Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Prognosis Dermatitis Stasis annisa-meidina 2024-09-12T11:10:43+07:00 2024-09-12T11:10:43+07:00
Dermatitis Stasis
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Prognosis Dermatitis Stasis

Oleh :
dr. Siti Solichatul Makkiyyah
Share To Social Media:

Prognosis dermatitis stasis secara umum baik tetapi hingga saat ini hanya bisa dikontrol dan belum dapat disembuhkan. Komplikasi yang dapat terjadi meliputi ulkus tungkai, akroangiodermatitis, lipodermatosklerosis, infeksi sekunder, dermatitis kontak alergi dan autoeksimatisasi.[3,4]

Komplikasi

Komplikasi yang dapat terjadi sebagai perburukan dari dermatitis stasis meliputi ulkus tungkai, akroangiodermatitis, dan lipodermatosklerosis. Selain itu dapat pula terjadi komplikasi seperti infeksi sekunder, dermatitis kontak alergi (DKA) dan autoeksimatisasi (reaksi id).[3]

Penelitian menunjukkan bahwa risiko perburukan dari dermatitis stasis menjadi ulkus vena mencapai 1–2% per tahun. Ulkus vena dapat terjadi sebagai ulkus tunggal maupun majemuk dan paling sering terjadi pada area malleolus medial. Ulkus vena terjadi akibat aliran darah yang tidak lancar serta diperburuk dengan peningkatan mediator proinflamasi pada mikrosirkulasi.[3,4]

Pasien dermatitis stasis juga dapat mengalami perburukan menjadi akroangiodermatitis (pseudo-Sarcoma Kaposi). Pada kasus dengan kecurigaan komplikasi ini diperlukan tindakan biopsi kulit untuk penegakan diagnosis pasti. Selanjutnya, infeksi sekunder dapat terjadi akibat kerusakan sawar kulit yang menjadi port de entry bagi mikroba patogen.[2,3]

Pada dermatitis stasis kronis dapat terjadi lipodermatosklerosis yang merupakan suatu panikulitis fibrosis berat pada jaringan subkutan dan menunjukkan gambaran “botol sampanye terbalik” pada tungkai. Gambaran khas berupa plak indurasi pada malleolus medial yang dapat sangat nyeri pada fase akut, dengan bentuk kronis berupa indurasi kulit dan hiperpigmentasi tungkai.[2,3]

Dermatitis kontak alergi dapat terjadi karena penetrasi alergen melalui sawar epidermal yang rusak juga akibat kontak dengan alergen yang digunakan selama terapi. Autoeksimatisasi, disebut juga “reaksi id”, merupakan suatu onset persebaran erupsi yang sangat gatal, eritem, morbiliformis atau papulovesikular sebagai respon terhadap stimulus. Erupsi yang terjadi seringkali terletak jauh dari stimulus.[3]

Prognosis

Prognosis dermatitis stasis secara umum baik tetapi saat ini hanya bisa dikontrol dan belum dapat disembuhkan. Pasien dengan penyakit ini dapat mengalami citra diri yang negatif hingga gangguan psikis akibat tampilan kosmetik yang kurang baik. Secara umum pasien akan mengalami penurunan kualitas hidup akibat laju kekambuhan yang tinggi serta keterbatasan gerak.[4]

Referensi

2. Yosipovitch G, Nedorost ST, Silverberg JI, et al. Stasis Dermatitis: An Overview of Its Clinical Presentation, Pathogenesis, and Management. Am J Clin Dermatol. 2023 Mar;24(2):275-286. doi: 10.1007/s40257-022-00753-5.
3. Silverberg J, Jackson JM, Kirsner RS, et al. Narrative Review of the Pathogenesis of Stasis Dermatitis: An Inflammatory Skin Manifestation of Venous Hypertension. Dermatol Ther (Heidelb). 2023 Apr;13(4):935-950. doi: 10.1007/s13555-023-00908-0.
4. Awad N, Hetzel JD, Bhupalam V, et al. Stasis Dermatitis: Pathophysiology, Current Treatment Paradigms, and the Use of the Flavonoid Diosmin. J Clin Aesthet Dermatol. 2024;17(1):15–23.

Penatalaksanaan Dermatitis Stasis
Edukasi dan Promosi Kesehatan De...
Diskusi Terbaru
Anonymous
Dibalas 17 jam yang lalu
Seftriaxon 250 mg Injeksi IM harus di larutkan Nacl 0.9% atau Aquabides berapa ml ya dok ?
Oleh: Anonymous
2 Balasan
Maaf dok, izin bertanya bila ada pasien gonore. Lalu mau diberikan Injeksk Ceftriaxon.  Seftriaxon 250 mg Injeksi IM harus di larutkan Nacl 0.9% atau...
Anonymous
Dibalas 4 jam yang lalu
Salbutamol dan metilprednisolon tablet
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Alo dokter, izin bertanya ada pasien bumil minum salbutamol hanya 3 tablet berturut-turut dan metilprednisolon 4mg 1 tablet saat asthmanya kambuh. Pasien UK...
Anonymous
Dibalas 09 Mei 2025, 16:20
Pemberian cotrimoksazol pada pasien Hiv-TB
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Halo dok, izin diskusi. Saya ada pasien tb dan juga terdiagnosis hiv. Hiv (+) lewat RDT saja tanpa cek cd4. Sudah di berikan arv dan cotrimoksazol 1x960mg....

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.