Vitamin D diduga bermanfaat untuk pencegahan penyakit kardiovaskular, contohnya penyakit jantung koroner, gagal jantung, dan atrial fibrilasi. Namun, studi-studi yang ada saat ini sebenarnya masih menunjukkan hasil yang kurang konklusif tentang efektivitas vitamin D untuk mencegah penyakit kardiovaskular.[1]
Penyakit kardiovaskular merupakan salah satu penyebab mortalitas utama di dunia dengan total kematian sekitar 17.900.000 jiwa tiap tahun. WHO melaporkan bahwa faktor risiko penyakit kardiovaskular adalah imobilisasi, penggunaan tembakau dan alkohol, hipertensi dan diabetes mellitus, serta obesitas. Intervensi preventif diperlukan untuk mengurangi morbiditas dan mortalitas kardiovaskular.[1]
Beberapa studi terdahulu melaporkan bahwa vitamin D mungkin bermanfaat untuk mengurangi risiko penyakit kardiovaskular. Suplementasi vitamin D akhirnya mulai banyak digunakan, terutama karena sekitar 30–50% populasi dilaporkan mengalami defisiensi vitamin D. Namun, bukti klinis tentang efektivitas vitamin D untuk mencegah penyakit kardiovaskular sebenarnya masih terbatas.[2-4]
Mekanisme Kerja Vitamin D dalam Fisiologi Kardiovaskular
Uji eksperimental pada hewan model melaporkan bahwa vitamin D memiliki berbagai efek kardiovaskular, seperti inhibisi proliferasi kardiomiosit, stimulasi proliferasi sel otot polos pembuluh darah, stimulasi ekspresi vascular endothelial growth factor (VEGF), inhibisi sistem renin-angiotensin-aldosteron (RAAS), dan sekresi peptida natriuretik.[5,6]
Aktivasi reseptor vitamin D (VDR) oleh kalsitriol secara langsung akan menginhibisi pembentukan angiotensin I dan angiotensin II di ginjal, jantung, dan arteri renalis. Selain itu, vitamin D meningkatkan produksi angiotensin converting enzyme-2, sehingga mengurangi kelebihan angiotensin II yang memiliki efek merugikan pada sistem kardiovaskular. Akibatnya, vitamin D meningkatkan efek antiinflamasi, antifibrosis, dan antihipertensi.[6,7]
Secara teoretis, semua proses tersebut membuat vitamin D dapat memodifikasi faktor risiko mayor penyakit kardiovaskular (contohnya hipertensi) dan mencegah terjadinya penyakit kardiovaskular. Namun, hasil uji klinis mungkin berbeda dengan teori.
Efek Vitamin D terhadap Risiko Penyakit Jantung Koroner
Eksperimen pada hewan coba menunjukkan bahwa kadar vitamin D yang cukup dapat menurunkan respons inflamasi pada proses aterosklerosis. Uji coba lain yang dilakukan oleh Lee, et al., pada hewan coba juga melaporkan bahwa pemberian vitamin D dapat menurunkan luas fibrosis pada ventrikel kiri pasca infark miokard akut bila dibandingkan dengan grup kontrol (p<0,05).[8,9]
Namun, hasil pada hewan coba tersebut tidak sejalan dengan berbagai uji klinis yang dilakukan pada manusia. Hasil penelitian mengenai efektivitas vitamin D pada penyakit arteri koroner masih kontroversial, mengingat hasil satu studi dengan studi lain belum konsisten.[10]
Tinjauan sistematik oleh Barbarawi, et al., mempelajari 83.291 pasien dan melaporkan bahwa suplementasi vitamin D tidak memiliki asosiasi dengan penurunan risiko major adverse cardiovascular events (RR: 1,00; 95% IC 0,95–1,06; p=0,85), infark miokard (RR: 1,00; 95% IC: 0,93–1,08; p=0,92), ataupun stroke. Suplementasi vitamin D juga tidak berasosiasi dengan penurunan kematian kardiovaskular.[10]
Namun, hasil yang berbeda dilaporkan oleh studi Bahrami et al., yang menyatakan bahwa suplementasi vitamin D memiliki efek yang baik untuk menurunkan tekanan darah diastolik (-2,96, p<0,001), high-density lipoprotein atau HDL (-2,59, p=0,16), dan low-density lipoprotein atau LDL (2,08, p=0,56). Vitamin D juga menurunkan kolesterol total dan trigliserida.[11]
Untuk bisa menarik kesimpulan mengenai peran vitamin D dalam pencegahan penyakit arteri koroner, penelitian lebih lanjut masih diperlukan mengingat hasil akhir studi-studi saat ini masih saling berbeda.
