Farmakologi Antitoksin Botulinum
Dari sisi farmakologi, antitoksin botulinum dapat bekerja dengan cara mengikat toksin botulisme. Namun, studi terkait proses farmakodinamik dan farmakokinetik antitoksin botulinum memang masih terbatas.
Farmakodinamik
Pada kasus botulisme, toksin botulinum berikatan secara ireversibel pada presinaptik saraf di neuromuscular junction. Ikatan ini dapat menyebabkan gangguan pelepasan asetilkolin pada celah sinaps, sehingga sindrom paralitik terjadi.
Antitoksin botulinum, baik berupa fragmen antibodi maupun imunoglobulin, bekerja dengan cara mengikat toksin bebas yang masih beredar di darah dan mencegah toksin mengikat presinaps. Ikatannya dengan toksin bebas ini akan mencegah perburukan penyakit tetapi tidak dapat mengembalikan paralisis yang telah terjadi.[1-3]
Saat ini, terdapat 2 jenis antitoksin botulinum, yaitu:
Heptavalent botulinum antitoxin (HBAT): larutan steril berisi fragmen antibodi F(ab’)2 dan F(ab) yang berasal dari plasma kuda, diindikasikan pada pasien botulisme akibat neurotoksin serotipe A, B, C, D, E, F, atau G
Botulism immune globulin intravenous human (BIG-IV): berisi immunoglobulin G (IgG) yang distabilkan oleh kandungan 5% sukrosa dan 1% albumin manusia, diindikasikan hanya pada pasien botulisme dengan neurotoksin serotipe A atau B[1-3]
Antitoksin konvensional ini mengikat domain translokasi rantai ringan atau rantai berat dan secara lemah mengikat receptor-binding domain (RBD). Terdapat studi yang sedang mengembangkan antitoksin multivalen baru yang ampuh terhadap semua neurotoksin, dan berikatan dengan RBD lebih kuat.[11]
Farmakokinetik
Saat ini belum ada data farmakokinetik yang memadai tentang antitoksin botulinum. Parameter farmakokinetik antitoksin botulinum berbeda pada setiap serotipenya.
Absorbsi
Setelah pemberian intravena, antitoksin botulinum heptavalent (HBAT) akan diabsorbsi dengan konsentrasi maksimal plasma (Cmax) berbeda pada tiap serotipe antitoksinnya. Setelah pemberian 1 vial, konsentrasi maksimal plasma tertinggi dimiliki oleh antitoksin serotipe A (2,69 U/mL) dan serotipe F (2,37 U/mL). Sementara itu, konsentrasi maksimal plasma terendah dimiliki oleh antitoksin serotipe G (0,59 U/mL) dan D (0,81 U/mL).
Di lain sisi, setelah pemberian antitoksin botulinum yang berupa botulism immune globulin intravenous human (BIG-IV), titer antibodi serotipe A berkisar pada 15 U/mL dan antibodi serotipe B berkisar pada 4 U/mL. Tidak ada data mengenai waktu yang diperlukan untuk mencapai konsentrasi plasma ini.[2,3]
Distribusi
Distribusi HBAT dapat diukur dari volume distribusi yang berbeda pada setiap serotipe antitoksin. Setelah pemberian 1 vial, volume distribusi tertinggi dimiliki oleh antitoksin serotipe E pada 14.172 mL dan serotipe B pada 9.607 mL. Sementara itu, volume distribusi terendah dimiliki oleh antitoksin serotipe D pada 1.465 mL dan serotipe G pada 2.372 mL. Tidak ada data mengenai distribusi BIG-IV.[2,3]
Metabolisme
Tidak ada data khusus mengenai metabolisme antitoksin botulisme. Paparan HBAT dalam tubuh dapat dinilai dari area under the concentration curve (AUC). Setelah pemberian 1 vial, nilai AUC tertinggi dimiliki oleh serotipe C pada 57,34 U jam/mL dan serotipe F pada 31.4 U jam/mL. Sementara itu, nilai AUC terendah dimiliki oleh serotipe G pada 7,05 U jam/mL dan serotipe E pada 7,16 U jam/mL. Tidak ada data paparan pada BIG-IV.[2,3]
Eliminasi
Eliminasi antitoksin botulinum dapat dinilai dari laju eliminasi dan waktu paruh. Laju eliminasi dan waktu paruh HBAT juga berbeda pada tiap serotipe antitoksin. Setelah pemberian 1 vial, laju eliminasi tertinggi dimiliki oleh antitoksin serotipe E pada 1.250 mL/jam dan serotipe A pada 293 mL/jam. Sementara itu, laju eliminasi terendah dimiliki oleh antitoksin serotipe D pada 137 mL/jam dan serotipe C pada 144 mL/jam.
Waktu paruh terlama dimiliki oleh antitoksin serotipe B pada 34,2 jam dan serotipe C pada 29,6 jam, sedangkan waktu paruh tercepat dimiliki oleh antitoksin serotipe G pada 0,59 jam dan serotipe D pada 0,81 jam.[2,3]
Direvisi oleh: dr. Hudiyati Agustini