Diagnosis Dehidrasi
Diagnosis derajat dehidrasi dan penyebab dehidrasi perlu ditegakkan untuk menentukan strategi tata laksana . Anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang yang tepat dapat memberi petunjuk derajat dehidrasi dan penyebab pasien mengalami dehidrasi.
Anamnesis
Anamnesis pasien ditujukan untuk mencari penyebab dehidrasi. Pada anak-anak, anamnesis ditujukan kepada keluarga pasien. Beberapa hal yang penting perlu ditanyakan pada pasien yang mengalami dehidrasi adalah sebagai berikut:
- Asupan cairan: frekuensi, volume, dan jenis cairan (hipertonik atau hipotonik) yang dikonsumsi oleh pasien
- Riwayat buang air kecil (BAK) atau jumlah dan berat pampers yang digunakan
- Riwayat buang air besar (BAB): frekuensi, konsistensi, ada tidaknya darah atau lendir pada tinja
- Riwayat muntah: frekuensi, volume, dan warna muntah, apakah berwarna coklat atau kehijauan.
- Nafsu makan
- Penurunan berat badan
- Demam[3,5-10]
Pada populasi dewasa, perlu ditanyakan faktor-faktor penyebab terjadinya dehidrasi seperti olahraga yang berlebihan, adanya paparan matahari yang berlebih, obat-obatan, sulitnya mengakses sumber mata air, demam, dan fluid loss.[3,5-10]
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik tanda dehidrasi pada populasi anak dan dewasa perlu meliputi evaluasi keadaan umum pasien, kesadaran, tanda vital, selaput mukosa, turgor kulit, dan produksi urin.
Keadaan Umum dan Kesadaran
Pasien yang mengalami dehidrasi ringan biasanya tampak lesu, sementara pasien dengan dehidrasi berat biasanya tampak gelisah, lemah, ataupun penurunan kesadaran, seperti apatis hingga koma.[5-9]
Tanda Vital
Pada pasien yang mengalami dehidrasi ringan dan sedang dapat ditemukan takikardi, nadi teraba lemah, dan hipotensi ortostatik. Pada pasien dengan dehidrasi berat dapat ditemukan nadi yang tidak teraba, akral dingin, hingga sianosis.
Selaput Mukosa
Pada pasien dengan dehidrasi ringan dan sedang dapat ditemukan mata yang tampak cekung dan mulut yang kering, sementara pada pasien dengan dehidrasi berat dapat ditemukan mata tampak sangat cekung dan lidah sangat kering.
Turgor Kulit
Pasien dengan dehidrasi ringan biasanya turgor kulitnya masih baik, sementara pasien yang mengalami dehidrasi sedang dan berat dapat ditemukan turgor kulit yang menurun.
Produksi Urin
Pasien yang mengalami dehidrasi ringan, urin tampak berwarna pekat, sementara pasien dengan dehidrasi sedang dan berat mulai mengalami oliguria.[5-9]
Penentuan Derajat Dehidrasi Berdasarkan Manifestasi Klinis
Derajat dehidrasi pada balita dan anak-anak memiliki perbedaan, karena komposisi air pada tubuh balita mencapai 70-80% berat badan, sementara pada anak-anak komposisi air 60% dari berat badan. Pada derajat dehidrasi yang sama, seorang balita memiliki penurunan berat badan yang lebih banyak dibandingkan anak-anak. Derajat dehidrasi pada anak-anak dapat dilihat pada tabel 1.[6]
Tabel 1. Derajat dehidrasi berdasarkan manifestasi klinis pasien | |||
Indikator | Dehidrasi ringan (3-5%) | Dehidrasi sedang (6-10%) | Dehidrasi berat (>10%) |
Keadaan Umum | Baik | Gelisah, rewel | Penurunan kesadaran |
Frekuensi Denyut Jantung | Normal | Meningkat | Meningkat |
Tekanan Darah | Normal | Normal | Menurun |
Pernapasan | Normal | Takipnea | Takipnea |
Ubun-Ubun (Fontanella) | Normal | Cekung | Cekung |
Mata | Normal | Cekung | Sangat cekung dan kering |
Mulut dan Lidah | Basah | Kering | Sangat kering |
Turgor kulit | Kembali cepat | Kembali lambat | Kembali sangat lambat |
