Diagnosis Angioedema
Diagnosis angioedema dapat ditegakkan terutama saat pemeriksaan fisik yaitu ditemukan non pitting edema pada kulit dan mukosa dengan sensasi lebih menyakitkan daripada gatal. Pembengkakan terjadi jelas dan tiba-tiba, bisa di wajah, ekstremitas dan genitalia.
Anamnesis ditujukan untuk mencari etiologi, sedangkan pemeriksaan tanda vital penting untuk menyingkirkan kemungkinan syok anafilaksis. Sebagian besar kasus angioedema tidak memerlukan pemeriksaan penunjang.[5,6,9]
Anamnesis
Anamnesis yang baik dan detail bertujuan untuk mencari etiologi angioedema. Informasi yang harus digali dalam anamnesa misalnya:
- Onset kejadian, angioedema akut bila terjadi <6 minggu dan angioedema kronik bila terjadi >6 minggu
- Faktor pencetus misalnya mengkonsumsi makanan atau obat-obatan tertentu, gigitan serangga/sengatan lebah, aktivitas fisik
- Gejala penyerta misalnya urtikaria, suara serak, tenggorokan seperti tercekik, sulit menelan, mual, muntah, pembesaran perut (asites), nyeri perut
- Riwayat mengalami angioedema sebelumnya, untuk mengetahui adanya angioedema rekuren
- Riwayat penyakit sebelumnya, misalnya autoimun
- Riwayat keluarga[5]
Pada angioedema herediter, idiopatik atau yang diinduksi obat-obatan, maka terdapat episode yang terdiri dari muncul nya gejala angioedema selama 1-7 hari dan sembuh sendiri. Keparahan gejala dapat bervariasi pada pasien yang sama.[5]
Pemeriksaan Fisik
Angioedema didefinisikan sebagai pembengkakan pada kulit dan mukosa yang tidak gatal dan non pitting, biasanya mempengaruhi lapisan kulit yang lebih dalam. Pembengkakan terjadi jelas dan tiba-tiba, serta sensasi yang dirasakan lebih menyakitkan daripada gatal.
Sedangkan pada urtikaria pembengkakan kulit lebih superfisial dan terasa gatal-gatal. Di klinik pasien dapat datang dengan angioedema saja, urtikaria saja, atau kombinasi urtikaria dan angioedema.[6,9]
Angioedema sering menyerang daerah wajah, ekstremitas dan genitalia sehingga dapat terlihat pembengkakan di daerah mata, bibir, lidah, ekstremitas, juga di alat genital. Pemeriksaan laringoskopi disarankan untuk mengetahui apakah ada pembengkakan pada uvula dan laring. Pada pemeriksaan abdomen, dapat ditemukan distensi abdomen, tanda obstruksi usus dan penurunan bising usus.[5,9]
Pemeriksaan tanda-tanda vital seperti tekanan darah, frekuensi denyut nadi dan frekuensi napas penting untuk dilakukan karena angioedema bisa saja merupakan bagian dari syok anafilaksis yang mengancam nyawa.[5,9]
Diagnosis Banding
Karakteristik angioedema adalah pembengkakan kulit dan mukosa. Bila terjadi gejala angioedema, maka kemungkinan reaksi anafilaksis harus disingkirkan terlebih dahulu.
Reaksi anafilaksis merupakan reaksi alergi berat yang mengancam nyawa. Reaksi ini ditandai dengan penurunan tekanan darah secara drastis, penurunan kesadaran dan gangguan pernapasan. Penyebab reaksi anafilaksis seperti alergi obat dan alergi makanan.[5]
Selain itu, terdapat pembengkakan akibat penyebab lain yang sering didiagnosis banding dengan angioedema, seperti:
- Pembengkakan wajah atau tangan yang simetris, biasanya berhubungan dengan perubahan hormon pada wanita
- Pitting edema di perifer karena insufisiensi vena, gagal jantung kongestif, penyakit liver atau ginjal
- Persisten pembengkakan wajah disebabkan sindrom vena cava superior
- Persisten pembengkakan wajah terutama pada bibir dan mata, disebabkan granulomatous cheilitis (terkait Crohn disease, Melkersson-Rosenthal syndrome)[2]
Pemeriksaan Penunjang
Sebagian besar kasus angioedema tidak memerlukan pemeriksaan penunjang, karena biasanya angioedema tidak akan bertahan lebih dari 72 jam. Namun ada beberapa kasus muncul kembali di lokasi yang sama atau berpindah tempat, atau ada yang
pembengkakannya berlangsung selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan. Untuk kasus angioedema rekuren atau kronis tersebut maka diperlukan pemeriksaan penunjang untuk mencari pencetus, termasuk pemeriksaan alergi, laboratorium serta pencitraan.[6]
Pemeriksaan Alergi
Pemeriksaan alergi dapat dilakukan pada angioedema yang diduga disebabkan oleh reaksi hipersensitivitas tipe 1 atau angioedema yang berhubungan dengan urtikaria. Pemeriksaan yang dapat dilakukan di antaranya skin prick test, skin patch test, tes kulit antibodi IgE atau Radio Allergo Sorbent Test (RAST).[18]
Pemeriksaan Laboratorium
Pada angioedema tanpa urtikaria yang terjadi berulang, disarankan untuk melakukan pemeriksaan untuk mencari penyebab angioedema herediter dan angioedema didapat. Misalnya pemeriksaan biokimia defisiensi C1-INH (level C4, level penghambat C1 esterase / C1-INH dan level C1q pada darah).[9]
Pemeriksaan laboratorium lain yang mungkin dapat dilakukan:
- Pemeriksaan darah lengkap dan hitung jenis
- Gambaran darah tepi
- Tingkat sedimentasi eritrosit dan CRP
- Tingkat D-dimer
- Profil metabolik komprehensif
- Urinalisis
- Tes kelainan imunologi, seperti: ANA, level CH50
- Tes khusus limfoma, seperti: Gamma GT, Serum Protein Elektroforesis (SPE), Imunoelektroforesa (IEP), Tes Coomb, B2 mikroglobulin[4]
Pencitraan
Bila dicurigai adanya keterlibatan organ internal, maka pemeriksaan pencitraan yang dapat dilakukan di antaranya:
Foto X-ray abdomen, untuk melihat angioedema usus yaitu gambaran seperti koin bertumpuk di usus
USG abdomen, menunjukkan adanya asites
-
Foto X-ray thorax, menunjukkan gambaran efusi pleura
- Foto X-ray leher, menunjukkan pembengkakan jaringan lunak[19]
Direvisi oleh: dr. Gabriela Widjaja