Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Penatalaksanaan Hernia Inguinalis general_alomedika 2023-01-18T08:01:41+07:00 2023-01-18T08:01:41+07:00
Hernia Inguinalis
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Penatalaksanaan Hernia Inguinalis

Oleh :
dr. Amelia Febrina
Share To Social Media:

Penatalaksanaan hernia inguinalis ditentukan dengan melakukan triage pasien berdasarkan keparahan gejala ke dalam kelompok observasi (watchful waiting), atau pembedahan. Sebagai contoh, pasien laki-laki asimtomatik atau hanya bergejala minimal, dan pasien hamil dengan hernia inguinalis tanpa komplikasi dalam diobservasi. Pada praktek klinis dahulu, ditemukannya hernia merupakan indikasi untuk pembedahan.

Pembedahan elektif dilakukan guna mengurangi risiko hernia inkarserata, serta meningkatkan kenyamanan pasien dalam menjalani aktivitas sehari-hari. Sedangkan pembedahan gawat darurat dilakukan pada kasus strangulasi maupun obstruksi. Pada hernia asimtomatik, dapat dilakukan observasi (watchful waiting). Namun, pasien hernia inguinalis yang bergejala, misalnya memiliki tonjolan hernia yang besar, atau mengalami hernia berulang, dianjurkan untuk melakukan pembedahan elektif.[16]

Observasi pada Rawat Jalan

Pada kasus hernia asimtomatik, atau bergejala minimal, serta tidak menyebabkan hendaya aktivitas berarti, observasi berkala dilakukan dengan rawat jalan (watchful waiting). Pada observasi, perlu dievaluasi perkembangan ukuran hernia, serta kemungkinan inkarserata atau strangulata.

Mayoritas pasien yang asimtomatik akan mengalami gejala, paling sering berupa nyeri, dan akan membutuhkan pembedahan. Jika terdapat perkembangan penyakit atau kecurigaan akan hernia inkarserata, dapat dipertimbangkan untuk penjadwalan operasi elektif.[4]

Persiapan Rujukan

Pada hernia inguinalis, terdapat beberapa kondisi yang memerlukan rujukan ke fasilitas kesehatan tingkat lanjut maupun ahli bedah.

Kriteria Rujukan

Beberapa kriteria rujukan ke fasilitas tingkat lanjut dapat mempertimbangkan:

  • Hernia inkarserata, obstruksi, atau strangulasi merupakan kegawatdaruratan bedah dan memerlukan tindakan pembedahan segera
  • Hernia reponibilis dengan gejala maupun ukuran yang besar dapat dirujuk untuk penjadwalan operasi elektif
  • Hernia inguinalis asimtomatis maupun dengan gejala minimal dapat dilakukan observasi secara berkala, tetapi memerlukan rujukan segera bila terjadi progresi penyakit
  • Pasien dengan nyeri maupun benjolan pada regio inguinalis dengan manifestasi klinis yang tidak jelas dan membutuhkan pemeriksaan lebih lanjut
  • Pasien pasca operasi dengan komplikasi seperti nyeri kronis yang memerlukan evaluasi dan tatalaksana lebih lanjut [16]

Pembedahan

Tata laksana pembedahan umumnya melibatkan prosedur seperti herniotomi, yaitu pembuangan kantung hernia, herniorafi, yaitu herniotomi disertai repair dinding posterior dari kanalis inguinalis, atau hernioplasti, yang merupakan herniotomi disertai penguatan dinding posterior kanalis inguinalis dengan mesh sintetis.

Pembedahan dengan menggunakan mesh direkomendasikan sebagai pilihan utama, baik secara open surgery maupun laparoskopi. Laparoskopi umumnya ditujukan pada kasus hernia berulang, atau pada kasus hernia bilateral.[4,12]

Open Surgery dengan Mesh

Beberapa jenis teknik yang digunakan pada open surgery, antara lain transinguinal pre-peritoneal (TIPP), transrectal pre-peritoneal (TREPP), dan Lichtenstein. Pada berbagai negara, termasuk negara dengan sumber daya terbatas, teknik Lichtenstein merupakan teknik yang paling sering digunakan, dan paling banyak diteliti.[12]

Teknik pembedahan terbuka (open surgery) dengan mesh umumnya menggunakan bahan polypropylene. Material mesh tergolong terjangkau, mudah didapat, nonabsorbable dan efektif mencegah rekurensi. Namun, beberapa komplikasi terkait penggunaan mesh polypropylene pernah dilaporkan yaitu berupa sensasi benda asing dan nyeri kronis pasca operasi. Alternatif lain adalah mesh polyester, namun lebih jarang digunakan karena dapat terdegradasi seiring berjalannya waktu.[6]

Pedoman dari HerniaSurge merekomendasikan penggunaan mesh sintetis monofilament, berpori besar, sekitar 1–1,5 mm. Mesh sebaiknya berkekuatan (burst strength) 16 Nm2. Pemakaian low weight mesh mungkin bermanfaat secara jangka pendek untuk mengurangi nyeri postoperatif, tetapi dilaporkan berhubungan dengan rekurensi dan nyeri kronis.[12]

