Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Diagnosis Cephalopelvic Disproportion general_alomedika 2023-03-09T09:56:48+07:00 2023-03-09T09:56:48+07:00
Cephalopelvic Disproportion
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Diagnosis Cephalopelvic Disproportion

Oleh :
dr.Saphira Evani
Share To Social Media:

Diagnosis cephalopelvic disproportion (CPD) didapatkan dari adanya kurva persalinan abnormal, walaupun pada fase aktif dengan penipisan cervix 100% dan kontraksi uterus yang adekuat. Pemeriksaan pelvimetri secara klinis maupun radiologi dapat digunakan untuk membantu memprediksi CPD sebelum terjadi proses persalinan, terutama di daerah perifer dengan fasilitas SC kurang memadai.

Belum ada pemeriksaan penunjang yang menjadi standar baku emas untuk menegakkan diagnosis CPD. Pemeriksaan X-ray, CT scan, dan MRI pelvimetri belum terbukti secara akurat lebih berguna daripada pemeriksaan klinis.[20,34]

Anamnesis

Saat anamnesis pada ibu hamil, dapat ditanyakan riwayat persalinan dengan bayi makrosomia atau kontraktur pelvis pada pasien maupun keluarga pasien. Riwayat penyakit seperti diabetes gestasional perlu ditanyakan karena dapat mengakibatkan makrosomia.

Riwayat penyakit lain yang dapat mempengaruhi kondisi panggul seperti skoliosis, fraktur pelvis, dan rakitis juga harus ditanyakan karena akan menjadi pertimbangan untuk dilakukan pelvimetri radiologi. Tanyakan juga pada pasien metode persalinan sebelumnya.[1]

Pada proses  kehamilan, terutama saat usia kehamilan lanjut >36 minggu, PAP yang sempit membuat janin tidak dapat turun, sehingga fundus uteri tetap tinggi dan ibu mengeluhkan sesak, sulit bernapas, rasa penuh di ulu hati, dan perut yang besar membentuk abdomen pendulum (perut gantung).[1]

Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik CPD dapat dilakukan saat kunjungan antenatal atau melalui pemeriksaan panggul saat inpartu. Akan tetapi, sampai saat ini gold standard CPD didapatkan pada saat fase aktif persalinan. Pemeriksaan panggul dapat dilakukan dengan cara pelvimetri klinis baik eksternal maupun internal.

Tanda Klinis Intrapartum

Tanda klinis CPD yang dapat ditemukan saat intrapartum adalah kepala janin tidak kunjung masuk PAP serta pendataran (effacement) dan dilatasi serviks yang lambat walaupun kontraksi uterus baik. American Congress of Obstetricians and Gynecologists (ACOG) dan beberapa literatur lain menyetujui bahwa diagnosis CPD baru bisa ditegakkan (gold standard) pada saat inpartu atau percobaan persalinan.[25,34]

Jika CPD dicurigai pada saat proses persalinan, evaluasi kembali hal-hal berikut:

  • Ukuran dan bentuk panggul
  • Presentasi dan posisi janin
  • Ada tidaknya molase atau caput succedaneum pada kepala janin
  • Aktivitas janin
  • Vesika urinaria dan rektum pasien terisi atau tidak
  • Kualitas dan kuantitas kontraksi uterus
  • Dilatasi dan pendataran serviks
  • Penurunan kepala janin terhadap bidang Hodge atau terhadap spina ischiadika (sistem station)[3]

Jika terjadi hipoksia atau hipoglikemia pada janin, tanda yang dapat diamati adalah penurunan denyut jantung janin (bradikardia) dan deselerasi lambat pada cardiotocography (CTG).

