Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Diagnosis Pyoderma general_alomedika 2024-10-31T13:51:07+07:00 2024-10-31T13:51:07+07:00
Pyoderma
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Diagnosis Pyoderma

Oleh :
dr.Megawati Tanu
Share To Social Media:

Diagnosis pyoderma dapat ditegakkan dengan mudah secara klinis pada pasien yang menunjukkan lesi kulit infeksius, misalnya papul atau pustul yang disertai adanya rambut di bagian tengah pada kasus folikulitis. Pyoderma perlu dibedakan menjadi lebih spesifik, yakni apakah impetigo, folikulitis, furunkel, karbunkel, erisipelas, dan selulitis. Pemeriksaan penunjang jarang diperlukan.[1-3]

Anamnesis

Faktor pencetus dan keluhan yang menimbulkan pyoderma bisa berbeda-beda tergantung dari jenis pyoderma yang dialami.

Impetigo

Impetigo umumnya diawali dengan adanya predisposisi yang menyebabkan gangguan integritas kulit, seperti bekas gigitan serangga, bekas garukan, atau penyakit kulit lain. Biasanya ada masa inkubasi hingga 10 hari sejak paparan hingga munculnya lesi impetigo. Pada umumnya, tidak ada gejala sistemik yang dialami pasien.

Impetigo dapat dibagi dua, yakni impetigo krustosa dan bulosa. Pada impetigo krustosa, pasien akan mengeluhkan adanya vesikel yang disertai peradangan di sekitarnya, kemudian menjadi berisi pus dan pecah meninggalkan krusta kekuningan seperti madu. Predileksi utama impetigo krustosa adalah area sekitar hidung dan mulut.

Pada impetigo bulosa, lesi berupa bula yang berisi pus, yang saat pecah akan menampilkan bentuk bula kolaret dengan dasar eritematosa. Predileksi impetigo bulosa adalah area seperti ketiak, dada, dan punggung.[1,8]

Folikulitis

Pada folikulitis, pasien bisa mengeluhkan adanya papul atau pustul pada area berambut. Keluhan bisa disertai gatal. Predileksi folikulitis superfisialis adalah area ekstremitas bawah, sementara pada folikulitis profunda dapat muncul di bibir dan dagu.

Jika lesi menetap atau rekuren, pasien bisa mengeluhkan jaringan parut dan hilangnya rambut kulit. Pada anak, folikulitis dapat menimbulkan gejala sistemik, seperti demam, malaise maupun pembesaran kelenjar getah bening.[1]

Furunkel dan Karbunkel

Pasien dengan furunkel bisa mengeluhkan nodul multipel yang disertai eritema, bengkak, dan nyeri pada area kulit berambut. Gejala sistemik kadang dapat menyertai. Karbunkel adalah kumpulan furunkel dalam satu area.[1]

Erisipelas

Pasien dengan erisipelas bisa mengeluhkan adanya lesi kulit merah terang, nyeri, terasa panas, dan berbatas tegas. Gejala sistemik seperti demam, lemas, dan pembesaran kelenjar getah bening dapat terjadi.[1,9]

Selulitis

Pasien selulitis bisa mengalami lesi kemerahan pada kulit, bengkak, nyeri tekan, dan teraba hangat. Keluhan penyerta dapat berupa malaise, demam, dan mudah lelah. Faktor risiko terjadinya erisipelas dan selulitis mencakup adanya luka sebelumnya pada area lesi, gigitan serangga atau binatang lain, infeksi jamur, serta edema misalnya akibat sindrom nefrotik. Kondisi imunokompromais, seperti pada pasien diabetes dan HIV, juga meningkatkan risiko.[1]

Pemeriksaan Fisik

Hasil pemeriksaan fisik pada lesi kulit pyoderma umumnya bersifat khas dan berperan besar dalam penegakan diagnosis.

