Indikasi dan Dosis Ambroxol
Indikasi ambroxol adalah untuk meredakan batuk pada berbagai penyakit saluran pernapasan, seperti common cold, bronkitis akut, dan penyakit paru obstruktif kronik. Dosis ambroxol bervariasi sesuai usia, tetapi penggunaan rutin pada anak di bawah usia 2 tahun tidak disarankan.[2,4,7]
Di Indonesia, ambroxol hanya tersedia dalam bentuk oral, sehingga pemberiannya terutama dilakukan per oral. Meski begitu, telah ada beberapa penelitian yang menunjukkan efikasi dan keamanan ambroxol sediaan inhalasi, termasuk pada populasi anak walaupun masih diperlukan studi lebih lanjut untuk memvalidasi temuan tersebut.[21,22]
Indikasi
Indikasi ambroxol adalah sebagai mukolitik. Ambroxol sering kali digunakan dalam tata laksana berbagai gangguan saluran napas, seperti bronkitis akut, common cold, faringitis akut, dan penyakit paru obstruktif kronik. Sediaan kapsul lepas lambat sering digunakan untuk penyakit paru kronis yang membutuhkan terapi ambroxol jangka panjang.
Ambroxol juga sering digunakan untuk penderita asthma bronkial. Namun, pedoman tata laksana asthma sudah tidak lagi menyarankan penggunaan ambroxol dalam tata laksana asthma.[2,6]
Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa sediaan inhalasi efektif dan aman untuk mengurangi batuk dan mengeluarkan dahak. Walau begitu, penelitian lebih lanjut masih diperlukan untuk memvalidasi temuan tersebut dan penggunaan inhalasi ini belum mendapat persetujuan dari organisasi pengawasan peredaran obat di Indonesia atau negara lain.[21,22]
Ambroxol juga menunjukkan potensi dalam penanganan gangguan pernapasan pada neonatus. Telah ada beberapa penelitian yang menunjukkan efikasi ambroxol untuk respiratory distress syndrome (RDS), bronchopulmonary dysplasia, meconium aspiration syndrome, dan penutupan patent ductus arteriosus pada bayi prematur. Meski demikian, ambroxol berperan hanya sebagai terapi adjuvant terhadap terapi lain.[23]
Pada sistem saraf, ambroxol diketahui memiliki efek menekan neuroinflamasi. Atas dasar ini, ambroxol banyak diteliti penggunaannya untuk menjadi disease-modifying treatment pada penyakit seperti Parkinson. Walau begitu, obat ini belum direkomendasikan untuk diberikan secara rutin pada penyakit neurodegeneratif dan neuroinflamasi (masih sebatas penggunaan untuk penelitian saja).[19]
Dosis Dewasa
Penggunaan kapsul lepas lambat disarankan hanya 1 kali sehari dengan dosis 75 mg.
Penggunaan sediaan tablet biasa dosis 30 mg dapat diberikan 2-3 kali sehari. Dosis maksimal adalah 120 mg per 24 jam.
Farmakokinetik ambroxol tidak dipengaruhi makanan. Namun, pada pasien yang memiliki keluhan gastrointestinal, pemberian setelah makan dapat dipertimbangkan.[5,6]
Dosis Anak
Obat batuk secara umum tidak disarankan penggunaannya pada anak, terutama yang berusia di bawah 2 tahun. Hal ini karena belum ada bukti ilmiah adekuat yang mendukung efikasi dan keamanan penggunaan obat batuk pada anak, termasuk ambroxol.[4]
Sediaan Tablet
Sediaan tablet dosis 30 mg digunakan pada anak di atas usia 12 tahun, dengan frekuensi pemberian 2-3 kali sehari.
Pada anak usia 6-12 tahun, dapat diberikan ambroxol tablet 15 mg, 2-3 kali sehari.
Sediaan Sirup
Dosis pemberian sirup ambroxol 15mg/5ml disesuaikan dengan usia. Pada anak usia 2-6 tahun, dapat diberikan 7,5 mg atau 2,5 ml, sebanyak 3 kali sehari.
Sementara itu, pada anak usia 6-12 tahun, dapat diberikan dosis 15 mg atau setara 5 ml, sebanyak 2-3 kali sehari.
Sediaan Drops
Ambroxol juga tersedia dalam bentuk sirup tetes (drops) 15 mg/ml yang umumnya diberikan untuk anak sampai dengan usia 2 tahun dengan dosis 0,5 ml 2 kali sehari. Meskipun begitu, penggunaan harus hati-hati karena data keamanan dan efikasi yang belum adekuat.[4-6]
Penulisan pertama oleh: dr. Audrey Amily
Direvisi oleh: dr. Bedry Qintha