Pengawasan Klinis Formoterol
Pengawasan klinis utama pada penggunaan formoterol adalah terkait gejala pasien asma dan penyakit paru obstruktif kronis (PPOK). Evaluasi gejala perlu dilakukan berkala untuk memastikan keperluan penyesuaian dosis.[2,8,9]
Evaluasi Gejala Pasien
Evaluasi gejala pasien asma dan PPOK penting dilakukan untuk memastikan kontrol gejala adekuat. Idealnya, pasien dievaluasi setiap 1-3 bulan setelah memulai terapi. Jika gejala dianggap stabil, kontrol dapat dilakukan setiap 3-12 bulan. Apabila pasien mengalami eksaserbasi, maka kontrol harus dijadwalkan dalam 1 minggu setelah perawatan. Pada pasien hamil, pemantauan dilakukan setiap 4-6 minggu.[8,9]
Pengawasan Efek Samping
Formoterol dapat menyebabkan hipokalemia, sehingga diperlukan pemantauan kadar kalium berkala dan pemantauan gejala klinis hipokalemia. Formoterol juga dapat menyebabkan hiperglikemia, sehingga juga perlu dilakukan pemantauan kadar gula dalam darah atau urin secara berkala.
Selain itu, formoterol dapat menyebabkan gangguan pada jantung dan pembuluh darah, sehingga perlu dilakukan pengawasan gejala klinis berupa nyeri dada, pembesaran vena pada leher, rasa lelah yang ekstrim, denyut jantung ireguler, dan edema. Lakukan juga pengawasan klinis terkait efek samping berat, seperti reaksi alergi dan bronkospasme paradoks.[2,5]