Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Diagnosis Carpal Tunnel Syndrome irfan 2024-06-13T11:16:04+07:00 2024-06-13T11:16:04+07:00
Carpal Tunnel Syndrome
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Diagnosis Carpal Tunnel Syndrome

Oleh :
dr. Reren Ramanda
Share To Social Media:

Diagnosis carpal tunnel syndrome atau sindrom terowongan karpal ditegakkan terutama dengan menggabungkan hasil antara anamnesis dan pemeriksaan fisik yang dibantu oleh pemeriksaan elektrodiagnostik yaitu penilaian konduksi saraf dan elektromiografi. Umumnya pasien akan mengeluhkan nyeri, mati rasa, kesemutan, dan nyeri terutama pada malam hari pada jempol, jari telunjuk, jari tengah dan setengah sisi radial jari kelingking. Keluhan ini akan berkurang bila pasien mengibas-ngibaskan pergelangan tangannya “flick sign”.[1]

Anamnesis

Anamnesis dilakukan untuk menggali gejala klinis berdasarkan derajat, antara lain:

Derajat Ringan:

Pasien sering terbangun di malam hari dengan sensasi tangan bengkak, kebas; gejala berlanjut menjadi nyeri yang memberat yang menjalar dari pergelangan tangan ke bahu dan rasa seperti tersetrum yang mengganggu pada tangan dan jari-jari (brachialgia parestesia nokturnal). Gejala berkurang dengan menggoncang-goncangkan tangan (flick sign positif). Pada pagi hari biasanya sendi tangan kaku.[1,14,15]

Derajat Sedang

Gejala tetap ada pada siang hari, kebanyakan ketika pasien berada pada posisi yang sama dalam jangka waktu lama atau melakukan gerakan berulang pada tangan dan pergelangan tangan. Ketika defisit motorik muncul, pasien melaporkan sering menjatuhkan benda saat sedang menggenggam.[1,14,15]

Derajat Berat:

CTS derajat berat merupakan tahap final, hipo/atrofi tenar. Pada fase ini gejala sensorik menghilang.[1,14,15]

Riwayat penyakit berfokus pada:

  • Onset gejala (pada derajat awal lebih banyak parestesia nokturna, keluhan akan memburuk pada malam hari)
  • Usia, jenis kelamin
  • Faktor yang memperberat (posisi, gerakan berulang)
  • Aktivitas pekerjaan (penggunaan alat, alat-alat getar)
  • Lokalisasi nyeri dan penjalaran (pada regio kutaneus nervus medianus dengan penjalaran naik terkadang sampai ke bahu atau menjalar ke bawah)
  • Tangan dominan
  • Gerakan yang dapat memperingan gejala (menggoyang-goyangkan tangan, mengubah posisi)
  • Adanya faktor predisposisi (diabetes, obesitas, poliartritis kronik, myxedema, akromegali, kehamilan).[1,6,14,15]

Kesemua gejala tersebut dapat bermakna secara klinis bila dilakukan anamnesa secara menyeluruh tanpa menitikberatkan pada salah satu faktor risiko saja, karena setiap faktor risiko yang ditanyakan pada anamnesis diatas tidak dapat menunjukkan secara pasti bahwa seseorang tersebut menderita CTS.[3]

Katz Hand Diagram membuat klasifikasi pola diagnosis berdasarkan tiga gejala yaitu rasa kebas/baal/mati rasa (numbness), nyeri, kesemutan/parestesia sebagai berikut:

  • Pola klasik: gejala muncul minimal dua jari pada jari pertama, kedua, dan ketiga. Gejala dapat timbul juga di jari keempat dan kelima, nyeri pada pergelangan tangan dan menjalar ke proksimalnya, namun tidak ada gejala pada bagian dorsal telapak tangan
  • Pola probable: gejala yang sama seperti gejala klasik namun hanya terbatas pada sisi median telapak tangan
  • Pola possible: gejala meliputi salah satu dari jari pertama, kedua, dan ketiga
  • Pola bukan CTS di antaranya adalah tidak ada gejala pada semua jari pertama, kedua, dan ketiga[16]

Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik CTS meliputi inspeksi dan palpasi pergelangan tangan dan tangan serta maneuver challenge test. Selain itu pasien juga perlu dipandang secara menyeluruh seperti jenis kelamin, indeks massa tubuh, usia, habitus, range of motion pergelangan tangan dan tangan, adanya deformitas, pembengkakan, atrofi, dan perubahan pada kulit.[3,6]

Inspeksi

Pada pemeriksaan inspeksi dapat ditemukan ekimosis/abrasi pada pergelangan tangan yang menunjukkan cedera akut jaringan termasuk nervus medianus. Abnormalitas tulang seperti deformitas boutonniere, deformitas leher angsa dan deviasi ulnar menunjukkan artritis reumatoid sedangkan penonjolan karpal atau jari distal menunjukkan osteoartritis.[3,17]

