Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Diagnosis Ruptur Limpa general_alomedika 2023-10-06T19:46:59+07:00 2023-10-06T19:46:59+07:00
Ruptur Limpa
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Diagnosis Ruptur Limpa

Oleh :
dr. Jocelyn Prima Utami
Share To Social Media:

Diagnosis ruptur limpa (spleen rupture) atau ruptur lien yang adekuat sangat penting karena kondisi ini bisa menyebabkan perdarahan yang mengancam nyawa. Ruptur limpa adalah salah satu trauma organ yang paling banyak terjadi, utamanya disebabkan oleh trauma seperti kecelakaan lalu lintas dan trauma tumpul abdomen. Meski demikian, ruptur limpa juga dapat disebabkan oleh kondisi nontrauma atau idiopatik.[1,2]

Diagnosis ruptur limpa dapat dikonfirmasi melalui pemeriksaan radiologi. CT Scan masih menjadi pilihan pemeriksaan untuk pasien dengan ruptur limpa yang stabil karena dapat membantu menilai derajat keparahan dan memeriksa keterlibatan organ intraabdomen lainnya. USG abdomen dapat digunakan sebagai pemeriksaan awal, namun memiliki keterbatasan antara lain tidak dapat mendeteksi perdarahan aktif, pseudoaneurisma, dan tahap awal saat perdarahan masih sedikit.[1,2]

Anamnesis

Ruptur limpa sering berhubungan dengan kecelakaan lalu lintas. Pada kasus ini, pasien bisa saja datang dalam keadaan tidak sadarkan diri akibat cedera neurologi ataupun intoksikasi. Dalam keadaan tersebut, anamnesis dilakukan pada keluarga pasien ataupun saksi mata.

Pada pasien yang dicurigai mengalami ruptur limpa, riwayat trauma perlu ditanyakan karena merupakan penyebab tersering. Riwayat trauma, khususnya trauma tumpul yang melibatkan kuadran kiri atas abdomen, tulang iga kiri, dan bagian lateral kiri dari abdomen, seharusnya meningkatkan kecurigaan adanya ruptur limpa. Mekanisme trauma dapat berupa kecelakaan kendaraan bermotor, pukulan langsung pada abdomen, jatuh, atau kecelakaan akibat olahraga yang melibatkan kontak fisik.

Apabila pasien tidak memiliki riwayat trauma, perlu ditanyakan riwayat kondisi medis tertentu atau riwayat pengobatan yang dapat menyebabkan ruptur limpa. Penyebab ruptur limpa nontraumatik dapat mencakup infeksi mononukleosis, demam dengue, malaria, toxoplasmosis, pankreatitis, leukemia, kista limpa, hipertensi portal, dan limfoma. Pada kasus yang lebih jarang, ruptur limpa dapat disebabkan oleh obat seperti filgrastim atau tindakan medis seperti kolonoskopi.

Beberapa aspek lain yang perlu ditanyakan antara lain riwayat penyakit hati, kondisi kelainan darah, serta riwayat operasi untuk menyingkirkan kemungkinan cedera iatrogenik. Perlu diingat bahwa limpa merupakan organ yang memiliki banyak pembuluh darah, sehingga pasien bisa datang dengan kondisi syok hipovolemik, peritonitis, hingga penurunan kesadaran. Pada keadaan dimana terjadi instabilitas hemodinamik, maka stabilisasi dan resusitasi harus diutamakan.[1,2,11]

Pemeriksaan Fisik

Pada pemeriksaan fisik pasien dengan ruptur limpa traumatik dapat ditemukan jejas trauma berupa laserasi, luka lecet, seatbelt sign, dan kontusio. Selain itu, pasien dapat mengeluhkan nyeri pada kuadran kiri atas abdomen hingga nyeri pada bahu kiri (Kehr sign).

Pasien yang mengalami ruptur limpa akan mengalami perdarahan intraperitoneal, sehingga dapat ditemukan nyeri abdomen difus, peritonitis, distensi abdomen, dan rebound tenderness. Tanda-tanda syok seperti takikardia, hipotensi, takipnea, gelisah, penurunan kesadaran, dan pucat dapat dialami pasien ruptur limpa dengan instabilitas hemodinamik.[1,2,11,13]

Diagnosis Banding

Diagnosis banding dari ruptur limpa adalah laserasi hepar, perdarahan retroperitoneal, dan trauma pankreas. Pasien dengan trauma abdomen dapat mengalami cedera atau ruptur pada lebih dari satu organ.