Kriteria Diagnosis Cephalopelvic Disproportion (CPD):

Kriteria diagnosis CPD berdasarkan the American College of Obstetricians and Gynecologists (ACOG) dan Royal Thai College of Obstetricians and Gynecologists (RTCOG) harus memenuhi 3 kondisi di bawah ini:

  • Dilatasi serviks ≥3 cm (ACOG) atau ≥4 cm (RTCOG) dan pendataran serviks 100% (ACOG) atau 80% (RTCOG)
  • Kontraksi uterus adekuat selama minimal 2 jam
  • Kurva persalinan abnormal[26,34]

Kurva persalinan abnormal ditunjukkan dengan:

  • Kurva dengan protracted dilatation, yaitu bukaan <1,2 cm per jam untuk nulipara atau <1,5 jam untuk multipara
  • Secondary arrest of dilatation, yang ditunjukkan dengan dilatasi cervix yang normal di awal proses persalinan, tetapi pada titik tertentu dilatasi cervix berhenti

  • Arrest of descent, yang ditunjukkan dengan penurunan kepala janin >1 jam per pelvic division

  • Deselerasi memanjang, dengan durasi >3 jam untuk nulipara atau >1 jam pada multipara
  • Kala II memanjang, yaitu >2 jam pada nulipara atau >1 jam untuk multipara tanpa anestesi regional[34]

Beberapa literatur menyebutkan bahwa CPD baru bisa dicurigai jika dengan penggunaan oksitosin tetap tidak ada kemajuan, persalinan dan baru bisa ditegakkan bila sudah ada perpanjangan kala I (>12 jam) atau perpanjangan kala II (>2 jam) pada ibu hamil yang mendapat oksitosin.[1]

Pemeriksaan Antropometri Antenatal

Selain ukuran panggul yang sempit, kriteria lain yang perlu dinilai pada antropometri  adalah tinggi badan ≤145 cm, pertambahan berat badan ibu >15 kg (biasanya berhubungan dengan ukuran janin yang besar), dan BMI ibu >30.[17]

Saat ini penggunaan kamera 3 dimensi untuk kepentingan antropometri juga sedang dipelajari, yakni untuk menilai risiko partus macet karena cephalopelvic disproportion.

Pelvimetri Eksternal

Pemeriksaan pelvimetri eksternal dilakukan menggunakan instrumen yang disebut Berisky pelvimeter. Pada pelvimetri eksternal dilakukan pengukuran jarak antara crista iliaca, jarak antara spina iliaca anterior-superior, jarak intertrocanter, jarak diagonal transversal area Michaelis-sakrum, dan intertuberositas.

Sebuah penelitian melaporkan bahwa sensitivitas dan spesifisitas pemeriksaan paling tinggi adalah jarak diagonal transversal Michaelis-sakrum, yaitu 60,7% dan 84,1%. Namun, positive indicative value seluruh parameter pelvimetri eksternal tersebut relatif rendah yakni 12,6–35,4%.

Di daerah terpencil, di mana pelvimetri radiologi tidak tersedia, pelvimetri eksternal dapat menjadi alternatif yang murah dan mudah digunakan untuk memprediksi risiko distosia akibat CPD.[21,22]

Pelvimetri Internal

Pemeriksaan fisik lain untuk memprediksi CPD adalah melalui pelvimetri internal. Pelvimetri internal dilakukan dengan cara vaginal toucher (VT) atau pemeriksaan dalam menggunakan jari telunjuk dan tengah untuk mengevaluasi kapasitas panggul, yakni bagian pintu atas panggul (PAP), ruang tengah panggul (RTP), dan pintu bawah panggul (PBP).[23]

Pelvimetri internal berbeda dengan VT biasa yang rutin dikerjakan pada persalinan yang bertujuan mengevaluasi bukaan serviks, kantong amnion, penurunan, dan posisi janin.[23]

Menurut World Health Organisation (WHO), pelvimetri internal tidak dianjurkan untuk dilakukan secara rutin pada ibu hamil yang sehat dengan kemajuan persalinan yang normal. Pelvimetri internal umumnya dilakukan saat pasien mengalami inpartu. Pemeriksaan ini dapat menimbulkan rasa tidak nyaman pada pasien dan meningkatkan risiko infeksi.