Adanya atrofi tenar merupakan penanda CTS, namun penemuan atrofi tenar tergolong jarang pada pasien CTS, karena merupakan komplikasi tingkat lanjut yang parah.[3,6,17]

Palpasi

Pada palpasi dapat ditemukan hyperalgesia yaitu ambang nyeri meningkat sepanjang permukaan palmar jari telunjuk dibandingkan dengan jari kelingking. Pemeriksaan sensoris contohnya dengan Teknik diskriminasi dua titik dapat ditemukan berkurang pada permukaan palmar telapak tangan. Selain itu juga dapat ditemukan penurunan sensasi pada digiti 1 hingga 3 serta sisi radial digiti 4.[6,17]

Pada pemeriksaan kekuatan motorik tangan, akan ditemukan kelemahan saat melakukan gerakan mencubit, menggenggam dan abduksi jempol.[6]

Maneuver Challenge test

Maneuver challenge test adalah sekumpulan tes provokasi yang dilakukan dalam pemeriksaan fisik CTS. Pemeriksaan fisik ini sendiri tidak dapat dijadikan sebagai acuan untuk mendiagnosa CTS. American Academy of Orthopaedic Surgeons (AAOS) tidak merekomendasikan untuk memakai hasil pemeriksaan Phalen, Tinnel, Flick atau upper limb neurodynamic/nerve tension test tunggal dalam mendiagnosa CTS.[3]

Tabel 1. Nilai Sensitivitas serta Spesifitas Tes Provokasi pada Carpal Tunnel Syndrome

Tes Provokasi Maneuver

Sensitivitas

(%)

Spesifisitas

(%)

Tinel’s Test Melakukan perkusi pada nervus medianus di pergelangan dan telapak tangan 23-60 64-87
Phalen’s test Pergelangan tangan diturunkan hingga 90 derajat fleksi dengan gaya gravitasi selama 30–60 detik. 67–83 40–98
Reverse Phalen’s test Mempertahankan ekstensi total pergelangan tangan dan jari-jari selama dua menit. 57 78
Durkan’s test Melakukan penekanan pada terowongan carpal dengan jempol pemeriksa atau dengan bantuan alat yang dapat memberikan tekanan konstan. 64 83
The hand elevation test Tangan diletakkan diatas kepala selama dua menit. 75.5 98.5
The tourniquet test Melakukan penekanan dengan bantuan manset tensimeter dengan kekuatan tekanan antara nilai sistolik dan diastolic agar aliran balik vena dari lengan tertahan. 21–59 36–87

Sumber : dr. Reren, 2021[2]

Berdasarkan pedoman yang dikeluarkan oleh AAOS, lebih disarankan untuk melakukan pemeriksaan beberapa jenis tes provokasi sebagai pertimbangan dalam menyingkirkan atau memasukan CTS dalam diagnosis banding penyakit pasien dibanding tes provokasi tunggal, karena setiap tes provokasi bila dilakukan secara tunggal memiliki sensitivitas dan spesifisitas yang buruk dalam pengambilan keputusan untuk memasukkan atau menyingkirkan CTS.[3]

Diagnosis Banding

Diagnosis banding dari CTS di antaranya adalah artritis, baik pada pergelangan tangan maupun pada karpometakarpal ibu jari. Berikut adalah diagnosis banding dan karakteristik nyeri untuk membedakannya dengan CTS.

Tabel 2. Diagnosis Banding Carpal Tunnel Syndrome

Diagnosis Karakteristik
Arthritis carpometacarpal ibu jari Nyeri pada garis sendi, nyeri saat pergerakan, temuan radiologis
Radikulopati servikal Nyeri leher, rasa baal hanya di ibu jari dan jari telunjuk
Tenosinovitis flexor carpi radialis Nyeri tekan di sekitar proksimal ibu jari
Kompresi nervus medianus di siku Nyeri tekan pada proksimal lengan bawah
Fenomena Raynaud Riwayat gejala-gejala muncul pada paparan dingin
Sindrom terowongan ulnar atau cubiti Kelemahan interoseus dorsal jari pertama, parestesia jari keempat dan kelima
Vibration white finger Penggunaan alat-alat kerja tangan yang bergetar
Ganglion volar radialis Massa di sekitar dasar ibu jari, di atas wrist flexion crease

Artritis pergelangan tangan Terbatasnya gerak pergelangan tangan, temuan radiologis.

