Efek Samping dan Interaksi Obat Vaksin Haemophilus influenzae Tipe B
Efek samping pemberian vaksin Haemophilus influenzae tipe B (HiB) umumnya ringan, seperti eritema atau bengkak pada lokasi suntikan, dan demam. Namun, dapat juga terjadi reaksi berat seperti anafilaksis. Interaksi dapat terjadi dengan obat yang menurunkan respon imun.[3]
Efek Samping
Efek samping pemberian vaksin HiB yang paling sering dilaporkan antara lain demam, eritema dan bengkak pada lokasi suntikan. Efek samping bersifat ringan dan akan hilang dengan sendirinya.
Potensi efek samping lainnya mencakup muntah, diare, intususepsi, kejang, hipotonia, ruam, iritabel, letargi, reaksi anafilaksis, dan apnea.[1,3,5]
Interaksi Obat
Interaksi obat vaksin HiB jarang terjadi jika diberikan dengan sediaan vaksin lain. Sediaan kombinasi vaksin HiB dengan vaksin difteri, pertusis, tetanus, polio, dan hepatitis B telah dilaporkan aman dan tidak menyebabkan gangguan respon imun terhadap masing-masing vaksin.
Obat Imunosupresi
Obat yang memiliki efek supresi terhadap sistem imun diduga dapat mempengaruhi respon vaksin.[3]
Antibodi Anti Sel B:
Antibodi anti sel B, seperti rituximab, diduga dapat menurunkan respon imun terhadap vaksin HiB. Berikan vaksin setidaknya 2 minggu sebelum memulai terapi atau tunda hingga ≥ 6 bulan setelah terapi selesai.[3]
Kortikosteroid Dosis Imunosupresi:
Beberapa ahli menyarankan untuk memberikan vaksin ≥2 minggu sebelum memulai terapi kortikosteroid imunosupresif jika memungkinkan. Meski begitu, vaksin HiB tetap dapat diberikan kepada mereka yang menerima terapi kortikosteroid jangka panjang untuk penyakit inflamasi atau autoimun.[3]
Kemoterapi Atau Terapi Radiasi:
Berikan vaksin setidaknya 2 minggu sebelum terapi. Jika vaksin Hib diberikan selama atau dalam 14 hari setelah memulai kemoterapi atau terapi radiasi, ulangi dosis vaksin dimulai ≥3 bulan setelah selesainya terapi jika kompetensi kekebalan pulih. Vaksinasi ulang tidak diperlukan jika vaksin Hib diberikan >14 hari sebelum kemoterapi atau terapi radiasi.[3]
Obat yang Memodifikasi Respon Biologis:
Serupa dengan obat lain yang telah disebutkan di atas, obat yang memodifikasi respon biologis dapat menurunkan respon imun terhadap vaksin. Contoh obat ini adalah golongan colony-stimulating factors, interleukin, dan tumor necrosis factor-α inhibitors.
Vaksin dapat diberikan ≥2 minggu sebelum dimulainya terapi tersebut. Jika vaksin diindikasikan pada pasien dengan penyakit inflamasi kronis yang menerima terapi pemeliharaan dengan golongan obat ini, beberapa ahli menyarankan untuk tidak menunda pemberian vaksin karena khawatir dapat terjadi eksaserbasi penyakit inflamasi.[3]
Penulisan pertama oleh: dr. Jennifer