Diagnosis Hipotiroid
Diagnosis hipotiroid dapat ditegakkan melalui pemeriksaan kadar thyroid stimulating hormone (TSH) dan kadar free tiroksin (FT4) dalam darah. Anamnesis gejala yang dialami penderita dan hasil pemeriksaan fisik saja dapat bersifat kurang spesifik.
Anamnesis
Manifestasi klinis hipotiroid dapat bervariasi pada setiap individu. Beberapa gejala umum hipotiroid antara lain berupa rasa lelah, peningkatan berat badan, intoleransi terhadap cuaca dingin, konstipasi, kulit kering, rambut rontok dan kering, perubahan siklus menstruasi, serta timbulnya gangguan psikologis seperti depresi, kecemasan, atau psikosa.[3,4,12]
Pada orang lanjut usia, gejala yang dialami umumnya kurang spesifik dibandingkan dengan orang dewasa muda sehingga diagnosis hipotiroid melalui gejala klasik saja cukup sulit. Namun, pada tiroiditis Hashimoto sering kali terdapat keluhan spesifik seperti rasa penuh pada tenggorokan, nyeri tenggorokan, dan pembesaran kelenjar tiroid yang tidak terasa nyeri.[1,3]
Pemeriksaan Fisik
Tanda-tanda hipotiroid mungkin ditemukan ketika melakukan pemeriksaan fisik umum dari kepala hingga kaki. Namun, pemeriksaan fisik tiroid secara lebih spesifik juga perlu dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya kelainan anatomis di kelenjar tiroid seperti goiter difus atau nodul. Beberapa tanda yang mungkin ditemukan pada pemeriksaan fisik pasien hipotiroid antara lain:
- Secara umum tampak adanya penurunan pergerakan dan kemampuan bicara atau adanya myxedema
- Pada pemeriksaan tanda vital mungkin ditemukan bradikardi atau penurunan tekanan sistolik maupun diastolik
- Pada pemeriksaan kepala mungkin ditemukan rambut kering, kasar, mudah rontok, kulit kering, jaundice, pembengkakan periorbital dan makroglosia
- Pada pemeriksaan leher (pemeriksaan fisik tiroid) mungkin ditemukan goiter difus atau nodul
- Pada pemeriksaan toraks mungkin ditemukan tanda-tanda efusi perikardium
- Pada pemeriksaan abdomen mungkin ditemukan asites
- Pada pemeriksaan ekstremitas mungkin ditemukan pitting edema[3,4]
Diagnosis Banding
Bervariasinya gejala hipotiroid menyebabkan diagnosis banding hipotiroid sangat luas. Beberapa penyakit lain yang perlu dipertimbangkan sebelum menegakkan diagnosis hipotiroid adalah chronic fatigue syndrome, euthyroid sick syndrome, Addison’s disease, dan anemia.
Chronic Fatigue Syndrome
Chronic fatigue syndrome adalah kumpulan gejala yang ditandai dengan kelelahan yang diperburuk oleh aktivitas selama lebih dari 6 bulan, dan dapat disertai dengan disfungsi kognitif dan gangguan aktivitas sehari-hari. Perbedaan dengan hipotiroid terletak pada hasil pemeriksaan laboratorium di mana tidak terjadi gangguan pada kadar TSH dan FT4.
Euthyroid Sick Syndrome
Sindrom ini ditandai dengan temuan fungsi tiroid yang abnormal ketika mengalami suatu penyakit nontiroid, tanpa disertai disfungsi hipotalamus, pituitari, dan kelenjar tiroid.
Penyakit yang mendasari dapat berupa kelainan gastrointestinal, kelainan paru, kelainan kardiovaskular, kelainan ginjal, kondisi inflamasi, hingga suatu keganasan. Berbeda dengan hipotiroid, tes fungsi tiroid pada sindrom ini akan kembali normal saat penyakit pendasarnya sembuh.
Addison’s Disease
Penyakit Addison’s merupakan insufisiensi adrenokortikal yang disebabkan oleh destruksi maupun disfungsi korteks adrenal. Gejala yang dirasakan pasien dapat berupa kelelahan, nafsu makan menurun, hiperpigmentasi kulit, gangguan fungsi perasa, gangguan fungsi pendengaran, serta salt craving. Namun, berbeda dengan hipotiroid, pasien biasanya mengalami penurunan berat badan.
Anemia
Anemia dapat menimbulkan rasa lelah dan gejala lain yang mirip dengan hipotiroid. Pemeriksaan yang digunakan untuk membedakan anemia dari hipotiroid adalah pemeriksaan kadar hemoglobin, TSH, dan FT4.[3]
Pemeriksaan Penunjang
Diagnosis hipotiroid dapat ditegakkan melalui pemeriksaan kadar thyroid stimulating hormone (TSH) dan free tiroksin (FT4) dalam darah. Selain itu, pemeriksaan lain seperti pengukuran titer antibodi antitiroid peroksidase (anti-TPO) dan thyrotropin releasing hormone (TRH) juga dapat dilakukan bila perlu.
Pemeriksaan TSH dan FT4
Langkah awal dalam menegakkan diagnosis hipotiroid adalah pengukuran kadar FT4 dan TSH sehingga dokter dapat membedakan hipotiroid primer dan sekunder.
Peningkatan kadar TSH disertai dengan penurunan kadar FT4 menandakan suatu proses hipotiroid primer, sedangkan peningkatan kadar TSH dengan kadar FT4 normal menandakan kemungkinan hipotiroid subklinis. Sementara itu, diagnosis hipotiroid sekunder ditentukan apabila terjadi penurunan kadar TSH dan FT4.[2]
Pemeriksaan Anti-TPO dan TRH
Etiologi hipotiroid primer dapat ditentukan lebih lanjut dengan pengukuran anti-TPO, sedangkan pemeriksaan lebih lanjut untuk kasus hipotiroid sekunder dapat dilakukan dengan pemeriksaan kadar TRH untuk memastikan lokasi gangguan yang terjadi pada aksis hipotalamus-pituitari.[2]
Pemeriksaan Laboratorium Lain
Pada pemeriksaan laboratorium lain mungkin dijumpai hiperlipidemia, peningkatan enzim hepar, peningkatan blood urea nitrogen (BUN), peningkatan kreatinin, dan peningkatan asam urat.[4]
Ultrasonografi Leher dan Tiroid
Pemeriksaan ultrasonografi leher dan tiroid dapat membantu mendeteksi nodul dan infiltrasi keganasan. Namun, pemeriksaan ini tidak secara rutin direkomendasikan pada pasien untuk mendiagnosis kasus hipotiroid, kecuali bila ditemukan kelainan anatomis yang signifikan pada pemeriksaan fisik.[4]
Direvisi oleh: dr. Hudiyati Agustini