Pendahuluan Vaksin COVID-19 Sinovac
Vaksin Sinovac, atau disebut vaksin CoronaVac, merupakan inactivated virus vaccine yang diharapkan dapat mencegah penyakit COVID-19. CoronaVac mengandung virus SARS-CoV-2 yang sudah dihilangkan kemampuan untuk menginfeksi dan mereplikasi. Namun, masih memiliki kemampuan untuk bekerja sebagai imunogen sehingga dapat memicu pembentukan kekebalan tubuh terhadap penyakit COVID-19.[1,2]
Vaksin ini diproduksi oleh Sinovac Biotech Inc. yang bekerja sama dengan PT Biofarma. Pada tanggal 11 Januari 2021, Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia (BPOM RI) memberikan persetujuan penggunaan vaksin CoronaVac dalam kondisi emergensi (Emergency Use Authorization / EUA). Walaupun hasil uji klinik fase 3 vaksin ini belum dipublikasikan secara final, tetapi data interim terkait keamanan vaksin melaporkan efek samping yang timbul hanya berderajat ringan hingga sedang.[1,2]
Data interim terkait efikasi melaporkan vaksin CoronaVac mampu membentuk antibodi terhadap SARS-CoV-2. Tingkat efikasi untuk melindungi terhadap COVID-19 menurut data uji klinik di Bandung adalah 65,3%. Data interim tersebut dijadikan landasan keputusan BPOM untuk menerbitkan EUA.[1,2]
Nama generik: SARS-CoV-2 virus (inactivated)[3,4]
Sinonim: PiCoVacc[5]
Tabel 1. Deskripsi Singkat Vaksin Sinovac (CoronaVac)
Perihal | Deskripsi |
Kelas | Vaksin[1,3] |
Subkelas | Inactivated vaccine[1,3,4] |
Akses | Resep[1,3] |
Wanita hamil | Belum ada data keamanan dan efikasi pada wanita hamil[3] |
Wanita menyusui | Belum ada data keamanan dan efikasi pada wanita menyusui[3] |
Anak-anak | BPOM dan IDAI telah merekomendasi pemberian vaksin Sinovac untuk anak usia 12−17 tahun[11] |
Infant | Belum ada data keamanan dan efikasi pada bayi[1,3] |
FDA | Pending[6] |
Direvisi oleh: dr. Andrea Kaniasari