Impetigo Krustosa

Lesi awal berupa makula atau papul eritematosa yang cepat berkembang menjadi vesikel atau pustul. Lesi kemudian pecah meninggalkan krusta kuning emas (honey colour) dengan dasar eritema. Lesi dapat melebar dan disertai lesi satelit di sekelilingnya. Predileksi utama impetigo krustosa adalah area sekitar hidung dan mulut.[1,2,4,6,8]

Impetigo Bulosa

Lesi berupa vesikel kecil kemudian menjadi bula kendur yang mudah pecah. Bula berisi cairan kuning muda yang berubah menjadi kuning gelap. Bula terletak pada lapisan epidermis, yang setelah pecah dan mengering membentuk skuama anular dengan bagian tengah kemerahan (kolaret). Predileksi pada area intertriginosa seperti aksila, lipatan leher, dan area bokong.  Pada impetigo bulosa tidak terdapat tanda Nikolsky (lepasnya epidermis akibat tekanan atau gesekan).[1,2,4,6,8]

Folikulitis

Folikulitis merupakan pyoderma pada folikel rambut. Folikulitis dapat dibagi menjadi 2 subkategori yaitu folikulitis superfisial dan profunda. Folikulitis superfisial akan menampakkan lesi berupa pustul kecil dengan dasar eritema, dome-shaped, multipel, yang ada pada infundibulum folikel rambut. Predileksi pada area rambut kepala, dagu, aksila, ekstremitas bawah, dan bokong.

Di sisi lain, folikulitis profunda (sycosis barbae) akan menampakkan lesi berupa nodul eritema yang teraba hangat, nyeri, dan kadang terdapat supurasi. Predileksi ada pada area dagu yang berjanggut dan bibir bagian atas.[1,6,7]

Furunkel dan Karbunkel

Furunkel terjadi pada bagian tubuh yang berambut, terutama pada area yang mudah mengalami gesekan, oklusi, atau berkeringat seperti leher, aksila, dan bokong. Lesi berupa nodul atau pustul perifolikular eritema keras, membesar, dan nyeri, dapat disertai fluktuasi.

Karbunkel merupakan kumpulan furunkel yang terhubung menjadi satu, berupa nodul merah, nyeri, dengan beberapa pustul. Predileksi pada area leher belakang, punggung, dan paha.[1,5,6]

Ektima

Lesi ektima diawali dengan vesikel atau vesikopustul yang membesar kemudian ditutupi krusta tebal warna kuning kehijauan. Ketika krusta diangkat, terdapat ulkus bentuk punch out dengan tepi meninggi dan dasar ulkus terdapat jaringan granulasi yang dalam hingga mencapai dermis. Predileksi pada area ekstremitas (tangan dan kaki).[1]

Erisipelas

Pada pemeriksaan fisik erisipelas dapat ditemukan area kulit eritema, tepi berbatas tegas, dengan area lesi yang lebih menonjol dibandingkan area kulit sekitar. Pada kasus yang lebih berat, lesi dapat disertai vesikel, bula, dan jaringan nekrosis.

Pada erisipelas yang timbul di ekstremitas bawah, penting untuk memeriksa sela jari kaki terkait adanya kulit kering, maserasi, ataupun fisura. Apabila terdapat kemerahan ataupun pembengkakan pada area sendi perlu dipertimbangkan penyakit lain yang lebih serius seperti artritis septik.[1,11,16]

Selulitis

Selulitis non-purulen umumnya didiagnosis jika lesi kulit memenuhi 2 dari 4 gejala berikut, yakni eritema, nyeri, bengkak, dan teraba hangat. Adapun adanya bula biru-keunguan, perdarahan pada jaringan kutan, hilang rasa pada kulit, selulitis yang memberat dengan cepat, adanya udara pada jaringan, ataupun hipotensi menandakan kondisi serius yang memerlukan tindakan bedah segera.[12,19]

Diagnosis Banding

Pada kebanyakan kasus, pyoderma bisa dengan mudah dikenali secara klinis. Diagnosis banding pyoderma mencakup varicella, herpes simpleks, acne vulgaris, tinea barbae, dan dermatitis stasis.

Varicella

Lesi varicella bisa mirip dengan impetigo bulosa. Pada varicella, lesi berbentuk vesikel tipis dengan dasar eritema, yang mulai muncul pada tubuh lalu menyebar ke wajah dan ekstremitas. Vesikel kemudian pecah membentuk krusta. Pasien varicella akan mengalami gejala prodromal seperti demam dan nyeri tubuh,[1,2,4,6]

Herpes Simpleks

Lesi herpes simpleks juga bisa menyerupai impetigo bulosa. Meski demikian, pada herpes simpleks lesi berupa vesikel berkelompok dengan dasar eritema dan disertai gejala prodromal.[1,2,4,6]

Acne Vulgaris

Lesi acne vulgaris bisa menyerupai folikulitis. Meski demikian, acne vulgaris menghasilkan lesi tidak hanya pada lokasi berambut. Pasien juga bisa mengalami lesi acne di punggung dan area wajah yang tidak berambut.[1,6,7]