Pada pelvimetri internal dilakukan penilaian terhadap bentuk dan ukuran rongga dalam pelvis. Walaupun akurasi diagnosis dengan cara ini tidak pasti (tergantung kemahiran pemeriksa), beberapa penelitian melaporkan bahwa pelvimetri internal berguna untuk memperkirakan CPD pada pasien nulipara saat tidak ada modalitas pemeriksaan lain misalnya di daerah-daerah pedesaan.[23]

Cara Melakukan Pelvimetri Internal:

Pelvimetri internal dapat digunakan untuk mendapatkan gambaran kualitatif struktur panggul dan mengidentifikasi risiko distosia pada pasien.[4,24]

Mengukur konjugata diagonalis dilakukan dengan memasukkan dua jari (jari telunjuk dan tengah) ke vagina dan meraba promontorium sakrum dengan jari tengah. Menggunakan jari telunjuk raba bagian posterior simfisis pubis. Ukuran konjugata diagonalis harus lebih besar dari 11,5 cm.[1]

Bagian tulang PBP dapat diukur menggunakan kepalan tangan, kemudian membandingkan dengan jarak antara tuberositas ischium yang teraba. Ukuran lebih besar dari 8 cm dianggap normal. Lakukan perabaan spina ischiadika apakah tajam atau mendatar. Perabaan bagian tepi pelvis menilai bentuk lurus, divergen, atau konvergen.[1]

Hasil Pemeriksaan Pelvimetri Internal yang Normal:

Hasil pemeriksaan pelvimetri internal yang normal adalah sebagai berikut:

  • Bagian tepi atas tulang panggul bulat dan ketebalan simfisis pubis cukup, sejajar dengan sakrum
  • Konjugata diagonalis ≥12,5 cm
  • Sakrum berongga, kelengkungan cukup
  • Dinding tepi panggul lurus dan spina ischiadica tumpul
  • Diameter interspinarum ≥10 cm
  • Lebar tonjolan sakroskiatik 2,5–3 jari
  • Sudut suprapubik >90 derajat (lebar 2 jari)
  • Diameter antara tuberositas >8 cm (sekepalan tangan), diameter anteroposterior PBP ≥11 cm, coccyx mobile[3]

Panggul Sempit dari Pemeriksaan Pelvimetri Internal:

Hasil pelvimetri internal yang menunjukkan adanya panggul sempit antara lain pemeriksa dapat meraba promontorium sakrum, tulang spina ischiadica yang tajam dengan diameter interspinarum yang sempit, dinding sisi pelvis yang konvergen, sakrum yang melengkung dan menonjol ke depan, dan arcus pubis yang sempit atau <90o.[4,24]

Pemeriksaan Obstetri

Pada pemeriksaan obstetri ibu nulipara, bila bagian terbawah janin tidak masuk ke PAP pada usia kehamilan >36 minggu, perlu dicurigai adanya CPD. Pada keadaan multipara penurunan janin biasanya terjadi saat proses persalinan dimulai. Pada pemeriksaan Leopold IV, penurunan kepala 2/5 menunjukkan proses engagement sudah terjadi dan kemungkinan CPD setinggi PAP dapat disingkirkan.[3,24]

Penurunan kepala dapat dinilai melalui pemeriksaan dalam dengan parameter spina ischiadika dan bagian terendah janin. Station 0 berada setinggi spina ischiadica, station +4 dan +5 menunjukkan kepala sudah mencapai dasar panggul. Pada nulipara, diagnosis CPD harus dipikirkan bila bagian terendah janin masih berada pada station yang tinggi selama kala I dan II.[3]

Manuver Mueller-Hillis atau Munro-Kerr's Head-Fitting Test:

Pemeriksaan dengan manuver Mueller-Hillis atau Munro-Kerr's head-fitting test dapat dilakukan untuk menilai kesempitan PAP pada usia kehamilan yang cukup dan kepala belum engaged. Manuver Mueller-Hillis ini dilakukan dengan mencekap bagian suboccipital janin dari dinding abdomen ibu kemudian menekan ke arah bawah PAP. Jika tidak ada kesempitan pada PAP, maka kepala dapat memasuki panggul.[1]

Munro Kerr's head-fitting test juga menguji apakah kepala janin dapat masuk ke PAP, dengan cara memberikan penekanan pada kepala janin menggunakan tangan kiri ke arah panggul (bawah) dan jari telunjuk dan tengah tangan kanan di dalam vagina merasakan penurunan kepala dan ibu jari di bagian luar simfisis pubis.