Nyeri kronis merupakan komplikasi yang sering terjadi pascaoperasi terbuka hernia, dan dilaporkan mencapai 16%. Hal ini diduga berhubungan dengan berat mesh yang digunakan, serta cara fiksasi mesh. Penggunaan lem diketahui dapat menurunkan nyeri kronis pascaoperasi terbuka, dibandingkan penjahitan.[20,21]

Laparoskopi

Teknik laparoskopi meliputi totally extraperitoneal (TEP) dan transabdominal preperitoneal patch (TAPP). Pada kedua teknik ini, mesh berukuran besar akan diletakkan menutupi orifisium myopectineal, sehingga dapat memperbaiki hernia direk, maupun indirek. Luaran klinis pada TEP dan TAPP dilaporkan hampir seimbang.

Beberapa uji klinis juga telah membandingkan luaran operasi dengan teknik total ekstraperitoneal dan teknik Lichtenstein. Sebuah metaanalisis pada tahun 2020 mendapatkan bahwa teknik TEP dan TAPP berhubungan secara bermakna dengan penurunan nyeri postoperatif, waktu kembali beraktivitas yang lebih cepat, nyeri kronis, hematoma, dan infeksi luka operasi, dibandingkan Lichtenstein tension-free repair.

Laparoskopi dihubungkan dengan durasi pemulihan yang lebih singkat, waktu kembali beraktivitas yang lebih cepat, nyeri yang lebih ringan, dan rekurensi yang lebih rendah dibandingkan dengan operasi terbuka.[12,22]

Transabdominal Preperitoneal Procedure (TAPP):

Pada prosedur ini operasi hernia dilakukan melalui pendekatan intraperitoneal, dengan melakukan insisi pada peritoneum dimulai dari medial ligamen umbilikalis ke arah lateral menuju spina iliaka anterior superior. Setelah penempatan mesh, perlu dilakukan penutupan peritoneum kembali.

Teknik TAPP menggunakan 3 laparoscopic ports yang diletakkan pada umbilikus, serta area yang dilewati linea midklavikula setinggi umbilikus pada sisi kiri dan kanan abdomen. TAPP dapat digunakan pada hernia bilateral, defek hernia yang besar, atau pada kasus hernia rekuren setelah open surgery.[8,12]

Total Extraperitoneal Procedure (TEP):

Pada teknik TEP, operasi hernia dikerjakan tanpa melakukan infiltrasi intraperitoneal. Hal ini akan mencegah terjadinya cedera pada viseral intraperitoneal, dan organ-organ di dalamnya. Adhesi intraperitoneal juga dapat dicegah menggunakan teknik ini, sehingga diseksi lebih cepat dan mudah.

Laparoscopic ports pada TEP akan diletakkan pada garis dari os pubis ke arah umbilikus. Kelemahan dari TEP adalah terbatasnya visualisasi dan ruang gerak saat melakukan diseksi.[8,12]

Follow Up

Pasien yang menjalani TEP dapat dipulangkan dari rumah sakit pada hari operasi. Namun, pasien sudah harus dapat berkemih sebelum dipulangkan, karena kadang terjadi retensi urin. Mungkin terdapat ekimosis pada bagian dasar penis dan edema sementara pada testis. Obat-obatan analgesik, misalnya kombinasi paracetamol atau obat antiinflamasi nonsteroid, seperti diklofenak, mungkin dibutuhkan 2–3 hari pascaoperasi.

Dalam 1 minggu pertama pascaoperasi sebaiknya pasien tidak mengangkat beban melebihi 4,5 kg. Pada minggu kedua pascaoperasi, maksimal beban yang dapat diangkat adalah 9 kg. Selanjutnya, pasien diperbolehkan mengangkat beban sesuai kebutuhan. Aktivitas fisik yang melelahkan sebaiknya dihindari dalam 4–6 minggu pascaoperasi. Biasanya, pasien dapat kembali bekerja dalam 1–2 minggu setelah tindakan.

Setelah TEP maupun TAPP, pasien disarankan untuk kontrol dalam 1–2 minggu untuk memeriksa luka bekas operasi dan kondisi umum pasien. Selain itu, dibutuhkan juga follow up jangka panjang, sebab rekurensi hernia mungkin baru terjadi dalam 6–12 bulan setelah operasi.[7,8,12]

Terapi Medikamentosa

Nyeri, terutama yang bersifat akut, kerap berhubungan dengan strangulasi, yang membutuhkan pembedahan segera, sehingga pemberian anti nyeri diberikan dalam rangka menurunkan keparahan gejala, bukan menunda operasi. Obat-obatan yang dapat digunakan, antara lain obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS), seperti diklofenak, COX-2 inhibitor, seperti celecoxib, dan paracetamol.[4,7,16]

Jika dicurigai terjadi hernia strangulasi, segera rujuk pasien ke dokter spesialis bedah, dan berikan antibiotik sebagai profilaksis tindakan bedah, misalnya gentamicin atau ampicillin.[7,8]

Terapi Suportif

Terapi suportif pada hernia inguinalis ditujukan untuk meningkatkan kenyamanan pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari, serta menurunkan risiko inkarserata, terutama pada pasien asimtomatis maupun dengan gejala minimal.