Trauma Hepar

Pada laserasi dan trauma hepar, umumnya riwayat trauma terjadi pada dinding anterior, lateral, atau torakoabdominal. Ruptur hepar dapat bermanifestasi mulai dari laserasi kapsular minor hingga kerusakan berat pada kedua lobus. Ruptur hepar juga sering berkaitan dengan cedera vena porta, vena hepatika, atau vena cava. Gejala yang muncul adalah nyeri abdomen akut, distensi abdomen, muntah, dan syok. Pemeriksaan radiologi, seperti CT-Scan, dapat membantu mengonfirmasi organ spesifik yang mengalami cedera.[1,14]

Perdarahan Retroperitoneal

Pada kasus perdarahan retroperitoneal, pasien akan mengalami nyeri abdomen disertai syok hemoragik. Pada pemeriksaan fisik, dapat ditemukan sindrom Wunderlich yaitu nyeri abdomen, punggung, atau pinggang, disertai massa abdomen yang teraba dan syok. Pemeriksaan radiologi tetap diperlukan untuk mengonfirmasi diagnosis dan sumber perdarahan.[15]

Trauma Pankreas

Untuk kasus trauma pankreas, gejala yang dapat dialami pasien adalah nyeri epigastrik yang menjalar hingga ke punggung, mual, dan muntah, hingga perdarahan aktif. Pemeriksaan penunjang radiologi CT-scan masih menjadi pilihan untuk mengidentifikasi cedera pankreas termasuk tanda laserasi, pembesaran, dan perdarahan.[16]

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang ruptur limpa dapat dilakukan melalui pemeriksaan laboratorium dan dikonfirmasi dengan pemeriksaan radiologi. Focused assessment with sonography for trauma (FAST) adalah pemeriksaan paling awal yang dilakukan di Unit Gawat Darurat karena bisa dengan cepat mendeteksi adanya cairan di peritoneum.[2]

Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium berupa darah lengkap pada pasien ruptur limpa bermanfaat menilai beratnya perdarahan, perencanaan resusitasi, dan transfusi darah apabila diperlukan. Umumnya pasien dengan perdarahan aktif akan mengalami penurunan nilai hemoglobin dan hematokrit.[2,17]

Pemeriksaan Radiologi

Pemeriksaan focused assessment with sonography for trauma (FAST) merupakan salah satu pemeriksaan cepat yang dapat dilakukan untuk mendiagnosis adanya cairan intraperitoneal di abdomen. Pemeriksaan ini bermanfaat terutama dalam mengevaluasi pasien dengan hemodinamik yang tidak stabil. Akan tetapi, pemeriksaan FAST tidak cukup spesifik dalam mengkonfirmasi organ yang mengalami ruptur. Pemeriksaan FAST memiliki sensitivitas mencapai 63-100% dan spesifisitas 95-100%.

Pemeriksaan CT scan abdomen merupakan baku emas untuk mengevaluasi adanya cedera pada organ padat abdomen dengan spesifisitas dan sensitivitas mencapai 100%. Pemeriksaan ini dapat mengidentifikasi derajat keparahan cedera limpa, adanya hematoma di sekitarnya, perdarahan intra abdomen, serta mengevaluasi organ-organ abdomen lain. CT scan kontras dapat dilakukan untuk membedakan densitas antara parenkim limpa dan hematoma. Akurasi dari CT scan dengan kontras dalam mendiagnosis ruptur limpa traumatik dikatakan mencapai 100%.[2,8,11,17,18]

Derajat Cedera Limpa

Penentuan derajat cedera limpa yang paling umum digunakan adalah berdasarkan The American Association for The Surgery of Trauma (AAST). Klasifikasi derajat cedera menurut AAST ditentukan berdasarkan temuan CT scan, operatif, dan patologi.[1,18]