Bila kepala dapat masuk dan turun, maka kemungkinan PAP sempit dapat disingkirkan. Bila kepala terasa overlapping ke arah simfisis (teraba oleh ibu jari) maka dapat dicurigai adanya CPD.[3]

Diagnosis Banding

Diagnosis banding CPD absolut adalah kelainan presentasi wajah, presentasi occiput-posterior, dan presentasi alis posterior. Membedakan presentasi tersebut dilakukan melalui pemeriksaan palpasi bagian janin pada dinding abdomen bawah dan juga pemeriksaan dalam atau vaginal toucher (VT) dengan meraba bagian terbawah janin.[1,27]

Adanya jaringan pada uterus seperti fibroid uterus atau kondisi plasenta previa juga dapat menghambat penurunan kepala janin ke panggul. Massa di luar uterus seperti tumor ovarium yang besar, bahkan impaksi feses juga dapat mengganggu proses penurunan janin saat inpartu. Pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang seperti ultrasonografi dapat digunakan untuk mendeteksi kelainan-kelainan tersebut.[1,27]

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang untuk CPD pada kurang begitu berkembang, karena tingkat akurasi yang tidak begitu baik dan mayoritas rumah sakit sudah mampu melakukan SC bila terjadi kegagalan pada percobaan persalinan (trial of labor). Diagnosis CPD sangat dibutuhkan pada saat akses ke fasilitas kesehatan dengan kemampuan melakukan SC sangat terbatas atau jaraknya jauh, seperti pada daerah pedesaan.[19]

Rekomendasi American College of Obstetricians and Gynecology (ACOG) untuk mendiagnosis CPD adalah melalui tanda klinis pada proses persalinan. Pemeriksaan penunjang pada kasus CPD tidak terbukti efektif dapat memprediksi CPD dan hasil yang negatif tidak menjamin nantinya tidak akan terjadi distosia pada proses persalinan. Belum ada konsensus resmi mengenai penggunaan CT-scan atau MRI untuk pelvimetri.[9]

Pelvimetri X-ray

Indikasi dilakukannya pemeriksaan radiologi pelvimetri antenatal adalah kecurigaan CPD dan presentasi sungsang yang menetap. Pemeriksaan pelvimetri menggunakan sinar X digunakan untuk menentukan diameter pelvis dan diameter kepala janin dan membantu untuk memutuskan metode persalinan yang tepat.[28]

Radiologi pelvimetri digunakan untuk mengevaluasi passageway dan passenger. Beberapa parameter yang didapat dari pelvimetri adalah jarak konjugata vera, diameter transversal PAP dan PBP, diameter interspinarum, dan diameter sagital dari permukaan simfisis pubis ke permukaan sakrum setinggi spinosus.

Lingkar PAP dan PBP dihitung dari ukuran diameter anteroposterior (at) pelvis dan diameter transversal (dt) menggunakan rumus (ap + dt x 1,57). Pelvimetri dengan sinar X dilakukan hingga tahun 2003, kemudian mulai digantikan dengan magnetic resonance imaging (MRI) pelvimetri pada tahun 2004.[28,29]

Coherence Tomography (CT) Pelvimetri

Computed tomography (CT) pelvimetri mulai digunakan sejak sekitar tahun 1990, menggunakan dosis radiasi yang jauh lebih rendah dibanding sinar X dan waktu pemeriksaan lebih singkat, sehingga pasien lebih nyaman saat pemeriksaan. Akan tetapi, CT pelvimetri tidak menunjukkan akurasi yang lebih baik dibandingkan dengan pelvimetri x-ray.[3]

MRI Pelvimetri

Magnetic Resonance Imaging (MRI) pelvimetri digunakan sebagai pemeriksaan yang aman dan dapat diandalkan untuk menilai keadaan pelvis pasien dibandingkan teknik radiologi menggunakan sinar X. Banyak penelitian dilakukan untuk membuktikan potensi penggunaan MRI pelvimetri pada antenatal untuk memperkirakan prognosis persalinan per vaginam. Pemeriksaan MRI pelvimetri menurunkan jumlah sectio caesarea emergensi secara signifikan.

