Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Penatalaksanaan Cephalopelvic Disproportion general_alomedika 2023-03-07T10:35:21+07:00 2023-03-07T10:35:21+07:00
Cephalopelvic Disproportion
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Penatalaksanaan Cephalopelvic Disproportion

Oleh :
dr.Saphira Evani
Share To Social Media:

Penatalaksanaan terbaik untuk kondisi cephalopelvic disproportion (CPD) adalah sectio caesarea (SC) yang dapat direncanakan apabila hasil pemeriksaan kehamilan menunjukkan disproporsi kepala janin dan pelvis ibu atau terdapat tanda CPD yang jelas.

Tindakan SC dilakukan bila didapatkan janin dengan presentasi dahi atau muka. SC juga dipertimbangkan apabila CPD disertai dengan faktor lain seperti, primigravida tua, riwayat infertilitas lama, dan ibu hamil dengan penyakit jantung.

Sesuai dengan rekomendasi WHO, jumlah sectio caesarea yang dilakukan atas indikasi CPD seharusnya tidak lebih dari 5%. Peningkatan sectio caesarea melebihi angka tersebut diduga akibat adanya over-diagnosis CPD. Penentuan diagnosis CPD menggunakan kriteria diagnosis yang tepat dapat menurunkan angka SC yang tidak diperlukan.[26,34]

Percobaan Persalinan

Percobaan persalinan (trial of labor) dapat dilakukan pada kondisi CPD relatif atau hasil pemeriksaan panggul yang borderline dengan syarat his adekuat, serviks lunak, janin presentasi kepala dan kondisi janin hidup. Selama percobaan persalinan, tanda-tanda klinis CPD harus dievaluasi.

Percobaan persalinan berhasil apabila bayi lahir per vaginam serta keadaan ibu dan bayi post partum baik. Percobaan persalinan dihentikan dan diganti dengan metode SC apabila ada secondary arrest of dilatation (tidak ada penambahan dilatasi serviks setelah 2 jam pada kala I fase aktif), tanda gawat janin, dan tanda ruptur uteri.[1,24]

Sebuah penelitian menunjukkan pada 128 pasien yang menjalani percobaan persalinan per vaginam, 95 pasien akhirnya menjalani sectio caesarea (SC) elektif dan 56 pasien (58,9%) di antaranya dicurigai CPD. Pada kelompok pasien yang menjalani percobaan persalinan per vaginam didapatkan ukuran neonatus yang secara signifikan lebih kecil dibandingkan dengan kelompok SC.

Dari 128 pasien percobaan persalinan, 93 pasien (72,7%) berhasil melahirkan per vaginam. Pada pasien yang berhasil melahirkan per vaginam ditemukan ukuran PAP lebih besar dibandingkan dengan kelompok pasien SC. Ukuran neonatus juga lebih besar pada kelompok SC. Pada 35 pasien yang mengalami kegagalan pada percobaan persalinan, 18 pasien mengalami perpanjangan kala I, 15 pasien mengalami gawat janin, dan 2 pasien mengalami perpanjangan kala II.[20]

Simfisiotomi

Penatalaksanaan CPD lain adalah melalui tindakan simfisiotomi. Tindakan simfisiotomi dilakukan dengan cara memotong sebagian kartilago simfisis pubis menggunakan skalpel yang bertujuan untuk memperbesar ruang pada pelvis agar janin dapat lahir per vaginam.

Tindakan ini dilakukan dengan anestesi lokal infiltrasi. Oleh karena tingginya angka komplikasi berupa infeksi dan nyeri kronis yang ditimbulkan pasca tindakan, maka simfisiotomi sudah hampir tidak pernah dilakukan.[30]

Indikasi utama simfisiotomi adalah CPD dengan presentasi kepala. Simfisiotomi hanya dilakukan pada daerah yang tidak tersedia fasilitas SC dan pada kondisi life-saving ketika keadaan umum ibu tidak memungkinkan untuk dilakukan SC.[30]

Kraniotomi

Kraniotomi dapat dilakukan sebagai penatalaksanaan pada kasus CPD bila janin sudah mati, pembukaan serviks >7 cm, ketuban sudah pecah, tidak ada kelainan pada jalan lahir, dan pemeriksa yakin tidak terdapat tanda ruptur uteri. Kraniotomi tidak dilakukan pada kasus hidrosefalus.[24]

 

 

Direvisi oleh: dr. Felicia Sutarli

Referensi

1. Leveno K, Bloom S, Casey B. William Obstetrics 26th. Edition. New York: McGraw-Hill Professional; 2022.
20. Franz M, von Bismarck A, Delius M, Ertl-Wagner B, Deppe C, Mahner S, et al. MR pelvimetry: prognosis for successful vaginal delivery in patients with suspected fetopelvic disproportion or breech presentation at term. Arch Gynecol Obstet. 2017;295(2):351-359. DOI 10.1007/s00404-016-4276-6
24. Kemenkes RI-WHO. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan. Jakarta; 2013.
26. Srisukho S, Tongsong T, Srisupundit K. Adherence to guidelines on the diagnosis of cephalopelvic disproportion at Maharaj Nakorn Chiang Mai Hospital. J Med Assoc Thail. 2014;97(10):999-1003.
30. Hofmeyr GJ, Shweni PM. Symphisiotomy for feto-pelvic disproportion (protocol). Cochrane Database Syst Rev. 2010;6(10):CD005299. doi: 10.1002/14651858.CD005299.pub2.
34. S. Srisukho, K. Srisupundit, T. Tongsong. Fulfillment of the criteria for diagnosis of cephalo-pelvic disproportion: ACOG guidelines. Clin. Exp. Obstet. Gynecol. 2020, 47(4), 500–504. https://doi.org/10.31083/j.ceog.2020.04.5272

Diagnosis Cephalopelvic Dispropo...
Prognosis Cephalopelvic Dispropo...

Artikel Terkait

  • Menilai Risiko Partus Macet Karena Cephalopelvic Disproportion dengan Kamera 3 Dimensi – Telaah Jurnal Alomedika
    Menilai Risiko Partus Macet Karena Cephalopelvic Disproportion dengan Kamera 3 Dimensi – Telaah Jurnal Alomedika
Diskusi Terbaru
dr.Afif Naufar
Dibalas 20 jam yang lalu
Luka bakar terkena knalpot motor - ALOPALOOZA Dermatologi
Oleh: dr.Afif Naufar
1 Balasan
Alo Dokter. Pasien perempuan 22 tahun konsultasi melalui chat dengan keluhan kaki betis terkena knalpot 2 hari lalu. Luka sudah dikompres dingin dan diberi...
dr.Tia fajarsari
Dibalas 4 jam yang lalu
Tatalaksana lanjutan pada pasien dengan suspek hordeolum yang tidak membaik dengan antibiotik topikal
Oleh: dr.Tia fajarsari
1 Balasan
Alo dokter, izin tanya dok ada pasien usia 30 thn Keluhan benjolan di mata sebelah kiri dirasakan 1 minggu lebihMakin membesar dan nyeri Sdh di berikan obat...
dr. Kevyn Renaldy Wiratama Popang
Dibalas 17 jam yang lalu
Tatalaksana tangan kering dan sering gatal - ALOPALOOZA Dermatologi
Oleh: dr. Kevyn Renaldy Wiratama Popang
4 Balasan
Alo dokter, saya memiliki pasien remaja usia 15 tahun dengan keadaan di gambar, awalnya pasien tidak merasakan apa-apa ,namun sudah beberapa hari ini gatal...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.