Tabel 1. Derajat Cedera Limpa

Derajat Kriteria CT scan Kriteria Operatif Kriteria Patologi
I Hematoma Subkapsular <10% area permukaan Hematoma Subkapsular <10% area permukaan Hematoma Subkapsular <10% area permukaan
Laserasi parenkim kedalaman < 1 cm Laserasi parenkim kedalaman < 1 cm Laserasi parenkim kedalaman < 1 cm
Robekan kapsular Robekan kapsular Robekan kapsular
II Hematoma subkapsular 10-50% area permukaan ; hematoma intraparenkim < 5 cm Hematoma subkapsular 10-50% area permukaan ; hematoma intraparenkim < 5 cm Hematoma subkapsular 10-50% area permukaan ; hematoma intraparenkim < 5 cm
Laserasi parenkim 1-3 cm Laserasi parenkim 1-3 cm Laserasi parenkim 1-3 cm
III Hematoma subkapsular > 50% area permukaan ; ruptur subkapsular atau hematoma intraparenkim >5 cm Hematoma subkapsular >50% area permukaan atau lebih; ruptur subkapsular atau hematoma intraparenkim > 5 cm Hematoma subkapsular >50% area permukaan; ruptur subkapsular atau hematoma intraparenkim > 5 cm
Laserasi parenkim kedalaman > 3 cm Laserasi parenkim kedalaman > 3 cm Laserasi parenkim kedalaman > 3 cm
IV Cedera apapun dengan adanya cedera vaskuler limpa atau perdarahan aktif dalam kapsul limpa Laserasi parenkim melibatkan pembuluh segmental atau hilar yang menyebabkan >25% devaskularisasi Laserasi parenkim melibatkan pembuluh segmental atau hilar yang menyebabkan >25% devaskularisasi
Laserasi parenkim melibatkan pembuluh segmental atau hilar yang menyebabkan >25% devaskularisasi
V Cedera apapun dengan adanya cedera vaskuler dengan perdarahan aktif hingga ke peritoneum Cedera vaskuler hilar dengan devaskularisasi limpa Cedera vaskuler hilar dengan devaskularisasi limpa
Limpa yang hancur Limpa yang hancur Limpa yang hancur

Sumber: American Association for the Surgery of Trauma (AAST) Organ Injury Scale, 2018.[18]

Referensi

1. Akoury T, Whetstone DR. Splenic Rupture. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2023 Jan. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK525951/
2. Bjerke S, Bjerke J. Splenic Rupture. Medscape. 2022. https://emedicine.medscape.com/article/432823-overview
8. Liu J, Feng Y, et al. Diagnosis and treatment of atraumatic splenic rupture: experience of 8 cases. Gastroenterology research and practice. 2019 Jan 28;2019.
11. Waseem M, Bjerke S. Splenic Injury. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2023 Jan. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK441993/
12. Buhaş CL, Mihalache GC, et al. The importance of the histopathological examination in establishing the diagnosis of delayed splenic rupture. Report of a case and literature review. Rom J Morphol Embryol. 2019 Jan 1;60(1):281-6.
13. Girard E, Abba J, et al. Management of splenic and pancreatic trauma. Journal of visceral surgery. 2016 Aug 1;153(4):45-60.
14. Taghavi S, Askari R. Liver Trauma. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2023 Jan. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK513236/
15. Dorosh J, Lin JC. Retroperitoneal Bleeding. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2023 Jan. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK563183/
16. Dave S, Toy FK, London S. Pancreatic Trauma. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2023 Jan. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK459365/
17. Sander MA. Ruptur limpa akibat trauma abdomen: bagaimana pendekatan diagnosis dan penatalaksanaannya. Saintika Medika: Jurnal Ilmu Kesehatan dan Kedokteran Keluarga. 2018 Jun 1;14(1):15-24.
18. Margari S, Garozzo Velloni F, et al. Emergency CT for assessment and management of blunt traumatic splenic injuries at a Level 1 Trauma Center: 13-year study. Emerg Radiol. 2018 Oct;25(5):489-497.

Epidemiologi Ruptur Limpa
Penatalaksanaan Ruptur Limpa

Artikel Terkait

  • Tekanan Pulsasi sebagai Tanda Awal Perdarahan pada Pasien Trauma
    Tekanan Pulsasi sebagai Tanda Awal Perdarahan pada Pasien Trauma
  • Manajemen Trauma Tumpul Limpa: Operatif Vs Nonoperatif
    Manajemen Trauma Tumpul Limpa: Operatif Vs Nonoperatif
Diskusi Terbaru
Delvi Pardian, M.Psi, Psikolog
Dibalas 1 jam yang lalu
Akun SEMPAT di RETAS
Oleh: Delvi Pardian, M.Psi, Psikolog
2 Balasan
Pemberitahuan:Hari ini akun saya sempat diretas dan memposting konten terkait contact center yang tidak jelas.Saya baru menyadarinya sekitar pukul 10 pagi,...
Anonymous
Dibalas 16 jam yang lalu
Kedua jempol kaki kebas
Oleh: Anonymous
3 Balasan
Izin diskusi pasien dok, usia pria 29 tahun mengeluh kedua kaki kebas sejak sekitar 1 bulan. Tidak ada kesemutan, tidak ada nyeri menjalar, deformitas (-),...
Anonymous
Dibalas 19 jam yang lalu
Jumlah pasien konsultasi online
Oleh: Anonymous
4 Balasan
Alo dokter mau tanya kpd sejawat freelance apakah juga merasa kalau jumlah pasien online akhir2 ini semakin berkurang?tidak seperti dulu  satu shift bisa...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.