Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Penatalaksanaan Irritable Bowel Syndrome (IBS) general_alomedika 2024-01-03T11:49:53+07:00 2024-01-03T11:49:53+07:00
Irritable Bowel Syndrome (IBS)
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Penatalaksanaan Irritable Bowel Syndrome (IBS)

Oleh :
dr.Eduward Thendiono, SpPD,FINASIM,Fellow IDF
Share To Social Media:

Penatalaksanaan irritable bowel syndrome (IBS) meliputi edukasi dan reassurance, modifikasi diet, serta terapi farmakologi sesuai tanda, gejala, dan subtipe irritable bowel syndrome.[1,3,10]

Edukasi dan Reassurance

Sangat penting untuk membina hubungan pasien dan dokter yang kokoh, karena penyakit IBS bersifat kronis. Edukasi ditekankan terhadap penyebab, pemeriksaan yang perlu dilakukan, reassurance terhadap prognosis, serta melibatkan pasien dalam memilih terapi yang bermanfaat untuk mengurangi gejala.[1,3,4,10]

Modifikasi Diet

Modifikasi diet terbukti bermanfaat pada penatalaksanaan IBS, yaitu dianjurkan untuk diet bebas gluten, rendah FODMAPs (fermentasi oligosakarida, disakarida, monosakarida, dan poliol seperti sorbitol, xilitol, fruktosa, laktosa, galaktosa), serta makanan yang memproduksi gas (bawang, kacang, seledri, pisang, wortel, aprikot, kubis brussel, buah prem).[1,2,10-13]

Khusus pasien IBS subtipe konstipasi, dianjurkan pula untuk diet tinggi serat. Selain serat alami, tersedia pula preparat fiber seperti psyllium/ispaghula. Namun, manfaat preparat fiber tersebut bagi pasien IBS subtipe konstipasi masih kontroversial.[1,2,10]

Terapi Farmakologi

Agen farmakologi digunakan untuk mengurangi gejala. Untuk keluhan nyeri perut dapat diberikan antispasmodik. Untuk konstipasi dapat diberikan agen laksatif. Sedangkan untuk diare, dapat diberikan obat antidiare

Nyeri Abdomen dan Perut Kembung

Keluhan nyeri perut pada pasien IBS dapat dikurangi dengan pemberian antispasmodik. Jika nyeri tidak berkurang, maka dapat dikombinasikan dengan antidepresan. Untuk keluhan perut kembung dapat diberikan rifaximin.[10]

Antispasmodik:  

Obat antispasmodik, seperti mebeverin dan hyoscine butylbromide, dapat merelaksasi otot polos usus sehingga mengurangi nyeri perut.

  • Dosis mebeverin yang direkomendasikan adalah 100‒135 mg oral 3 kali/hari, sebelum makan.
  • Dosis hyoscine butylbromide yang direkomendasikan adalah 10‒20 mg oral 3‒4 kali/hari[3,10,14]

Antidepresan:

Antidepresan tipe selective serotonin reuptake inhibitors (paroxetine, fluoxetine, sertraline) memfasilitasi pelepasan endorfin endogen, memblokir norepinephrin reuptake yang meningkatkan jalur inhibisi nyeri desenden, serta memblokir neuromodulator nyeri. Antidepresan tipe trisiklik (amitriptyline, nortriptyline, dan imipramine) via jalur antikolinergik dapat mengontrol motilitas usus.

  • Dosis antidepresan amitriptyline yang direkomendasikan mulai dari 10 hingga 25 mg oral sekali sehari, sebelum tidur.
  • Dosis paroxetine dan fluoxetine yang direkomendasikan adalah 20 mg oral di pagi hari sekali sehari. Sedangkan dosis sertraline yang direkomendasikan adalah 50 mg oral sekali sehari[3,10,14]

Rifaximin:

Rifaximin mampu mengurangi produksi gas dari flora usus. Dosis yang direkomendasikan adalah 550 mg oral 3 kali/hari. [10,11,15,16]

Konstipasi

Konstipasi pada IBS dapat diobati menggunakan laksatif, lubiprostone, dan linaclotide.

