dapat mengakibatkan kehilangan air dan elektrolit dalam jumlah besar. Pasien dapat mengalami dehidrasi dengan kekurangan elektrolit. Risiko hipokalemia terutama meningkat pada pasien yang menerima furosemide dosis tinggi, misalnya lebih dari 80 mg/hari.[4,7]
Pasien Geriatri
Pemberian furosemide pada pasien di atas 65 tahun perlu dilakukan dengan berhati-hati. Pasien geriatri berisiko mengalami hiponatremia akibat terjadinya syndrome of inappropriate antidiuretic hormone secretion (SIADH). Pemeriksaan kadar natrium perlu dilakukan saat pemberian awal, atau ketika meningkatkan dosis pada pasien geriatri.[2,4]
Ototoksisitas
Beberapa kondisi dapat membuat pasien lebih berisiko mengalami ototoksisitas, seperti penggunaan furosemide dosis tinggi atau dengan kecepatan infus yang cepat, adanya komorbiditas yang menyebabkan hipoalbuminemia, penggunaan furosemide bersamaan dengan obat ototoksik lain, misalnya ethacrynic acid atau golongan aminoglikosida, seperti eritromisin. Efek ototoksik juga meningkat pada pasien dengan gangguan ginjal.[2]
Pasien dengan Gangguan Hepar
Pada pasien yang mengalami sirosis hepatis dan asites, pemberian furosemide sebaiknya dilakukan dalam keadaan rawat inap. Perubahan keseimbangan cairan dan elektrolit pada pasien sirosis dapat mengakibatkan koma hepatikum. Oleh sebab itu, perlu pemberian furosemide perlu dilakukan dengan berhati-hati.[4]
Direvisi oleh: dr. Livia Saputra