Kontraindikasi dan Peringatan Perindopril
Kontraindikasi penggunaan perindopril adalah pada ibu hamil dan pasien dengan hipersensitivitas terhadap perindopril. Peringatan diperlukan pada wanita usia subur karena konsumsi perindopril pada kehamilan telah dikaitkan dengan kematian janin dan neonatus.[3-5]
Kontraindikasi
Perindopril dikontraindikasikan pada pasien dengan riwayat hipersensitivitas terhadap perindopril, ACE inhibitor, atau komponen lain formulasi obat.
Perindopril tidak boleh digunakan pada ibu hamil. FDA telah mengeluarkan black box warning terkait hal ini. Jika seorang wanita diketahui hamil ketika mengonsumsi perindopril, maka penggunaan harus segera dihentikan.
Kontraindikasi lainnya adalah pada pasien dengan stenosis arteri ginjal bilateral atau unilateral; serta pasien dengan riwayat angioedema herediter atau idiopatik, atau angioedema terkait dengan pengobatan ACE inhibitor sebelumnya.
Perindopril juga kontraindikasi pada pasien yang menerima terapi ekstrakorporeal yang menyebabkan kontak antara darah dengan permukaan bermuatan negatif, seperti dialisis. Kontak tersebut menyebabkan peningkatan risiko reaksi anafilaktoid berat.
Kontraindikasi lain adalah penggunaan bersama aliskiren pada pasien diabetes atau gangguan ginjal (laju filtrasi glomerulus < 60 mL/min/1.73 m2).
Penggunaan secara bersamaan dengan obat kombinasi sacubitril-valsartan tidak boleh dimulai sebelum 36 jam sejak dosis terakhir sacubitril-valsartan.[3-5]
Peringatan
Peringatan utama perindopril adalah pada kehamilan. Peringatan lain adalah risiko reaksi hipersensitivitas berat.
Kehamilan
Penggunaan perindopril meningkatkan kemungkinan morbiditas dan mortalitas janin dan neonatus. Potensi risiko tersebut terjadi selama kehamilan, terutama selama trimester kedua dan ketiga.
Perindopril juga dapat meningkatkan risiko malformasi kongenital mayor bila diberikan selama trimester pertama kehamilan. Perindopril bisa menyebabkan oligohidramnion yang dikaitkan dengan hipoplasia paru janin dan deformasi tulang. Potensi efek neonatal meliputi hipoplasia tengkorak, anuria, hipotensi, gagal ginjal, dan kematian.[3,4]
Reaksi Anafilaktoid
Angiotensin converting enzyme (ACE) inhibitor memengaruhi metabolisme eikosanoid dan polipeptida, termasuk bradikinin endogen. Oleh karena itu, pasien yang menggunakan ACE inhibitor dapat mengalami berbagai macam reaksi merugikan yang dimediasi oleh bradikinin atau prostaglandin, termasuk reaksi anafilaktoid.[3-5]
Angioedema
Pasien yang memiliki riwayat angioedema sebelumnya mengalami peningkatan risiko angioedema saat diobati dengan ACE inhibitor. Angioedema yang mengancam jiwa pernah dilaporkan pada obat golongan ACE inhibitor.[3-5]
Hiperkalemia
ACE inhibitor mengurangi pembentukan angiotensin II yang mengakibatkan penurunan produksi aldosteron yang pada akhirnya meningkatkan kalium serum. Efek tersebut biasanya tidak signifikan pada pasien dengan fungsi ginjal normal. Pemeriksaan elektrolit serum perlu dilakukan secara berkala, terutama ketika pasien juga mengonsumsi diuretik.[3,4]
Perburukan Angina atau Infark Miokard
Setelah memulai atau meningkatkan dosis perindopril, angina dapat memburuk dan terjadi infark miokard akut, terutama pada pasien dengan penyakit arteri koroner obstruktif berat.[3-5]
Hipotensi
Hipotensi yang bergejala dengan atau tanpa sinkop dapat terjadi pada pasien yang kekurangan volume. Oleh karena itu, pemantauan pasien dengan ketat diperlukan terutama pada saat dosis awal dan peningkatan dosis.[3-5]
Batuk
Batuk yang disebabkan oleh ACE inhibitor bersifat kering, pendek, dan sering, serta tidak produktif yang biasanya terjadi dalam beberapa bulan pertama pengobatan. Batuk umumnya akan sembuh dalam 1 sampai 4 minggu setelah penghentian ACE inhibitor.[3-5]
Proteinuria
Terapi perindopril berkaitan dengan proteinuria ringan atau transien (< 1 g per 24 jam). Proteinuria tersebut dapat menghilang atau tetap stabil.[3-5]
Gangguan Hematologi
Kejadian agranulositosis pernah dilaporkan pada pasien yang diobati dengan ACE inhibitor. Pada pasien dengan fungsi ginjal normal dan tidak ada faktor komplikasi lain, umumnya efek samping ini jarang terjadi.[3-5]
Gangguan Pengecap (Disgeusia)
Gangguan pengecap cukup umum terjadi pada pasien yang menggunakan ACE inhibitor dosis tinggi. Disgeusia dengan penggunaan obat golongan ini dideskripsikan sebagai supresi rasa atau sensasi logam di mulut. Disgeusia biasanya terjadi pada minggu-minggu pertama pengobatan dan menghilang dalam 1-3 bulan.[3-5]