Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Penatalaksanaan Bakterial Vaginosis general_alomedika 2022-10-26T16:24:06+07:00 2022-10-26T16:24:06+07:00
Bakterial Vaginosis
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan
  • Panduan e-Prescription

Penatalaksanaan Bakterial Vaginosis

Oleh :
Josephine Darmawan
Share To Social Media:

Penatalaksanaan bakterial vaginosis adalah dengan pemberian terapi antibiotik sesuai regimen yang direkomendasikan. Perlu diingat bahwa bakterial vaginosis juga sering kali asimtomatik. Pasien dengan bakterial vaginosis asimtomatik umumnya tidak membutuhkan terapi secara rutin.

Indikasi pemberian obat pada kasus bakterial vaginosis di antaranya:

  • Simptomatik
  • Hasil pemeriksaan mikroskopik positif, baik pada pasien asimtomatik maupun simtomatik
  • Perempuan yang akan menjalani pemeriksaan ginekologi invasif atau pembedahan ginekologi
  • Ibu hamil simptomatik
  • Ibu hamil asimtomatik dengan riwayat persalinan preterm idiopatik atau kematian janin pada trimester kedua[1-4,13,25]

Terapi Farmakologis

Terapi farmakologis lini pertama untuk bakterial vaginosis adalah metronidazole. Namun, regimen yang berlaku di setiap negara dapat berbeda-beda.

Rekomendasi WHO

Lini pertama tata laksana bakterial vaginosis yang direkomendasikan oleh International Union against Sexually Transmitted Infections (IUSTI/WHO) adalah:

  • Metronidazole oral 400-500 mg dua kali sehari selama 5-7 hari atau
  • Metronidazole gel intravagina 0,75% 5 gram sekali sehari selama 5 hari atau
  • Clindamycin krim intravagina 2% 5 gram sekali sehari selama 7 hari

Sedangkan tata laksana alternatif yang direkomendasikan adalah:

  • Metronidazole oral 2 gram dosis tunggal atau
  • Tinidazole oral 2 gram dosis tunggal atau
  • Tinidazole oral 1 gram sekali sehari selama 5 hari atau
  • Clindamycin oral 300 mg dua kali sehari selama 7 hari atau
  • Dequalinium klorida tablet vagina 10 mg sekali sehari selama 6 hari

Tata laksana dengan dosis tunggal pada umumnya kurang efektif bila dibandingkan dengan terapi panjang. Clindamycin dan metronidazole memiliki efikasi terapi yang sama baiknya. Tata laksana intravaginal meningkatkan risiko kandidiasis vulvovaginal. Terapi dengan clindamycin dapat menurunkan efikasi kondom.[2,3]

Rekomendasi PERDOSKI

Regimen lini pertama yang direkomendasikan untuk bakterial vaginosis di Indonesia, berdasarkan Pedoman Nasional Penanganan Infeksi Menular Seksual tahun 2016 dan PERDOSKI (Persatuan Dokter Spesialis Kulit Kelamin Indonesia) tahun 2011 adalah:

  • Metronidazole oral 500 mg, 2 kali sehari selama 7 hari
  • Metronidazole oral 2000 mg dosis tunggal

Terapi alternatif yang direkomendasikan adalah clindamycin oral 300 mg, diberikan 2 kali sehari selama 7 hari.[4,25]

Tata Laksana Rekurensi

Rekurensi pada bakterial vaginosis cukup sering terjadi. Apabila terjadi rekurensi, dapat dilakukan pengulangan regimen yang diberikan atau diberikan tata laksana alternatif selama 1 kali pengulangan.

Apabila terjadi rekurensi multipel, tata laksana yang dianjurkan adalah pemberian metronidazole gel intravagina 0,75% 5 gram sebanyak 2 kali dalam 1 minggu selama 16-20 minggu.[2,3,23]

Manajemen pada Ibu Hamil dan Menyusui

Ibu hamil dengan bakterial vaginosis simtomatik harus mendapatkan tata laksana. Tata laksana juga sebaiknya dipertimbangkan pada wanita hamil yang asimtomatik bila kehamilan <20 minggu, terdapat riwayat persalinan preterm idiopatik, dan terdapat riwayat kematian janin pada trimester kedua.

