Epidemiologi Xanthoma
Secara epidemiologi, angka kejadian xanthoma dilaporkan hampir sama antara pria dan wanita. Xanthoma dapat terjadi pada segala kelompok usia, tetapi jenis xanthoma tertentu dapat memiliki prevalensi lebih tinggi pada usia tertentu. Misalnya, xanthelasma lebih sering terjadi pada orang berusia >50 tahun, sementara xanthoma disseminatum lebih sering terjadi pada orang berusia <25 tahun.[3]
Global
Xanthoma dilaporkan terjadi dengan prevalensi yang hampir sama antara pria dan wanita, kecuali xanthoma disseminatum yang terjadi dengan rasio 2,4:1 pada pria dan wanita secara respektif. Lebih dari 95% kasus xanthoma adalah xanthelasma. Suatu studi melaporkan bahwa mereka menemukan xanthelasma pada 10% pasien dengan hipertrigliseridemia.
Suatu studi lain juga menyatakan bahwa xanthoma tendon dapat ditemukan pada 30% orang dengan hiperkolesterolemia familial yang terbukti mengalami mutasi gen LDLR (low density lipoprotein receptor). Prevalensi meningkat dari sekitar 7% pada dekade ketiga menjadi 40% pada dekade keenam.
Prevalensi eruptive xanthoma adalah sekitar 18 kasus dari setiap 100.000 orang. Suatu studi retrospektif melaporkan bahwa eruptive xanthoma dapat ditemukan pada 10% orang dengan hipertrigliseridemia parah.[2,3]
Indonesia
Data epidemiologi xanthoma di Indonesia masih sangat terbatas. Beberapa data yang ada hanyalah data kasus xanthelasma. Berdasarkan penelitian di rumah sakit dr. M. Djamil Padang di tahun 2013–2017, selama periode waktu tersebut tercatat ada 10 pasien xanthelasma dengan rentang usia 24–44 tahun. Dari 10 pasien tersebut, 8 berjenis kelamin perempuan dan 2 berjenis kelamin laki-laki.[5]
Mortalitas
Sebagian besar kasus xanthoma (misalnya xanthelasma) adalah gangguan kosmetik tanpa morbiditas signifikan maupun mortalitas. Namun, xanthoma tertentu seperti xanthoma disseminatum dapat terbentuk di organ internal dan menimbulkan fatalitas, misalnya ketika terbentuk di jalan napas. Mortalitas xanthoma umumnya berhubungan dengan dislipidemia, misalnya kejadian aterosklerosis dan pankreatitis.[3]