Penggunaan pada Kehamilan dan Ibu Menyusui Paroxetine
Penggunaan paroxetine pada kehamilan dikategorikan oleh Food and Drug Administration (FDA) dan Therapeutic of Good Administration (TGA) sebagai kategori D. Terdapat risiko malformasi kongenital pada janin yang terpapar paroxetine. Paroxetine diekskresikan melalui air susu ibu sehingga berpotensi menyebabkan efek samping pada bayi yang menyusu.[1,2,9]
Penggunaan pada Kehamilan
Penggunaan paroxetine pada kehamilan termasuk kategori D oleh FDA dan TGA. Studi epidemiologi menunjukkan bahwa terdapat peningkatan risiko malformasi kongenital (terutama malformasi kardiovaskuler) pada janin yang terpapar paroxetine pada kehamilan trimester pertama.[1,2,9]
Paparan paroxetine pada trimester ketiga berhubungan dengan komplikasi pada neonatus yang mungkin akan memerlukan hospitalisasi, alat bantu nafas, dan tube feeding. Studi juga menunjukkan bahwa paroxetine berhubungan dengan kejadian cacat lahir berupa gangguan jantung, anensefali, dan defek dinding abdomen.[1,2,9]
Penggunaan pada Ibu Menyusui
Paroxetine diekskresikan melalui air susu ibu. Hal ini berpotensi menyebabkan efek samping pada bayi yang menyusu, sehingga perlu dipertimbangkan untuk menghentikan pemberian ASI atau menghentikan obat. Pada studi hewan, terjadi peningkatan mortalitas neonatus pada anak-anak tikus yang mendapatkan paroxetine sebanyak 13 dan 32 mg/kg/hari selama kehamilan dan menyusui.
Paroxetine sebaiknya hanya digunakan jika manfaatnya melebihi risiko yang dapat ditimbulkan pada ibu yang menyusui dan bayinya.[1,2,9]