Keuntungan MRI pelvimetri adalah tidak ada paparan radiasi pengion, pengukuran lebih akurat, memperoleh gambaran keseluruhan janin, dan dapat digunakan untuk mengevaluasi kemungkinan distosia akibat jaringan lunak. Akan tetapi, beberapa penelitian gagal membuktikan akurasi MRI pelvimetri untuk menentukan apakah seorang ibu hamil memerlukan tindakan SC atau tidak.[1]

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pengukuran dimensi pelvis dan perkiraan taksiran berat janin menggunakan MRI pelvimetri memiliki sensitivitas yang rendah, yaitu 15–62% untuk mendeteksi CPD. Pemeriksaan MRI pelvimetri tidak akurat untuk mendeteksi apakah persalinan dapat secara per vaginam atau dengan SC.[13]

Sampai saat ini, penilaian kapasitas panggul menggunakan pelvimetri radiologi belum menunjukkan keuntungan dan manfaat yang secara signifikan lebih superior dibandingkan pelvimetri klinis.[3]

Ultrasonografi

Ultrasonografi (USG) digunakan untuk memperkirakan ukuran kepala janin dan taksiran berat badan janin. Fetal Pelvic Index (FPI) dapat memperhitungkan komponen lingkar kepala janin dan lingkar abdomen dari hasil USG dengan ukuran PAP dan PBP pasien dari pelvimetri. Nilai FPI yang positif berarti ukuran janin lebih besar dari ukuran pelvis, sedangkan hasil yang negatif berarti ukuran janin lebih kecil dari ukuran pelvis.[28]

Akan tetapi, hasil sebuah penelitian menunjukkan bahwa FPI adalah instrumen yang buruk untuk menentukan apakah persalinan memerlukan secara SC atau tidak. Sampai sekarang ini, pun belum ada pemeriksaan penunjang untuk mengukur kepala janin yang dapat secara akurat memprediksi CPD.[1,17,28]

Ultrasonografi juga dapat mendeteksi kelainan kongenital seperti hidrosefalus yang dapat menyebabkan CPD. Diameter biparietal kepala janin >12 cm menunjukkan CPD absolut.

Taksiran berat janin >4.000 gram dari hasil ultrasonografi memperkirakan janin makrosomia. Janin makrosomia umumnya memiliki ukuran kepala lebih besar dan tengkorak yang mengalami kalsifikasi lebih dibanding janin ukuran normal, sehingga lebih sulit terjadi molase/moulding yang kemudian dapat menimbulkan CPD.[7]

 

 