Laksatif:

Baik laksatif osmotik, stimulan atau emolien berguna untuk mengurangi konstipasi. [3,10]

  • Laksatif osmotik yang dapat digunakan misalnya larutan laktulosa 15‒30 mL sekali sehari, polietilen glikol (PEG) 17 gram bubuk dalam 240 mL air sekali sehari, atau magnesium hidroksida (400 mg/5mL) 30‒60 mL sekali sehari
  • Laksatif stimulan yang dapat digunakan misalnya senna 15 mg sekali sehari, bisacodyl 5‒15 mg tablet sekali sehari, atau bisacodyl supositoria 1 kali/hari via rektum
  • Laksatif emolien yang dapat digunakan misalnya docusate oral 50‒300 mg per hari, atau 1 enema via rektum sekali sehari[2,3,10]

Lubiprostone:

Lubiprostone mengaktivasi saluran klorida di bagian apikal epitel susu halus untuk mensekresi ion klorida, sehingga air dan natrium berdifusi pasif ke lumen usus. Dosis yang direkomendasikan adalah 24 μg peroral 2 kali/hari.[1-3,10]

Linaclotide:

Linaclotide mengaktivasi reseptor guanylate cyclase pada neuron intestinal yang akan meningkatkan cGMP dan sekresi anion klorida, sehingga meningkatkan cairan usus dan mengurangi waktu transit usus. Dosis yang direkomendasikan adalah 290 μg sekali sehari, diberikan 30 menit sebelum makanan pertama.[1,3,10,17]

Diare

Untuk keluhan diare dapat diberikan obat antidiare, eluxadoline, atau alosteron.

Agen Antidiare:

Agen antidiare bekerja dengan menghambat peristaltik, memperpanjang waktu transit usus, dan mengurangi volume tinja. Contoh agen antidiare yang dapat digunakan adalah loperamide 4 mg pada pemberian awal, diikuti 2 mg setiap episode diare, maksimum 16 mg per hari.[1,3,10]

Eluxadoline:

Eluxadoline bekerja lokal di sistem saraf enterik pada reseptor opioid di dinding usus untuk mempengaruhi sekresi, motilitas usus, dan sensasi visera. Dosis yang direkomendasikan adalah 100 mg bersama makanan, 2 kali/hari.[10]

Alosetron:

Alosetron adalah antagonis reseptor 5-hidroksi-triptamin-3 (5-HT3). Alosetron mengontrol hipersensitivitas usus melalui aksi antagonis selektif di reseptor 5-HT3. Dosis yang direkomendasikan adalah 0,5‒1 mg per 12 jam, selama 4 minggu.[10]

Probiotik dan Transplantasi Mikrobiota Fekal untuk Irritable Bowel Syndrome

Beberapa studi menunjukkan potensi probiotik dalam tata laksana IBS, tetapi kebanyakan studi ini memiliki jumlah sampel yang kecil. Hingga saat ini, belum ada data adekuat untuk mengetahui strain probiotik mana dan berapa dosis yang efektif untuk tata laksana IBS.[18,19]

Studi lain juga sedang meneliti apakah transplantasi mikrobiota fekal bermanfaat untuk irritable bowel syndrome. Namun, hasilnya belum konklusif.

Psikoterapi

Tinjauan Cochrane yang dipublikasikan pada tahun 2009 menyebutkan bahwa cognitive behavioural therapy (CBT) dan interpersonal psychotherapy efektif untuk tata laksana IBS. Namun, data yang ada masih berdasarkan kualitas bukti yang rendah.

Hingga kini, CBT masih menjadi metode psikoterapi yang paling banyak diteliti untuk tata laksana IBS, dengan komponen antara lain psikoedukasi untuk mematahkan kepercayaan yang salah terkait penyakit ini, restruktur kognitif untuk mengatasi kecemasan atau kewaspadaan berlebihan, dan strategi relaksasi.[20,21]

 

 