Efek Vitamin D terhadap Risiko Gagal Jantung
Studi mengenai peran vitamin D pada gagal jantung telah dilakukan sebelumnya tetapi masih memiliki keterbatasan, sehingga memerlukan penelitian lebih lanjut untuk bisa menarik kesimpulan.
Uji klinis Hosseinzadeh, et al., melaporkan bahwa penggunaan suplementasi vitamin D selama 8 minggu bisa menurunkan tekanan darah sistolik tetapi tidak bermakna secara statistik dibandingkan plasebo (-0,033±4,71 mmHg, p=0,531) dan tidak memengaruhi kemampuan 6-minutes walking test.[12]
Uji klinis dengan waktu yang lebih lama juga dilakukan oleh Zittermann et al., yang melaporkan bahwa pemberian vitamin D 4.000 IU selama 3 tahun tidak berbeda dalam hal mortalitas bila dibandingkan plasebo (HR 1,09; 95% IC: 0,69–1,71; p=0,726). Akan tetapi, studi lain melaporkan bahwa defisiensi vitamin D merupakan faktor risiko independen untuk rawat inap pada pasien gagal jantung.[13,14]
Studi Zhao et al., melaporkan bahwa pemberian vitamin D 4.000 IU/hari selama minimal 3 bulan dapat mengurangi remodeling ventrikel dan meningkatkan ejeksi fraksi dalam pemeriksaan echocardiography. Namun, heterogenitas penelitian mencapai 88% dan kemungkinan bias publikasi masih ada. Outcome yang lebih bermakna secara klinis (seperti angka rawat inap dan mortalitas) juga masih perlu dipelajari.[15]
Efek Vitamin D terhadap Atrial Fibrilasi
Hingga saat ini, peran vitamin D pada mekanisme atrial fibrilasi masih belum diketahui dengan pasti. Namun, dugaan sementara adalah vitamin D dapat menurunkan risiko terjadinya atrial fibrilasi melalui hambatan RAAS.[16]
Studi oleh Turin et al., melaporkan bahwa vitamin D tidak memiliki pengaruh terhadap prevalensi atrial fibrilasi (OR: 1,08; 95% IC: 0,95–1,22). Namun, meta analisis Liu, et al., melaporkan bahwa defisiensi vitamin D memiliki asosiasi dengan peningkatan risiko atrial fibrilasi (RR: 1,23, 95% IC: 1,05–1,43). Kadar vitamin D yang cukup memiliki efek protektif terhadap atrial fibrilasi, terutama pada kelompok usia >65 tahun.[16,17]
Kesimpulan
Dari hasil penelitian-penelitian yang dijabarkan di atas, vitamin D mungkin memiliki hubungan dengan kesehatan kardiovaskular tetapi hubungan tersebut belum terbukti secara pasti apakah benar bersifat sebab-akibat. Berbagai studi masih menunjukkan hasil yang kontradiktif, sehingga pemberian suplementasi vitamin D untuk pencegahan penyakit kardiovaskular belum dapat direkomendasikan secara universal.[10-17]
Selain itu, penyakit kardiovaskular merupakan penyakit multifaktorial yang tidak hanya melibatkan vitamin D dalam patogenesisnya, tetapi juga melibatkan faktor risiko lain, seperti inaktivitas fisik, obesitas, dan diabetes mellitus. Pencegahan yang dianjurkan adalah modifikasi faktor-faktor risiko tersebut.[1]
Rekomendasi dietary allowances vitamin D adalah 600–800 IU/hari. Akan tetapi, hal ini tidak bersifat spesifik untuk pencegahan penyakit kardiovaskular. Studi menyimpulkan bahwa penggunaan suplementasi vitamin D melebihi dosis anjuran tersebut untuk mencegah penyakit kardiovaskular belum dapat dianjurkan.[18]
Penulisan pertama oleh: dr. Josephine Darmawan