Penggunaan Pada Kehamilan dan Ibu Menyusui Vaksin Rubella
Penggunaan vaksin rubella pada kehamilan tidak disarankan dan sebaiknya diberikan setelah melahirkan. Pada pasien yang sudah menerima vaksin rubella, pencegahan kehamilan perlu dilakukan hingga 28 hari pasca vaksinasi. Vaksin rubella juga tidak disarankan bagi ibu menyusui karena diekskresikan ke ASI.
Penggunaan pada Kehamilan
Berdasarkan kategori FDA, vaksin rubella termasuk dalam kategori C, yang berarti studi pada binatang percobaan memperlihatkan adanya efek samping terhadap janin, namun belum ada studi terkontrol pada wanita hamil. Obat hanya boleh digunakan jika besarnya manfaat yang diharapkan melebihi besarnya risiko terhadap janin.[4]
Sedangkan berdasarkan kategori TGA, vaksin rubella termasuk dalam kategori B2, yaitu obat telah diberikan pada sejumlah ibu hamil, tanpa adanya efek malformasi terhadap janin. Studi pada hewan menunjukkan data tidak ada efek samping terhadap janin, tetapi data yang ada terbatas.
Pada sebuah studi yang melibatkan sekitar 700 ibu hamil yang mendapatkan vaksinasi rubella dalam waktu 3 bulan sebelum atau setelah konsepsi, tidak ditemukan abnormalitas pada bayi yang berhubungan dengan sindrom kongenital rubella. Studi ini dilakukan oleh CDC dalam kurun waktu 10 tahun. Studi lain menunjukkan dari 2,984 ibu hamil yang tidak disadari mendapatkan vaksin rubella pada trimester pertama, bayi yang dilahirkan tidak ada yang mengalami sindrom kongenital rubella.[4,12]
Penggunaan pada Ibu Menyusui
Pemberian vaksin rubella tidak disarankan untuk ibu menyusui. Sebuah studi menunjukkan bahwa ibu post partum yang menyusui bayi dan diberikan vaksin rubella yang dilemahkan,vaksin terdeteksi pada ASI.[4,15]
Direvisi oleh: dr. Gabriela Widjaja