Direvisi oleh: dr. Hudiyati Agustini

Referensi

1. Sayuk G.S, Gyawali C.P. Irritable Bowel Syndrome: Modern Concepts and Management Options. Amj Med.2015. 28, 817-827. http://dx.doi.org/ 10.1016/ j.amjmed. 2015.01.036.
2. Clinical manifestations and diagnosis of irritable bowel syndrome. UpToDate. 2022. https://www.uptodate.com/contents/clinical-manifestations-and-diagnosis-of-irritable-bowel-syndrome-in-adults.
3. Lehrer. JK. Irritable Bowel Syndrome. Medscape. 2022. https://emedicine.medscape.com/article/180389-overview.
4. Wald A. Patient Information: Irritable Bowel Syndrome (Beyond the basics). UpToDate. 2014. https://www. uptodate.com /contents/irritable-bowel-syndrome-beyond-the-basics.
10. Wald A. Treatment of irritable bowel syndrome in adults. UpToDate. 2022. https://www.uptodate.com/contents/treatment-of-irritable-bowel-syndrome-in-adults.
11. Muir JG, Gibson PR. The low FODMAP diet For treatment of irritable bowel syndrome and other gastrointestinal disorders. Gastroenterol Hepatol. 2013;9:450-452. PMC.PMID: 23935555
12. Staudacher HM, Irving PM, Lomer MC, Whelan K. Mechanisms and efficacy of dietary FODMAP restriction in IBS. Nat Rev Gastroenterol Hepatol. 2014;11:256-266. doi: 10.1038/nrgastro.2013.259.
13. Vazquez-Roque MI, Camilleri M, Smyrk T, et al. A controlled trial of gluten-free diet in patients with irritable bowel syndrome-diarrhea: effects on bowel frequency and intestinal function. Gastroenterology. 2013;144:903-911 e3. doi: 10.1053/j.gastro.2013.01.049.
14. Ruepert L, Quartero AO, de Wit NJ, et al. Bulking agents, antispasmodics and antidepressants for the treatment of irritable bowel syndrome. Cochrane Database Syst Rev 2011;(8):CD003460. doi: 10.1002/14651858.CD003460.pub3.
15. Pimentel M, Lembo A, Chey WD, et al. Rifaximin therapy for patients with irritable bowel syndrome without constipation. N Engl J Med. 2011;364:22-32. doi: 10.1056/NEJMoa1004409.
16. Menees SB, Maneerattannaporn M, Kim HM, Chey WD. The efficacy and safety of rifaximin for the irritable bowel syndrome: a systematic review and metaanalysis. AmJGastroenterol. 2012;107:28-35, quiz 36. doi: 10. 1038 /ajg. 2011. 355.
17. Vazquez-Roque MI, Bouras EP. Linaclotide, novel therapy for the treatment of chronic idiopathic constipation and constipation predominant irritable bowel syndrome. Adv Ther. 2013;30:203-211. PMC. PMID: 24683372.
18. Black CJ, Ford AC. Probiotics for Treating Irritable Bowel Syndrome: Are Bugs the Best Drugs? Gastroenterology, 2018. doi:10.1053/j.gastro.2018.11.015
19. American College of Gastroenterology. An Evidence-Based Position Statement on the Management of Irritable Bowel Syndrome. The American Journal of Gastroenterology, 2009. 104(S1), S1–S35. doi:10.1038/ajg.2008.122
20. Zijdenbos IL, de Wit NJ, van der Heijden GJ, Rubin G, Quartero AO. Psychological treatments for the management of irritable bowel syndrome. Cochrane Database of Systematic Reviews 2009, Issue 1. Art. No.: CD006442. DOI: 10.1002/14651858.CD006442.pub2
21. Kinsinger SW. Cognitive-behavioral therapy for patients with irritable bowel syndrome: current insights. Psychol Res Behav Manag. 2017;10:231–237. Published 2017. doi:10.2147/PRBM.S120817

Diagnosis Irritable Bowel Syndro...
Prognosis Irritable Bowel Syndro...

Artikel Terkait

  • Irritable Bowel Syndrome dan Small Intestinal Bacterial Overgrowth: Serupa Tapi Tak Sama
    Irritable Bowel Syndrome dan Small Intestinal Bacterial Overgrowth: Serupa Tapi Tak Sama
  • Peran Probiotik Dalam Tata Laksana Irritable Bowel Syndrome
    Peran Probiotik Dalam Tata Laksana Irritable Bowel Syndrome
  • Pemeriksaan Fecal Calprotectin untuk Membedakan Inflammatory Bowel Disease dan Irritable Bowel Syndrome
    Pemeriksaan Fecal Calprotectin untuk Membedakan Inflammatory Bowel Disease dan Irritable Bowel Syndrome
  • Efikasi Transplantasi Mikrobiota Fekal pada Irritable Bowel Syndrome - Telaah Jurnal Alomedika
    Efikasi Transplantasi Mikrobiota Fekal pada Irritable Bowel Syndrome - Telaah Jurnal Alomedika
Diskusi Terbaru
Anonymous
Dibalas 09 Mei 2025, 16:20
Pemberian cotrimoksazol pada pasien Hiv-TB
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Halo dok, izin diskusi. Saya ada pasien tb dan juga terdiagnosis hiv. Hiv (+) lewat RDT saja tanpa cek cd4. Sudah di berikan arv dan cotrimoksazol 1x960mg....
Anonymous
Dibalas 09 Mei 2025, 16:09
Pemberian VAR dan SAR pada pasien terduga rabies
Oleh: Anonymous
2 Balasan
Alo dokter, selamat sore. Saya ingin bertanya apakah pemberian VAR/SAR dapat diberikan pada pasien dengan risiko tinggi rabies yang kejadian tergigit hewan...
dr.fandi sukowicaksono
Dibalas 09 Mei 2025, 22:03
Apakah USG kehamilan dapat mendeteksi riwayat kehamilan sebelumnya yang tidak diketahui?
Oleh: dr.fandi sukowicaksono
3 Balasan
Alo Dokter. ini cerita pasien saya kemarin.mr X usia 26 th datang konsultasi sendiri , menceritakan kejadian saat usg kehamilan anak pertama istrinya dengan...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.