Pada pasien hernia reponibilis, dapat disarankan untuk meminimalkan kegiatan yang dapat meningkatkan tekanan intraabdominal seperti batuk, mengangkat beban berat, olahraga angkat beban, atau mengedan. Selain itu, penggunaan hernia truss dan ikat pinggang juga dapat meringankan gejala.[9,16]

 

 

Direvisi oleh: dr. Livia Saputra

Referensi

4. Fitzgibbons RJ Jr, Giobbie-Hurder A, Gibbs JO, et al. Watchful waiting vs repair of inguinal hernia in minimally symptomatic men: a randomized clinical trial. JAMA. 2006;295(3):285-92. doi: 10.1001/jama.295.3.285
6. Onuigbo WI, Njeze GE. Inguinal Hernia: a review. J Surg Oper Care. 2016;1(2):202. doi: 10.15744/2455-7617.1.202
7. Rather AA. Abdominal Hernias. Medscape. 2021 https://emedicine.medscape.com/article/189563-overview#a1
8. Hammoud M, Gerken J. Inguinal Hernia. StatPearls Publishing. 2022 https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK513332
9. American College of Surgeons. Groin Hernia Repair. Surgical Patient Education. 2018 https://www.facs.org/media/0aihsqg0/groin_hernia.pdf
12. HerniaSurge Group. International guidelines for groin hernia management. Hernia. 2018 Feb;22(1):1-165. doi: 10.1007/s10029-017-1668-x.
16. Leblanc KE, Leblanc LL, Leblanc KA. Inguinal hernias: diagnosis and management. Am Fam Physician. 2013;87: 844-8.
20. Andresen K, Rosenberg J. Management of chronic pain after hernia repair. J Pain Res. 2018 Apr 5;11:675-681. doi: 10.2147/JPR.S127820.
21. Colvin HS, Rao A, Cavali M, Campanelli G, Amin AI. Glue versus suture fixation of mesh during open repair of inguinal hernias: a systematic review and meta-analysis. World J Surg. 2013;37(10):2282–2292.
22. Aiolfi A, Cavalli M, Ferraro SD, Manfredini L, Bonitta G, Bruni PG, Bona D, Campanelli G. Treatment of Inguinal Hernia: Systematic Review and Updated Network Meta-analysis of Randomized Controlled Trials. Ann Surg. 2021 Dec 1;274(6):954-961. doi: 10.1097/SLA.0000000000004735.

Diagnosis Hernia Inguinalis
Prognosis Hernia Inguinalis

Artikel Terkait

  • Red Flag Pembengkakan Inguinal
    Red Flag Pembengkakan Inguinal
  • Perbandingan Operasi Hernia Inguinalis Teknik Total Ekstraperitoneal dan Teknik Lichtenstein – Telaah Jurnal Alomedika
    Perbandingan Operasi Hernia Inguinalis Teknik Total Ekstraperitoneal dan Teknik Lichtenstein – Telaah Jurnal Alomedika
  • Operasi Perbaikan Hernia Inguinalis dengan Mesh vs Tanpa Mesh
    Operasi Perbaikan Hernia Inguinalis dengan Mesh vs Tanpa Mesh
  • Perbedaan Penanganan Hernia Umbilikalis dan Inguinalis pada Bayi
    Perbedaan Penanganan Hernia Umbilikalis dan Inguinalis pada Bayi
Diskusi Terbaru
Anonymous
Dibalas 4 jam yang lalu
Seftriaxon 250 mg Injeksi IM harus di larutkan Nacl 0.9% atau Aquabides berapa ml ya dok ?
Oleh: Anonymous
2 Balasan
Maaf dok, izin bertanya bila ada pasien gonore. Lalu mau diberikan Injeksk Ceftriaxon.  Seftriaxon 250 mg Injeksi IM harus di larutkan Nacl 0.9% atau...
Anonymous
Dibalas 09 Mei 2025, 16:20
Pemberian cotrimoksazol pada pasien Hiv-TB
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Halo dok, izin diskusi. Saya ada pasien tb dan juga terdiagnosis hiv. Hiv (+) lewat RDT saja tanpa cek cd4. Sudah di berikan arv dan cotrimoksazol 1x960mg....
Anonymous
Dibalas 09 Mei 2025, 16:09
Pemberian VAR dan SAR pada pasien terduga rabies
Oleh: Anonymous
2 Balasan
Alo dokter, selamat sore. Saya ingin bertanya apakah pemberian VAR/SAR dapat diberikan pada pasien dengan risiko tinggi rabies yang kejadian tergigit hewan...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.