Patofisiologi Penyakit Wilson
Patofisiologi penyakit Wilson atau Wilson's disease berhubungan dengan kegagalan metabolisme zat tembaga dalam tubuh yang menyebabkan akumulasi zat tembaga di berbagai jaringan tubuh, dengan hati dan otak sebagai organ yang paling terdampak. Patofisiologi penyakit Wilson didasari kelainan genetik autosomal resesif akibat mutasi gen ATP7B, yang berperan dalam transpor zat tembaga dalam tubuh.[1,3]
Patofisiologi Hepatik
Tembaga memiliki peran penting dalam berbagai proses seluler dalam tubuh. Tembaga diserap dalam usus halus dan kemudian ditranspor ke hati dengan bantuan albumin. Umumnya manusia mengonsumsi lebih banyak tembaga daripada kadar yang dibutuhkan tubuh. Sehingga, kelebihan tembaga akan diekskresikan melalui empedu dan sebagian lagi melalui ginjal.[3]
Dalam hati, tembaga akan berikatan dengan protein transporter, terutama berupa seruloplasmin, dan ditranspor ke seluruh tubuh. Pada hati yang sehat, ATP7B memfasilitasi pengikatan tembaga ke dalam seruloplasmin, dan kemudian memediasi ekskresinya ke dalam empedu. Mutasi pada ATP7B mengganggu proses ini, yang mengakibatkan akumulasi tembaga di hati dan seruloplasmin disekresikan dalam bentuk yang kekurangan tembaga.[1-3]
Awalnya, tembaga yang berlebihan dalam hati mengikat protein transporter bernama metallothionein dalam sitosol. Namun, ketika kapasitas pengikatan terlampaui, tembaga mengkatalisis produksi zat radikal melalui proses Fenton, yang menyebabkan stres oksidatif. Lingkungan oksidatif ini merusak hepatosit, memicu peradangan, fibrosis, dan berpotensi berkembang menjadi sirosis hepatis.[1-3]
Akumulasi berlebih tembaga di hati juga kemudian mengganggu fungsi reseptor nuklir atau nuclear receptor (NR) yang berperan penting dalam mengatur metabolisme lipid dan respons inflamasi. Inhibisi reseptor ini oleh tembaga berkontribusi terhadap disregulasi lipid dan perburukan patologi hati pada penyakit Wilson. Hati akan melepas tembaga yang tidak berikatan dengan seruloplasmin ke dalam aliran darah hingga terakumulasi di berbagai jaringan tubuh, terutama ginjal, mata, dan otak.[1,3]
Manifestasi Neuropsikiatri
Akumulasi tembaga dalam sistem saraf pusat, khususnya di ganglia basal, menyebabkan berbagai gejala neurologis dan kejiwaan. Mekanisme pastinya masih dalam penyelidikan, tetapi stres oksidatif yang disebabkan tembaga dan disfungsi mitokondria memicu terjadinya kerusakan neuronal. Manifestasi klinis meliputi gangguan gerakan, gangguan kejiwaan, dan gangguan kognitif.[1,3,6]
Modifikasi Epigenetik
Studi terkini menunjukkan bahwa akumulasi tembaga dapat menyebabkan perubahan epigenetik, seperti metilasi DNA dan modifikasi histon, yang mengubah pola ekspresi gen. Perubahan epigenetik ini dapat berperan dalam variabilitas fenotipik yang diamati di antara pasien penyakit Wilson. Memahami mekanisme molekuler ini penting dalam pemilihan terapi agar dapat mengurangi toksisitas akibat akumulasi tembaga pada pasien dengan penyakit Wilson.[3]