Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Patofisiologi Skleroderma annisa-meidina 2024-01-03T09:42:00+07:00 2024-01-03T09:42:00+07:00
Skleroderma
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Patofisiologi Skleroderma

Oleh :
dr. Novita
Share To Social Media:

Patofisiologi dari skleroderma terjadi melalui tiga mekanisme utama, yaitu anomali vaskular, fibrosis berlebihan, dan fenomena autoimun. Penyebab anomali vaskular tidak diketahui secara pasti, namun kejadian ini ditandai dengan kerusakan mikrovaskular berupa kelainan struktur dan fungsi dari sel endotelial.

Kelainan pada struktur dan fungsi dari sel endotel mengakibatkan terjadinya peningkatan produksi serta pelepasan dari berbagai mediator poten seperti sitokin, kemokin, prekursor fibroblas, faktor pertumbuhan polipeptida, dan zat-zat lain seperti prostaglandin, dan spesies oksigen reaktif (ROS atau penurunan senyawa seperti prostasiklin dan oksida nitrat.[3]

Peningkatan sel-sel inflamasi dan prekursor fibroblas (fibrosit) yang dimediasi oleh kemokin dan sitokin mengakibatkan terjadinya suatu proses inflamasi kronis yang melibatkan makrofag dan limfosit T dan B. Interaksi abnormal antara sel endotel, fibroblas dan limfosit T dan B menyebabkan terjadinya keterlibatan dari mikrosirkulasi.

Sel-sel inflamasi akan memproduksi dan mensekresi transforming growth factor beta (TGF-β) dan mediator profibrotik lainnya yakni endotelin 1 dalam jumlah besar, sehingga terjadi proliferasi dari sel otot polos, akumulasi dari jaringan fibrotik subendotelial, inisiasi dari agregasi trombosit, dan produksi dari ROS sehingga dapat mempercepat terjadinya remodelling dari vaskular, vasokonstriksi, hingga oklusi mikrovaskular.[1,3]

Fibroblas yang teraktivasi akan berdiferensiasi menjadi miofibroblas secara cepat, sehingga meningkatkan kemampuan sintesis kolagen (tipe I, III, VI) secara cepat. Tak hanya kolagen, pada proses fibrotik juga terjadi peningkatan produksi dari matriks ekstraselular (distimulasi oleh TGF-β) dan jaringan ikat makromolekul seperti cartilage oligomeric matrix protein (COMP), glikosaminoglikan, tenasin, dan fibronektin.[1,3]

Pada fenomena autoimun atau alterasi dari proses imunologi, terjadi akibat produksi dari beberapa autoantibodi, infiltrasi jaringan dengan makrofag dan limfosit T dan B, serta disregulasi produksi sitokin, kemokin, dan faktor pertumbuhan. Sitokin dan faktor pertumbuhan yang dilepaskan akan menginduksi aktivasi dan konversi fenotipik berbagai tipe sel, seperti fibroblas residen, sel epitel, sel endotel, dan perisit, menjadi miofibroblas yang teraktivasi.

Miofibroblas bertanggung jawab untuk inisiasi dan pembentukan proses fibrotik. Penggunaan imunosupresan seperti azathioprine dapat membantu mengontrol aktivitas sistem imun yang berkontribusi pada fenomena autoimun.[3]

Referensi

1. Odonwodo A, Badri T, Hariz A. Scleroderma. NCBI. StatPearls. 2023. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK537335/
3. Medscape. Scleroderma. 2023. https://emedicine.medscape.com/article/331864-overview#a1

Pendahuluan Skleroderma
Etiologi Skleroderma
Diskusi Terkait
Anonymous
Dibalas 08 April 2021, 14:51
Hal-hal apa saja yang dapat menjadi penyebab dari terjadinya jari kaki yang terasa dingin
Oleh: Anonymous
2 Balasan
Selamat siang sejawatMau bertanya, apa saja ya diagnosis banding dari keluhan jari kaki terasa dingin? Dingin hanya pada sebagian jari saja dan berlangsung 3...

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.