Penggunaan pada Kehamilan dan Ibu Menyusui Hydrochlorothiazide
Penggunaan hydrochlorothiazide (HCT) tidak dianjurkan pada kehamilan dan ibu menyusui. Namun, FDA memasukkan obat ini dalam kategori B, sedangkan TGA masuk kategori C. Hydrochlorothiazide dapat disekresikan melalui sawar plasenta dan ke air susu ibu.[4,7,9]
Penggunaan pada Kehamilan
Food and Drug Administration (FDA) memasukan hydrochlorothiazide ke dalam kategori B. Studi reproduksi hewan gagal menunjukkan risiko pada janin dan tidak ada studi yang memadai dan terkendali dengan baik pada wanita hamil.[7]
Sementara, Therapeutic Goods Administration (TGA) memasukan hydrochlorothiazide ke kategori C. Obat yang efek farmakologisnya akan atau diduga menyebabkan menyebabkan efek berbahaya pada janin manusia atau neonatus, tanpa menyebabkan malformasi. Efek ini mungkin reversibel.[7]
Hydrochlorothiazide jika memang perlu digunakan pada ibu hamil, maka harus mempertimbangkan rasio risiko dan manfaat. Obat ini umumnya digunakan untuk terapi hipertensi, gagal jantung, dan edema. Namun, kondisi ibu hamil sebaiknya menggunakan obat golongan lain. Perlu diketahui bahwa obat golongan thiazide dapat menembus plasenta dan terbukti ditemukan pada darah tali pusat.[4,9]
Penggunaan pada Ibu Menyusui
Hydrochlorothiazide dapat disekresikan ke air susu ibu, sehingga penggunaan pada ibu menyusui tidak disarankan. Jika dihadapkan pada kondisi yang sulit, keputusan harus diambil untuk mengutamakan hal yang lebih penting, yakni menghentikan hydrochlorothiazide atau menghentikan pemberian ASI.[4,7,9]
Direvisi oleh: dr. Hudiyati Agustini