Sumber : Wipperman dan Goel, 2016.[18]

Pemeriksaan Penunjang

Saat ini belum ada pemeriksaan penunjang yang dapat menegakkan diagnosis CTS secara pasti. Pemeriksaan penunjang yang dapat membantu dalam penegakan diagnosa CTS yang direkomendasikan saat ini adalah pemeriksaan elektrodiagnostik (penilaian konduksi saraf dan elektromiografi). Sedangkan beberapa pemeriksaan radiologi pencitraan seperti, ultrasonografi, dan Magnetic Resonance Imaging (MRI) masih belum memiliki cukup bukti mengenai manfaatnya dalam diagnosis CTS.[3]

Pemeriksaan Elektrodiagnostik

Pemeriksaan elektrodiagnostik untuk membantu dalam proses diagnosa CTS adalah dengan penilaian konduksi saraf (Nerve Conduction Studies) dan elektromiografi. Kriteria diagnostik pada pemeriksaan konduksi saraf adalah dengan menemukan hasil berupa perpanjangan latensi motorik dan sensorik nervus medianus dan penurunan kecepatan konduksi motorik dan sensorik saat pemeriksaan konduksi saraf.[2,3,6]

Pemeriksaan konduksi saraf mengukur amplitudo panjang gelombang, yang dapat mengindikasikan kekuatan rangsang melalui jumlah akson yang berhasil teraktivasi dalam unit microvolts. Secara bersamaan juga mengukur kecepatan transmisi saraf dengan unit milidetik.[6]

Untuk meningkatkan sensitivitas, dapat dilakukan pemeriksaan konduksi saraf komparatif, dengan membandingkan konduksi saraf nervus medianus dengan segmen nervus lainnya yang tidak melewati terowongan karpal, contohnya nervus ulnaris. Uji komparatif ini dapat meningkatkan sensitivitas dari 75% menjadi 95%.[2,19]

Elektromiografi sering dilakukan bersamaan dengan penilaian konduksi saraf. Elektromiografi dapat membedakan penyebab kelemahan otot apakah diakibatkan oleh kelainan otot primer atau kelemahan otot terjadi akibat kelainan neurologis. Elektromiografi sendiri bekerja dengan mengukur aktivitas elektrik dengan bantuan jarum guna yang dapat mengindikasikan ada tidaknya denervasi atau reinervasi pada kerusakan saraf.[6,17,18]

Pemeriksaan Radiologi Pencitraan

Pemeriksaan radiologi pencitraan yang dapat dilakukan pada CTS adalah pemeriksaan ultrasonografi dan Magnetic Resonance Imaging (MRI). Ultrasonografi, dapat mengidentifikasi morfologi nervus medianus (apakah terdapat edema saraf), mengidentifikasi margin terowongan karpal dan perlekatan retinacular, namun tidak dapat menyingkirkan diagnosis CTS jika morfologi saraf normal. Saat ini belum ada studi yang memberikan bukti kuat sehingga ultrasonografi dapat direkomendasikan sebagai metode diagnostik CTS.[2-4,6]

Magnetic Resonance Imaging (MRI), dapat membantu mengidentifikasi etiologi, memeriksa adanya kondisi patologis sinovial sekunder, karena dapat memberikan gambaran jaringan lunak dengan baik dan terutama jika terdapat abnormalitas intratunel seperti ganglion, hemangioma, atau deformitas tulang.[2,4]

Akan tetapi AAOS merekomendasikan untuk tidak melakukan pemeriksaan MRI secara rutin dalam penegakan diagnosis penyakit ini. Pemeriksaan MRI memang memiliki sensitivitas yang baik yaitu 96 % namun spesifisitasnya sangat rendah, hanya 33-38% saja.[2-4]

Tabel 3. Klasifikasi Derajat Penyakit Carpal Tunnel Syndrome

Klasifikasi  Durasi Gejala Tes Diskriminasi Dua Titik Kelemahan Motorik
Ringan < 1 tahun Normal Tidak ada
Sedang Kurang dari/lebih dari 1 tahun Normal/abnormal Minimal
Berat Lebih dari 1 tahun Abnormal Berat
Klasifikasi  Atrofi Elektromiografi Pemeriksaan konduksi saraf
Ringan Tidak ada Tidak ada denervasi Tidak ada/penurunan kecepatan ringan
Sedang Minimal Tidak ada denervasi/denervasi ringan Tidak ada/penurunan kecepatan ringan
Berat Berat Denervasi bermakna Penurunan kecepatan bermakna

Sumber: dr. Reren, 2021.[9,17,18]

 