Direvisi oleh: dr. Felicia Sutarli

Referensi

1. Leveno K, Bloom S, Casey B. William Obstetrics 26th. Edition. New York: McGraw-Hill Professional; 2022.
3. Maharaj D. Assessing cephalopelvic disproportion: back to the basics. Obstetrical & Gynecological Survey. 2010;65(6):387-395. doi:10.1097/ogx.0b013e3181ecdf0c
4. American College of Obstetrics and Gynecology Committee on Practice Bulletins-Obstetrics. ACOG Practice Bulletin Number 49, December 2003: Dystocia and augmentation of labor. Obstet Gynecol 2003; 102: 1445-54.
7. Drennan K, Blackwell S, Sokol RJ. Abnormal labor: diagnosis and management. Glob Libr Women's Med. (ISSN: 1756-2228) 2008. DOI 10.3843/GLOWM.10132.
13. Sporri S, Thoeny HC, Raio L, Lachat R, Vock P, Schneider H. MR Imaging Pelvimetry: A useful adjunct in the treatment of women at risk for dystocia? American Journal of Roentgenology. 2002;179:137-144. 10.2214/ajr.179.1.1790137.
17. Nicholson JM, Kellar LC. The active management of impending cephalopelvic disproportion in nulliparous women at term: a case series. Journal of Pregnancy. 2010;2010:708615. http://dx.doi.org/10.1155/2010/708615
19. Gleason RL, Yigeremu M, Debebe T, Teklu S, Zewdeneh D, et al. A safe, low-cost, easy-to-use 3D camera platform to assess risk of obstructed labor due to cephalopelvic disproportion. PLOS ONE. 2018;13(9):e0203865. https://doi.org/10.1371/journal. pone.0203865
20. Franz M, von Bismarck A, Delius M, Ertl-Wagner B, Deppe C, Mahner S, et al. MR pelvimetry: prognosis for successful vaginal delivery in patients with suspected fetopelvic disproportion or breech presentation at term. Arch Gynecol Obstet. 2017;295(2):351-359. DOI 10.1007/s00404-016-4276-6
21. Kakoma JB. Cesarean section indication and anthropometric parameters in Rwandan nulliparae: preliminary results from longitudinal survey. Pan Afr Med J. 2016;24:310. doi: 10.11604/pamj.2016.24.310.9603
22. Kordi M, Alijahan R. The diagnostic accuracy of external pelvimetry to predict dystocia in nulliparous women. Zahedan J Res Med Sci. 2012;14(56):36-38.
23. World Health Organization (WHO). WHO recommendations Intrapartum care for a positive childbirth experience. WHO, 2018. https://apps.who.int/iris/bitstream/handle/10665/272447/WHO-RHR-18.12-eng.pdf
24. Kemenkes RI-WHO. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan. Jakarta; 2013.
25. Munabi IG, Luboga SA, Luboobi L, Mirembe F. Association between maternal pelvis height and intrapartum foetal head moulding in Ugandan mothers with spontaneous vertex deliveries. Obstet Gynecol Int. 2016;201 doi: 10.1155/2016/3815295
26. Srisukho S, Tongsong T, Srisupundit K. Adherence to guidelines on the diagnosis of cephalopelvic disproportion at Maharaj Nakorn Chiang Mai Hospital. J Med Assoc Thail. 2014;97(10):999-1003.
27. Ansari A, Akhtar S, Aamir M. Causes and management of high fetal head in primigravida at term. Pak Armed Forces Med J. 2008;58(1):16-20. https://pafmj.org/index.php/PAFMJ/article/view/1697/1454
28. Adisso S, Atrevy N, Adisso EL, Mukanire, Perrin RX, Alihonou E. X-ray pelvimetry: prognosis of delivery by cephalous-pelvic confrontation in Cotonou. Int J Reprod Contracept Obstet Gynecol. 2017;6(9):3737-3741. http://dx.doi.org/10.18203/2320-1770.ijrcog20174017
29. Korhonen U, Taipale P, Heinonen S. Assessment of bony pelvis and vaginally assisted deliveries. ISRN Obstet Gynecol. 2013;2013:764782. doi: 10.1155/2013/763782
34. S. Srisukho, K. Srisupundit, T. Tongsong. Fulfillment of the criteria for diagnosis of cephalo-pelvic disproportion: ACOG guidelines. Clin. Exp. Obstet. Gynecol. 2020, 47(4), 500–504. https://doi.org/10.31083/j.ceog.2020.04.5272

Epidemiologi Cephalopelvic Dispr...
Penatalaksanaan Cephalopelvic Di...

Artikel Terkait

  • Menilai Risiko Partus Macet Karena Cephalopelvic Disproportion dengan Kamera 3 Dimensi – Telaah Jurnal Alomedika
    Menilai Risiko Partus Macet Karena Cephalopelvic Disproportion dengan Kamera 3 Dimensi – Telaah Jurnal Alomedika
Diskusi Terbaru
dr.Afif Naufar
Dibalas 20 jam yang lalu
Luka bakar terkena knalpot motor - ALOPALOOZA Dermatologi
Oleh: dr.Afif Naufar
1 Balasan
Alo Dokter. Pasien perempuan 22 tahun konsultasi melalui chat dengan keluhan kaki betis terkena knalpot 2 hari lalu. Luka sudah dikompres dingin dan diberi...
dr.Tia fajarsari
Dibalas 4 jam yang lalu
Tatalaksana lanjutan pada pasien dengan suspek hordeolum yang tidak membaik dengan antibiotik topikal
Oleh: dr.Tia fajarsari
1 Balasan
Alo dokter, izin tanya dok ada pasien usia 30 thn Keluhan benjolan di mata sebelah kiri dirasakan 1 minggu lebihMakin membesar dan nyeri Sdh di berikan obat...
dr. Kevyn Renaldy Wiratama Popang
Dibalas 17 jam yang lalu
Tatalaksana tangan kering dan sering gatal - ALOPALOOZA Dermatologi
Oleh: dr. Kevyn Renaldy Wiratama Popang
4 Balasan
Alo dokter, saya memiliki pasien remaja usia 15 tahun dengan keadaan di gambar, awalnya pasien tidak merasakan apa-apa ,namun sudah beberapa hari ini gatal...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.