Pengisian kapiler | Normal | Memanjang | Memanjang |
Produksi Urin | Normal | Menurun | oligouri |
Sumber: Powers, 2015.[6]
Pemeriksaan Penunjang
Tidak ada pemeriksaan gold standard untuk menegakkan derajat dan penyebab dehidrasi. Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah:[5,6]
Pemeriksaan Darah Lengkap
Peningkatan sel darah putih dapat menjadi petunjuk adanya proses infeksi atau sepsis. Kadar hematokrit biasanya juga meningkat pada pasien dehidrasi. [5,6]
Pemeriksaan Elektrolit
Dehidrasi dapat disertai hiponatremia atau hipernatremia. Pada pasien yang mendapat terapi diuretik atau muntah, dapat juga mengalami hipo atau hiperkalemia. [5,6]
Pemeriksaan Analisa Gas Darah
Pasien dengan dehidrasi berat dapat mengalami asidosis yang ditandai peningkatan kadar laktat dan penurunan kadar bikarbonat.[5,6]
Pemeriksaan Fungsi Ginjal
Kadar Ureum dan kreatinin dapat meningkat akibat hipoperfusi renal. [5,6]
Urinalisis
Adanya keton atau glukosa yang terdeteksi pada urinalisis dapat memberi petunjuk ketoasidosis diabetik (KAD) sebagai penyebab dehidrasi.[5,6]
Pemeriksaan Ultrasound
Pengukuran diameter vena kava inferior dan kolapsibilitas saat siklus respirasi dapat memberikan petunjuk status cairan pasien. Penelitian yang dilakukan oleh Orso pada 270 pasien menunjukkan volume inferior vena kava pada ekspirasi dan persentase kolapsibilitas pada saat inspirasi (indeks caval) berkorelasi dengan kadar BUN/kreatinin. Penurunan Rasio diameter vena kava inferior/Aorta (IVC/Ao Rasi ) pada anak-anak merupakan petunjuk dehidrasi.[11,12]
Diagnosis Banding
Diagnosis banding yang perlu dieksekusi pada pasien dehidrasi meliputi berbagai penyakit yang menyebabkan defisit cairan. Gastroenteritis akut merupakan keadaan yang sering menyebabkan dehidrasi pada anak-anak dan orang dewasa. Selain gastroenteritis akut, berbagai diagnosis yang perlu dieksklusi pada pasien dengan klinis dehidrasi adalah:
Ketoasidosis Diabetik
Ketoasidosis diabetik merupakan komplikasi dari diabetes melitus. Stress hiperglikemia akan menyebabkan terjadinya diuresis osmotik sehingga menyebabkan pasien mengalami dehidrasi. Pasien ketoasidosis dapat datang dengan keluhan mual, muntah, kelemahan badan, hingga penurunan kesadaran. Pada anamnesis biasanya didapatkan riwayat mengidap diabetes melitus, disertai tanda-tanda dehidrasi. Pemeriksaan penunjang adalah kadar glukosa darah >200mg/dL, ketonemia, asidosis metabolic pada analisa gas darah/ maupun ditemukan keton pada urinalisa.[13]
Diabetes Insipidus
Diabetes insipidus merupakan kelainan yang disebabkan oleh rendahnya kadar hormone vasopressin pituitari posterior. Hormon berfungsi sebagai antidiuresis di dalam tubuh dengan mengatur fungsi reabsorbsi air oleh ginjal. Defisiensi hormone diabetes insipidus menyebabkan poliuria, atau pengeluaran cairan berlebihan melalui urin (>50 ml/kgBB/24 jam atau >3-4 Liter/hari). Kadar osmolalitas urin 300-800 mOsm/kg meningkatkan kecurigaan diabetes insipidus.[14]
Sepsis
Pasien dengan infeksi berat, seperti sepsis memiliki risiko untuk mengalami dehidrasi. Pasien sepsis mengalami peningkatan metabolik yang tinggi. Pasien dengan sepsis juga biasanya memiliki nafsu makan yang menurun atau tidak dapat memenuhi kebutuhan nutrisi secara oral.[15]
Luka Bakar
Kerusakan mikrovaskuler pada pasien yang mengalami luka bakar menyebabkan kebocoran cairan ke ruang interstisial, sehingga pasien mengalami edema jaringan. Keadaan hipermetabolik juga meningkatkan risiko dehidrasi.[16]