Penulisan pertama oleh: dr. Debtia Rahma

Referensi

1. Sevy JO, Sina RE, Varacallo M. Carpal Tunnel Syndrome. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2024 Jan. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK448179/
2. Yunoki M, Kanda T, et al. Importance of Recognizing Carpal Tunnel Syndrome for Neurosurgeons: A Review. Neurol Med Chir (Tokyo). 2017 Apr 15;57(4):172-183. doi: 10.2176/nmc.ra.2016-0225.
3. American Academy of Orthopaedic Surgeons. Management of Carpal Tunnel Syndrome Evidence-Based Clinical Practice Guideline. 2016. Available from : https://www.aaos.org/globalassets/quality-and-practice-resources/carpal-tunnel/cts-cpg_4-25-19.pdf
4. Chammas M, Boretto J, Burmann LM, Ramos RM, dos Santos Neto FC, Silva JB. Carpal tunnel syndrome – Part I (anatomy, physiology, etiology and diagnosis). Rev Bras Ortop (English Ed). Sociedade Brasileira de Ortopedia e Traumatologia; 2014;49(5):429–36. Available from: http://linkinghub.elsevier.com/retrieve/pii/S2255497114001281
6. Wright AR, Atkinson RE. Carpal Tunnel Syndrome: An Update for the Primary Care Physician. Hawaii J Health Soc Welf. 2019 Nov; 78(11 Suppl 2): 6–10.
9. Ostergaard PJ, et al. Non-operative Treatment of Carpal Tunnel Syndrome. Curr Rev Musculoskelet Med. 2020 Apr; 13(2): 141–147.
14. Alfonso C, Jann S, et al. Diagnosis, treatment and follow-up of the carpal tunnel syndrome: A review. Neurol Sci. 2010;31(3):243–52.
15. Ghasemi-rad M. A handy review of carpal tunnel syndrome: From anatomy to diagnosis and treatment. World J Radiol. 2014;6(6):284.
16. Mooar PA, et al. Management of Carpal Tunnel Syndrome, Journal of the American Academy of Orthopaedic Surgeons: March 15, 2018 - Volume 26 - Issue 6 - p e128-e130.
17. Burton C. et al. Diagnosing and managing carpal tunnel syndrome in primary care. The British journal of general practice: the journal of the Royal College of General Practitioners. 2014, 64 (622): 262–3.
18. Wipperman J, Goer K. Am Fam Physician. 2016 Dec 15;94(12):993-999. https://www.aafp.org/afp/2016/1215/p993.html
19. Rosario NB, De Jesus O. Electrodiagnostic Evaluation of Carpal Tunnel Syndrome. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2024 Jan. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK562235/

Epidemiologi Carpal Tunnel Syndrome
Penatalaksanaan Carpal Tunnel Sy...

Artikel Terkait

  • Injeksi Kortikosteroid dengan Panduan USG untuk Terapi Carpal Tunnel Syndrome
    Injeksi Kortikosteroid dengan Panduan USG untuk Terapi Carpal Tunnel Syndrome
  • Terapi Fisik Manual Lebih Efektif dibandingkan Pembedahan untuk Carpal Tunnel Syndrome - Telaah Jurnal
    Terapi Fisik Manual Lebih Efektif dibandingkan Pembedahan untuk Carpal Tunnel Syndrome - Telaah Jurnal
  • Penanda Anatomis untuk Melokalisasi Nervus Medianus saat Melakukan Injeksi pada Terowongan Karpal
    Penanda Anatomis untuk Melokalisasi Nervus Medianus saat Melakukan Injeksi pada Terowongan Karpal
  • Red Flag Tangan Kesemutan
    Red Flag Tangan Kesemutan
  • Efikasi Pemakaian Bidai untuk Carpal Tunnel Syndrome
    Efikasi Pemakaian Bidai untuk Carpal Tunnel Syndrome

Lebih Lanjut

Diskusi Terkait
Anonymous
Dibalas 29 April 2024, 19:09
Obat CTS yang aman untuk ibu menyusui
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Alo dokter. Izin konsul pasien saya, perempuan 25 th dg keluhan kesemutan pada semua jari tangan, disertai nyeri pada pergelangan tangan ketika ditekuk....
Anonymous
Dibalas 19 Juli 2022, 15:12
Mouse untuk pasien dengan carpal tunnel syndrome - Ortopedi Ask the Expert
Oleh: Anonymous
1 Balasan
ALO dr. Hendra, Sp. OT,Ijin bertanya dok. Sekarang ini ada mouse logitech yang terbaru untuk carpal tunnel syndrome. Apakah mouse ini betul berguna untuk...
Anonymous
Dibalas 02 Desember 2021, 14:01
Risiko Rekurensi CTS Berulang Pasca Operasi - Bedah Saraf Ask The Expert
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Alo dr. Petra, Sp.BS, ijin bertanya dok, pada pasien CTS apakah ada kemungkinan rekurensi setelah tindakan operasi? Apalagi jika kemungkinan penyebab...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.