Pendahuluan Hipotiroid
Hipotiroid adalah gangguan endokrin yang ditandai dengan defisiensi hormon tiroid. Manifestasi klinis hipotiroid dapat bervariasi mulai dari kasus asimptomatik hingga kasus yang mengancam nyawa. Keluhan utama penderita hipotiroid adalah mudah lelah, lemas, cold intolerance, peningkatan berat badan, konstipasi, perubahan suara, dan kulit kering.[1,2]
Berdasarkan onset, hipotiroid dapat dibedakan menjadi hipotiroid kongenital atau didapat (acquired), sedangkan berdasarkan lokasi terjadinya gangguan, hipotiroid dapat dibedakan menjadi hipotiroid primer, sekunder, dan tersier. Pada hipotiroid primer, kelenjar tiroid tidak mampu memproduksi hormon tiroid dalam jumlah yang cukup.[2,3]
Sementara itu, pada hipotiroid sekunder, kelenjar tiroid normal namun produksi hormon tiroid berkurang akibat rendahnya sekresi thyroid stimulating hormone (TSH atau tirotropin) oleh kelenjar pituitari. Hipotiroid tersier terjadi akibat kurangnya sekresi thyrotropin releasing hormone (TRH) oleh hipotalamus.[2,3]
Diagnosis hipotiroid terutama ditegakkan melalui pemeriksaan kadar TSH dan free tiroksin (FT4) dalam darah. Hal ini dikarenakan manifestasi klinis hipotiroid sangat bervariasi dan gejalanya tidak spesifik. Hipotiroid primer akan ditandai dengan peningkatan TSH di atas nilai rujukan dan penurunan FT4 di bawah nilai rujukan.[1]
Hipotiroid ringan atau subklinis, yang merupakan tanda awal kegagalan fungsi tiroid, biasanya ditandai dengan peningkatan TSH di atas nilai rujukan, sedangkan FT4 masih berada dalam rentang nilai rujukan.[1]
Penatalaksanaan hipotiroid bertujuan untuk mencapai kadar TSH yang normal dan mencapai resolusi gejala fisik maupun mental pada pasien. Penatalaksanaan standar pasien hipotiroid adalah terapi penggantian hormon (thyroid hormone replacement) dengan pemberian levotiroksin.[1]
Direvisi oleh: dr. Hudiyati Agustini