Pengawasan Klinis Furosemide
Pengawasan klinis pada penggunaan furosemide yang dapat dilakukan dengan memantau balans cairan, serta konsentrasi blood urea nitrogen atau BUN dan kreatinin untuk mencegah oliguria dan azotemia. Tekanan darah juga perlu diperiksa secara berkala, untuk mencegah hipotensi ortostatik.
Pemantauan Tekanan Darah
Selama terapi dengan furosemide, pasien sebaiknya menjalani pemeriksaan tekanan darah setidaknya 1 bulan sekali, dan sesuaikan dosis hingga target tekanan darah tercapai. Jika furosemide diberikan pada pasien yang telah menggunakan antihipertensi lain, seperti captopril, kurangi dosis obat pertama sebanyak 50% atau lebih untuk mencegah hipotensi ortostatik.[2,3]
Pemeriksaan Laboratorium
Sebaiknya, lakukan pemeriksaan fungsi ginjal, antara lain BUN dan kreatinin untuk mencegah terjadinya oliguria dan azotemia. Pemeriksaan kadar elektrolit, misalnya kalium dan natrium, perlu dilakukan sebelum dan 2–4 setelah furosemide diberikan.[2,3]
Tanda-Tanda Ototoksisitas
Furosemide berpotensi menyebabkan ototoksisitas, terutama jika digunakan bersamaan dengan obat-obat yang juga memiliki efek ototoksik, seperti gentamisin dan eritromisin. Dokter perlu mewaspadai terjadinya tinitus dan penurunan pendengaran. Gangguan pendengaran yang terjadi bersifat reversible.[17]
Retensi Urin
Pada pasien yang mengalami kesulitan berkemih, misalnya karena benign prostatic hyperplasia, pemberian furosemide dapat menyebabkan retensi urin akut. Hal ini disebabkan karena terjadi peningkatan produksi urin. Pengawasan diperlukan pada pasien seperti ini, terutama saat awal terapi furosemide dimulai.[14]
Toksisitas Furosemide
Toksisitas akibat furosemide terjadi akibat efek diuretiknya. Gejala overdosis dapat berupa volume darah menurun, dehidrasi, gangguan keseimbangan elektrolit, hipotensi, alkalosis, dan hipokalemia.
Tata laksana toksisitas furosemide dilakukan dengan terapi cairan untuk mengganti cairan dan elektrolit yang hilang. Pada kondisi ini, sebaiknya dilakukan pemeriksaan elektrolit serum, analisis gas darah, dan tekanan darah.[2]
Direvisi oleh: dr. Livia Saputra