Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Epidemiologi Skleroderma annisa-meidina 2024-01-03T09:43:33+07:00 2024-01-03T09:43:33+07:00
Skleroderma
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Epidemiologi Skleroderma

Oleh :
dr. Novita
Share To Social Media:

Data epidemiologi skleroderma secara global cukup beragam pada setiap negara, dengan prevalensi lebih tinggi ditemukan pada wilayah Eropa, Amerika Utara dan Amerika Selatan. Data epidemiologi mengenai skleroderma di Indonesia masih sangat terbatas.

Global

Secara global, epidemiologi dari skleroderma beragam pada setiap negara. Prevalensi skleroderma secara umum lebih tinggi ditemukan pada wilayah Eropa,  Amerika Utara dan Amerika Selatan jika dibandingkan dengan wilayah Asia Timur. Prevalensi skleroderma sistemik secara global mencapai 17,6 per 100.000 penduduk dan insidensinya mencapai 1,4 per 100.000 jiwa per tahunnya.

Di Amerika Utara, prevalensi skleroderma sistemik mencapai 13,5–44,3 per 100.000 jiwa, dan di Eropa mencapai 7,2–33,9 per 100.000 jiwa. Perkiraan insidensi baik di Eropa dan Amerika Utara masing-masing yakni 0,6 – 2,3 dan 1,4 – 5,6 per 100.000 jiwa.[3,5-7]

Insidensi dari skleroderma lokal diperkirakan sebesar 2,7 per 100.000 jiwa, dan meningkat sebanyak 3,6% setiap tahunnya di Amerika Utara, 1,8 per 100.000 jiwa per tahunnya di Swedia, dan 1,1 per 100.000 jiwa per tahunnya di Denmark.[8]

Indonesia

Data epidemiologi mengenai skleroderma di Indonesia masih sangat terbatas. Namun, berdasarkan data yang didapatkan dari Rekomendasi oleh Perhimpunan Reumatologi Indonesia tahun 2023, dikatakan bahwa puncak usia pasien dengan skleroderma sistemik di Indonesia adalah pada rentang usia 30–40 tahun, dan mayoritas pasien adalah perempuan.[5]

Mortalitas

Skleroderma sistemik memiliki angka mortalitas tertinggi di antara penyakit autoimun sistemik lainnya. Penyebab mortalitas paling banyak yang ditemukan pada skleroderma sistemik yakni akibat hipertensi pulmonal, fibrosis paru (penyakit paru interstisial), dan krisis ginjal skleroderma. Di antaranya, skleroderma dengan krisis ginjal memberikan angka mortalitas yang lebih tinggi.[3,9]

Terdapat beberapa prediktor yang dapat memprediksi prognosis yang buruk pada pasien dengan skleroderma sistemik yakni usia tua, laki-laki, serum kreatinin lebih dari 3 mg/dL, kontrol tekanan darah tidak lengkap dalam 3 hari pertama krisis, normotensi, serta penggunaan obat angiotensin-converting enzyme inhibitors (ACEIs) sebelum krisis ginjal skleroderma.[3,9]

Pada pasien krisis ginjal skleroderma, angka kematian dalam 1 tahun sebesar 20–30% dan angka kematian dalam 5 tahun sebesar 30–50%. Data kumulatif mengenai mortalitas pada kelompok pasca pengguna obat ACEIs yakni sekitar 20% pada usia 6 bulan, 30%–36% pada usia 1 tahun, 19%–40% pada usia 3 tahun dan hampir 50% pada usia 10 tahun sejak timbulnya krisis ginjal skleroderma.[3,9]

Referensi

3. Medscape. Scleroderma. 2023. https://emedicine.medscape.com/article/331864-overview#a1
5. Perhimpunan Reumatologi Indonesia. Rekomendasi: Diagnosis dan Pengelolaan Sklerosis Sistemik. 2023. https://reumatologi.or.id/wp-content/uploads/2023/03/Rekomendasi-Sklerosis-sistemik-PBIRA.pdf
6. Bergamasco A, Hartmann N, Wallace L, Verpillat P. Epidemiology of systemic sclerosis and systemic sclerosis-associated interstitial lung disease. Clin Epidemiol. 2019; 11: 257-273. https://doi.org/10.2147/CLEP.S191418
7. Bairkdar M, Rossides M, Westerlind H, et al. Incidence and prevalence of systemic sclerosis globally: a comprehensive systematic review and meta-analysis. Rheumatology. 2021; 60: 3121-3133. https://doi.org/10.1093/rheumatology/keab190
8. Mahmood F, Nguyen A, Netchiporouk E. Prevalence and incidence of localized scleroderma: A qualitative systematic review. J Cutan Med Surg. 2022; 26: 632 - 633. https://doi.org/10.1177/12034754221129876
9. Kim H, Lefebvre F, Hudson M. Mortality and morbidity in scleroderma renal crisis: A systematic literature review. 2021; 6: 21-36. https://doi.org/10.1177/2397198320920422

Etiologi Skleroderma
Diagnosis Skleroderma
Diskusi Terkait
Anonymous
Dibalas 08 April 2021, 14:51
Hal-hal apa saja yang dapat menjadi penyebab dari terjadinya jari kaki yang terasa dingin
Oleh: Anonymous
2 Balasan
Selamat siang sejawatMau bertanya, apa saja ya diagnosis banding dari keluhan jari kaki terasa dingin? Dingin hanya pada sebagian jari saja dan berlangsung 3...

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.