Penatalaksanaan Angioedema
Penatalaksanaan angioedema tergantung dari derajat keparahannya, yaitu angioedema berat yang disertai dengan edema laring, angioedema sedang, serta angioedema ringan.
Untuk kasus ringan perlu dipikirkan penatalaksanaan angioedema alergi berbeda dengan angioedema nonalergi. Pada angioedema yang tidak dimediasi oleh histamin maka obat-obatan antihistamin tidak akan membantu menghilangkan gejala bengkak.[10]
Angioedema Berat
Tata laksana angioedema tergantung dari derajat keparahannya. Bila dicurigai adanya angioedema pada laring atau bila dicurigai terjadi atau anafilaksis maka pasien harus segera diberikan injeksi intramuskular epinefrin 1:1000 dengan dosis 0,01 mg/kgBB dan diulang tiap 10-15 menit; dosis dewasa umumnya 0,5 mg IM.
Pasien harus diawasi saluran napasnya. Bila terdapat jalan napas yang terganggu akibat edema laring maka dokter dapat melakukan prosedur darurat untuk memperoleh jalan napas (emergency surgical airway), yaitu dengan tindakan intubasi atau melakukan cricothyroidotomy.
Angioedema Sedang
Pada kasus angioedema sedang, pasien harus diawasi secara ketat melihat kemungkinan pemburukan menjadi berat. Pemberian beberapa obat dapat bermanfaat untuk mengurangi risiko kekambuhan dan pemburukan, seperti diphenhydramine 50 mg IM atau IV, atau kortikosteroid seperti hidrokortison 200 mg IV atau metilprednisolon 40-60 mg IV.
Angioedema Ringan
Sebagian besar kasus angioedema alergi ringan dapat diterapi rawat jalan. Untuk menghilangkan gejala bengkak dapat diberikan obat-obatan antialergi/antihistamin. Namun perlu diingat ada angioedema nonalergi yang tidak dimediasi oleh histamin maka obat-obatan antihistamin tidak akan membantu.[9]
Alergi
Angioedema yang terkait dengan reaksi alergi sering tidak kronis dan dikaitkan dengan urtikaria yang biasanya responsif terhadap terapi antihistamin. Antihistamin yang diberikan biasanya adalah lini kedua, antara lain cetirizin 10 mg, fexofenadine 180 mg, atau levocetirizine 5 mg.
Untuk mencegah gejala yang lebih berat atau kekambuhan berulang maka dosis antihistamin dapat diberikan sampai 4x dosis normal.[9,10]
Nonalergi
Pada kasus angioedema yang tidak dimediasi oleh histamin maka obat-obatan antihistamin tidak akan membantu menghilangkan gejala. Perlu dipikirkan angioedema yang disebabkan mediator lain.[20]
Angioedema Akibat Bradikinin:
Angioedema akibat mediator bradikinin dapat disebabkan obat ACE inhibitor (ACEI-AE), aktivitas fisik (PAE), serta defisiensi C1-INH herediter (C1-INH-HAE) maupun didapat (C1-INH-AAE). Pada peningkatan bradikinin dalam tubuh dapat diberikan ecallantide atau icatibant.
Ecallantide merupakan penghambat plasma kallikrein yang dapat menekan bradikinin. Obat ini telah disetujui oleh FDA pada tahun 2009 untuk terapi HAE serangan akut. Semenrara itu, icatibant merupakan antagonis reseptor yang digunakan untuk terapi HAE serangan akut. Obat ini merupakan obat injeksi yang dapat digunakan oleh pasien sendiri.[20]
Angioedema Akibat Defisiensi C1-INH:
Angioedema akibat defisiensi C1-INH bisa herediter (C1-INH-HAE) maupun didapat (C1-INH-AAE). Beberapa obat yang bisa diberikan:
- Pemberian 2 unit fresh frozen plasma (FFP) yang mengandung C1 INH
- Agen antifibrinolitik misalnya asam traneksamat atau asam aminokaproat
- Pada serangan akut dapat diberikan konsentrat C1-INH 20U/kg. Obat ini telah disetujui oleh FDA sebagai profilaksis untuk HAE [20]
Direvisi oleh: dr. Gabriela Widjaja