Hal ini karena bakterial vaginosis meningkatkan risiko kelahiran bayi prematur dan berbagai komplikasi terhadap kehamilan dan bayi.[2,3,23]

Tata laksana yang direkomendasikan adalah terapi topikal dengan clindamycin. Apabila tidak tersedia, maka dapat diberikan metronidazole peroral 500 mg, diberikan 2 kali sehari selama 7 hari. Metronidazole dapat diekskresikan ke dalam ASI dan melewati plasenta, tetapi studi mendapatkan bahwa tidak terdapat bukti dampak negatif pada janin atau bayi.[2,3,23]

Manajemen pada Pasangan Seksual

Tata laksana tidak direkomendasikan untuk dilakukan secara rutin pada pasangan seksual penderita bakterial vaginosis. Skrining dan tata laksana sesuai regimen yang berlaku disarankan pada wanita yang berhubungan seksual dengan wanita, sedangkan pada pasangan seksual pria tidak direkomendasikan dilakukan secara rutin.[2,3]

Rujukan Spesialis

Bakterial vaginosis pada umumnya dapat ditangani di layanan kesehatan primer. Bila terdapat komplikasi berat, terjadi rekurensi multipel, atau terjadi dalam kehamilan, maka rujukan ke spesialis kulit dan kelamin (SpKK) atau kebidanan dan kandungan (SpOG) dapat dipertimbangkan.[2,3,23]

Terapi Nonfarmakologis

Terapi nonfarmakologis pada bakterial vaginosis bertujuan terutama untuk mengurangi risiko rekurensi. Beberapa hal yang perlu disarankan adalah:

  • Menghindari konsumsi alkohol selama diberikan terapi metronidazole atau tinidazole, hingga 24 jam pasca selesai regimen
  • Menghindari kontak seksual selama diberikan regimen atau menggunakan kondom
  • Tidak melakukan cuci vagina atau vaginal douching

  • Konsumsi probiotik[2,3,13]

Pemberian terapi topikal dapat melemahkan bahan kondom latex, sehingga dapat menurunkan efikasi hingga 5 hari pasca selesai regimen.[2,3,13]

 

 

Direvisi oleh: dr. Hudiyati Agustini

Referensi

1. Kementerian Kesehatan Indonesia. Fluor Albus / Vaginal Discharge Non Gonore. Dalam: Buku Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter Pelayanan Primer. Jakarta: Kemenkes RI; 2013. h. 574–7.
2. Centers for Disease Control and Prevention. 2015 STD Treatment Guidelines: Bacterial Vaginosis. CDC. 2015. https://www.cdc.gov/std/tg2015/bv.htm
3. Sherrard J, Wilson J, et al. 2018 European (IUSTI/WHO) Guideline on the Management of Vaginal Discharge. Int J STD AIDS. 2018;1–6.
4. Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia (PERDOSKI). Bakterial vaginosis. Dalam: Panduan Pelayanan Medis Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin. Indonesia: PERDOSKI; 2011.
13. Bradshaw CS, Sobel JD. Current Treatment of Bacterial Vaginosis - Limitations and Need for Innovation. J Infect Dis. 2016;214:S14–20.
23. Paladine HL, Desai UA. Vaginitis: Diagnosis and Treatment. Am Fam Phys. 2018;97:321–9.

Diagnosis Bakterial Vaginosis
Prognosis Bakterial Vaginosis

Artikel Terkait

  • Pemberian Probiotik pada Bacterial Vaginosis
    Pemberian Probiotik pada Bacterial Vaginosis
  • Bahaya Penggunaan Douche Vagina
    Bahaya Penggunaan Douche Vagina
  • Hindari Pemberian Antibiotik Berikut pada Pasien Hamil
    Hindari Pemberian Antibiotik Berikut pada Pasien Hamil
  • Peran Povidone Iodine sebagai Antiseptik untuk Menjaga Kesehatan Area Kewanitaan
    Peran Povidone Iodine sebagai Antiseptik untuk Menjaga Kesehatan Area Kewanitaan
  • Menjaga Kesehatan Area Kewanitaan dengan Antiseptik Povidone Iodine
    Menjaga Kesehatan Area Kewanitaan dengan Antiseptik Povidone Iodine

Lebih Lanjut

Diskusi Terkait
Anonymous
Dibalas 09 Mei 2024, 20:03
Bakterial vaginosis dd candidiasis pada ibu hamil trimester 2
Oleh: Anonymous
1 Balasan
malam alo dokter, izin diskusi dok.. ibu hamil trimester 2 mengeluhkan adanya keputihan disertai gatal, dx Bakterial Vaginosis dd candidiasis, diberi vagizol...
Anonymous
Dibalas 15 Februari 2024, 15:57
Keputihan pada anak usia 6 tahun
Oleh: Anonymous
1 Balasan
alo doktersaya ingin bertanya pada kasus keputihan anak usia 6 tahunkeluhan nyeri BAK dan keputihan berwarna putih kadang kekuninganpada pemeriksaan fisik...
Anonymous
Dibalas 26 Desember 2022, 16:07
Luka seperti sariawan di vagina disertai keputihan kuning kehijauan
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Alo dokter, izin berdiskusiPasien wanita, 24th. Baru menikah. Keluhan keputihan kuning kehijauan dan berbau. Gatal di vagina (+). Terdapat luka di vagina,...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.