Tinea Barbae

Lesi tinea barbae juga bisa menyerupai folikulitis. Keduanya bisa dibedakan dengan pemeriksaan KOH.[1,6,7]

Dermatitis Stasis

Lesi erisipelas dan selulitis bisa mirip dengan dermatitis stasis. Meski demikian, dermatitis stasis umumnya bersifat kronis, bilateral, dan disertai dengan lesi kulit akibat gangguan pembuluh darah.[12,15,18]

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang jarang diperlukan dalam diagnosis pyoderma. Pemeriksaan laboratorium rutin umumnya tidak membantu karena hanya memberikan gambaran tidak spesifik seperti leukositosis. Pemeriksaan KOH dapat dikerjakan pada kasus yang sulit dibedakan dengan infeksi jamur. Pemeriksaan kultur dan resistensi disarankan pada kasus infeksi berat atau kasus infeksi kronis dan berulang.[1,3,6]

Kultur dan Uji Resistensi

Kultur dan uji resistensi kuman terhadap antibiotik diperlukan bila lesi tidak responsif dengan terapi empirik. Pemeriksaan ini bisa juga bermanfaat untuk memandu terapi pada kasus strain bakteri resisten seperti Methicillin-Resistant Staphylococcus aureus (MRSA).[1,3,6]

Kultur darah mungkin diperlukan pada kasus selulitis sedang berat seperti selulitis dengan komplikasi limfedema, serta kasus selulitis pada lokasi tertentu seperti area periokuler. Kultur juga mungkin diperlukan pada pasien selulitis dengan komorbiditas keganasan dan menjalani kemoterapi, ataupun pasien dengan neutropenia atau imunodefisiensi cell-mediated berat lain.[12,13,18]

Kerokan Kulit dengan KOH

Pemeriksaan kerokan kulit dan KOH dilakukan untuk menyingkirkan infeksi jamur sebagai diagnosis banding.[12,13,18]

Pemeriksaan Laboratorium Darah

Pemeriksaan darah lengkap bersifat non-spesifik. Pada kasus furunkel berat, karbunkel, selulitis bisa didapatkan leukositosis. Pemeriksaan lain yang dapat dilakukan adalah pemeriksaan urin, dan gula darah atau HbA1c untuk mengetahui apakah pasien menderita diabetes mellitus yang merupakan salah satu faktor risiko pyoderma.[1,3,6]

Pencitraan

Fungsi pencitraan dalam diagnosis pyoderma adalah untuk menyingkirkan kemungkinan adanya abses, fasciitis nekrosis, dan piomiositis. Modalitas pencitraan yang dapat dilakukan antara lain MRI atau USG.[12,13,18]

 

 

