Pendahuluan Vaksin Rubella
Vaksin rubella adalah vaksin yang mengandung virus hidup dari rubella yang sudah dilemahkan dan diberikan untuk membentuk imunitas tubuh secara aktif sebagai pencegahan terhadap infeksi rubella. Vaksin rubella efektif mencegah infeksi virus rubella 2 minggu pasca pemberian dosis pertama.[1,3]
Di Indonesia, vaksin ini diberikan dalam bentuk kombinasi bersama dengan vaksin campak/measles (MR) atau measles dan mumps (MMR). Vaksin rubella dapat diberikan secara subkutan maupun intramuskular.[2]
Vaksin rubella dapat mulai diberikan pada bayi usia 9 bulan dalam bentuk MR, atau pada usia 12 bulan dalam bentuk MMR. Dosis kedua diberikan pada usia 5-7 tahun. Pemberian vaksin rubella disesuaikan dengan jadwal imunisasi anak dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI).[13]
Efek samping yang dapat terjadi adalah reaksi lokal pada area injeksi. Pada kasus yang lebih jarang dapat terjadi demam, malaise, sakit kepala, nyeri otot, rasa lelah, rasa kantuk dan kehilangan nafsu makan.[7,11,14]
Kontraindikasi pemberian vaksin adalah riwayat hipersensitivitas terhadap vaksin. Selain itu pasien yang berencana hamil harus menunda kehamilannya minimal 1 bulan pasca vaksinasi. Pada pasien yang sedang hamil, vaksin rubella dapat diberikan setelah postpartum.[4,5,15]
Peringatan terhadap penggunaan vaksin rubella diberikan pada pasien yang mendapatkan terapi imunoglobulin, terapi kortikosteroid dosis tinggi, terapi imunosupresan. Selain itu, pasien dengan riwayat cedera kepala atau riwayat kejang, riwayat demam atau kejang demam, ataupun riwayat hipersensitivitas terhadap telur perlu diperingatkan akan adanya potensi penyakit terpicu akibat vaksin rubella.[4,10,11]
Pengawasan klinis vaksin rubella bisa dilakukan sebelum dan setelah pemberian vaksin rubella yang dapat dipantau melalui pemeriksaan serologis seperti pemeriksaan titer antibodi untuk melihat respon imunitas terhadap rubella.[4]
Tabel 1. Deskripsi Singkat Vaksin Rubella
Perihal | Deskripsi |
Kelas | Vaksin, serum, dan immunogloulin[1] |
Subkelas | Vaksin[2] |
Akses | Resep[11] |
Wanita hamil | Kategori FDA C[4]; Kategori TGA B2[5] |
Wanita menyusui | Dapat diekskresikan ke dalam ASI[15] |
Anak-anak | Direkomendasikan untuk anak-anak[13] |
Infant | Aman digunakan bayi mulai usia 9 bulan[13] |
FDA | Approved[6] |
Direvisi oleh: dr. Gabriela Widjaja