Penulisan pertama oleh: dr. Edwin Wijaya

Direvisi oleh: dr. Bedry Qhinta

Referensi

1. Gupta D. Bacterial Skin and Soft Tissue Infections in Children. Pediatr Inf Dis 2021;3(4):146–155.
2. Gahlawat G, Tesfaye W, Bushell M, Abrha S, Peterson GM, Mathew C, et al. Emerging Treatment Strategies for Impetigo in Endemic and Nonendemic Settings: A Systematic Review. Clin Ther. 2021 Jun;43(6):986–1006.
3. Schachner LA, Andriessen A, Benjamin LT, Claro C, Eichenfield LF, Esposito SM, et al. Do Antimicrobial Resistance Patterns Matter? An Algorithm for the Treatment of Patients With Impetigo. J Drugs Dermatol JDD. 2021 Feb 1;20(2):134–42.
4. Johnson MK. Impetigo. Adv Emerg Nurs J. 2020;42(4):262–9.
5. Stevens DL, Bisno AL, Chambers HF, Dellinger EP, Goldstein EJ, Gorbach SL, Hirschmann JV, Kaplan SL, Montoya JG, Wade JC; Infectious Diseases Society of America. Practice guidelines for the diagnosis and management of skin and soft tissue infections: 2014 update by the Infectious Diseases Society of America. Clin Infect Dis. 2014 Jul 15;59(2):e10-52. doi: 10.1093/cid/ciu444. Erratum in: Clin Infect Dis. 2015 May 1;60(9):1448. Dosage error in article text. PMID: 24973422.
6. Clebak KT, Malone MA. Skin Infections. Prim Care Clin Off Pract. 2018 Sep 1 ;45(3):433–54.
7. Rehmus WE. Folliculitis - Dermatologic Disorders. MSD Manual Professional Edition. 2022.
8. Johnson MK. Impetigo. Adv Emerg Nurs J. 2020 Oct/Dec;42(4):262-269. doi: 10.1097/TME.0000000000000320. PMID: 33105179.
9. Brishkoska-Boshkovski V, Dimitrovska I, Kondova-Topuzovska I. Clinical Presentation and Laboratory Characteristics in Acute and Recurrent Erysipelas. Open Access Maced J Med Sci. 2019 Mar 14;7(5):771-774. doi: 10.3889/oamjms.2019.213. PMID: 30962836; PMCID: PMC6447339.
10. Galindo E, Hebert AA. A comparative review of current topical antibiotics for impetigo. Expert Opin Drug Saf. 2021 Jun;20(6):677–83.
11. Michael Y, Shaukat NM. Erysipelas.In: StatPearls. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2022 Jan-.
12. Brown BD, Hood Watson KL. Cellulitis.In: StatPearls.Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2022 Jan-.
13. Herchline TE. Cellulitis. Practice Essentials, Background, Pathophysiology. Medscape; 2022.
14. Ramakrishnan K, Salinas RC, Higuita NIA. Skin and Soft Tissue Infection. Am Fam Phys, 2015. 92(6): 474-483. https://www.aafp.org/afp/2015/0915/p474.pdf
15. Wipperman J, Bragg DA, Litzner B. Hidradenitis suppurativa: Rapid evidence review. American Family Physician. 2019
16. Davis LS. Erysipelas. Background, Pathophysiology and Etiology, Epidemiology of Erysipelas. Medscape; 2021.
17. Gunderson CG, Cherry BM, Fisher A. Do Patients with Cellulitis Need to be Hospitalized? A Systematic Review and Meta-analysis of Mortality Rates of Inpatients with Cellulitis. J Gen Intern Med. 2018;33(9):1553-1560. doi:10.1007/s11606-018-4546-z
18. Rrapi R, Chand S, Kroshinsky D. Cellulitis: A Review of Pathogenesis, Diagnosis, and Management. Med Clin North Am. 2021 Jul;105(4):723-735. doi: 10.1016/j.mcna.2021.04.009. PMID: 34059247.
19. Pelletier J, Gottlieb M, Long B, Perkins JC. Necrotizing soft tissue infections (NSTI): Pearls and pitfalls for the emergency clinician. Journal of Emergency Medicine. Elsevier; 2022.

Epidemiologi Pyoderma
Penatalaksanaan Pyoderma

Artikel Terkait

  • Penggunaan Antibiotik untuk Abses Kulit Tanpa Komplikasi
    Penggunaan Antibiotik untuk Abses Kulit Tanpa Komplikasi
  • Antibiotik Oral atau Topikal untuk Impetigo
    Antibiotik Oral atau Topikal untuk Impetigo
  • Terapi Topikal Vs Sistemik untuk Bisul atau Folikulitis Bakterial
    Terapi Topikal Vs Sistemik untuk Bisul atau Folikulitis Bakterial
  • Membedakan Pyoderma Gangrenosum dari Gangrene
    Membedakan Pyoderma Gangrenosum dari Gangrene
Diskusi Terkait
Anonymous
Dibalas 09 April 2025, 20:59
Lesi kemerahan di kaki sejak 2 minggu pada pasien usia 66 tahun
Oleh: Anonymous
2 Balasan
Alo dokter, saya menemukan pasien ny X usia 66 tahun dengan keluhan 2 lesi kemerahan di kaki sejak 2 minggu yll. Kemerahan muncul tiba-tiba, tidak terasa...
Anonymous
Dibuat 05 Februari 2025, 08:52
Pyoderma pada pipi bayi usia 8 bulan
Oleh: Anonymous
0 Balasan
Alodokter, izin diskusi, saya kedatangan pasien bayi umur 8 bulan dengan keluhan infeksi sekunder pada pipi kiri, awalnya pasien digigit nyamuk 2 hari yang...
Anonymous
Dibalas 30 Januari 2025, 23:20
Impetigo pada pasien anak usia 5 tahun
Oleh: Anonymous
7 Balasan
Selamat pagi dokter, mohon maaf menggagu waktunya. Saya dokter iship PKM, Izin konsul terkait penyakit kulit pada anak yg saya tangani.An. A/5thS: Pasien...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.