Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Etiologi Endometriosis general_alomedika 2022-11-28T20:32:57+07:00 2022-11-28T20:32:57+07:00
Endometriosis
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan
  • Panduan e-Prescription

Etiologi Endometriosis

Oleh :
dr. Agnes Tjakrapawira
Share To Social Media:

Etiologi endometriosis yang paling umum adalah menstruasi retrograde, yaitu aliran darah menstruasi yang berbalik. Riwayat keluarga dan dugaan lain sebagai etiologi endometriosis memerlukan penelitian yang lebih lanjut.

Menstruasi Retrograde

Menstruasi retrograde menjelaskan sebab letak implantasi endometrium yang ektopik atau tidak pada tempat asalnya. Namun, hanya sebagian dari wanita yang mengalami menstruasi retrograde yang mengalami endometriosis. Hal ini diduga akibat perbedaan sistem imunitas.[2,4,5,8]

Disfungsi Imunologi

Terdapat hipotesis yang mengatakan bahwa endometriosis merupakan kondisi autoimun karena terdapatnya perbedaan antara imunitas pada wanita dengan endometriosis dan wanita tanpa endometriosis. Perbedaan ini berpengaruh pada respons imun yang terganggu, yang berujung pada kegagalan pembersihan endometriosis dari permukaan peritoneum. Terganggunya respons imun pada wanita dengan endometriosis berkontribusi besar terhadap perjalanan penyakit.

Beberapa teori menjelaskan bahwa disfungsi imunitas berasal dari mutasi atau disregulasi gen yang bersifat bawaan. Peningkatan imunitas humoral dan aktivasi makrofag berjalan bersamaan dengan penurunan sel natural killer T dan sel T, yang berperan dalam imunitas yang dimediasi sel. RANTES (Regulated on Activation, Normal T Expressed) yang juga dikenal sebagai C-C motif chemokine ligand 5 (CCL5) adalah sitokin kemotaktik yang memainkan peran aktif dalam merekrut leukosit ke lokasi yang mengalami inflamasi. Wanita dengan endometriosis memiliki RANTES yang diproduksi dari endometriosis ektopik. Produksi RANTES dapat berkontribusi pada peningkatan leukosit di peritoneum dan memperburuk reaksi inflamasi.[1-10,13-18]

Metaplasia

Teori metaplasia epitel selomik menjelaskan bahwa epitel selomik masih memiliki kemampuan untuk berproliferasi. Hal ini terbukti dari epitel permukaan ovarium yang dapat berdiferensiasi menjadi beberapa tipe sel histologi yang berbeda. Teori ini juga menjelaskan kondisi endometriosis yang tidak dapat dijelaskan melalui teori menstruasi retrograde. Teori metaplasia epitel selomik menjelaskan mengapa endometriosis dapat terjadi pada remaja yang belum mengalami menarke, wanita yang tidak memiliki uterus, dan sangat jarang terjadi pada pria.[1-8]

Genetik

Sebuah studi internasional menganalisis 1.176 keluarga, di mana salah satu anggota dari keluarga tersebut terkena endometriosis. Studi tersebut meneliti saudara kandung mereka dan menemukan hubungan signifikan antara penyakit endometriosis dan kromosom 10q26. Dengan kelompok yang sama, pada 248 keluarga yang mempunyai lebih dari 3 anggota keluarga yang mengalami endometriosis, ditemukan bahwa ada hubungan signifikan pada kromosom 7p13-15. Namun, mutasi gen tidak bisa diidentifikasi pada kelompok ini.[6-8]

GWASs (Genome-wide association studies) telah melakukan studi besar semenjak tahun 2010. Dari hasil studi meta analisis ditemukan adanya tambahan lokus, seperti cyclin-dependent kinase inhibitor 2B antisense RNA (CDKN2B-AS1) pada kromosom 7p15.2 dan vezatin (VEZT) pada kromosom 2p14. Namun, walaupun studi skala besar telah dilakukan, tidak terdapat laporan gen-gen ini dalam kasus keluarga dengan endometriosis. Sampai saat ini, studi-studi ini belum menghasilkan identifikasi terapi.[6-8]

Sisa Sel Mullerian

Teori serupa dengan teori metaplasia epitel selomik juga terjadi pada sisa sel Mullerian. Duktus mullerian terbentuk dari epitel selomik saat perkembangan fetus terjadi. Sel Mullerian yang tersisa disebut masih memiliki kemampuan untuk berproliferasi jika terstimulasi oleh hormon estrogen.[6,8]

Penyebaran Secara Anatomi

Menurut teori Sampson, pada wanita dengan endometriosis mengalami menstruasi retrograde, di mana darah menstruasi berbalik arah, tidak menuju vagina melainkan menuju peritoneum. Produk peluruhan dinding endometrium pada peritoneum melalui tuba falopi. Penyebaran secara anatomi paling umum adalah melalui tuba falopi.[1-10,17]

Teori penyebaran melalui sistem limfatik dan pembuluh darah sesuai dengan Sampson yang mengatakan bahwa fragmen jaringan endometrium dapat memasuki sirkulasi seperti limfatik. Dari sirkulasi limfatik, fragmen jaringan endometrium kemudian berpindah ke lokasi ektopik. Teori penyebaran melalui sistem limfatik telah disarankan untuk menjelaskan jaringan endometrium pada kelenjar getah bening pada beberapa wanita. Terjadinya endometriosis pada lokasi yang tidak umum, seperti paru-paru, juga dapat dijelaskan oleh penyebaran limfatik dan pembuluh darah.[1,6,8,12,19-21]

Faktor Risiko

Beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko endometriosis adalah:

Riwayat Keluarga

Faktor risiko endometriosis erat hubungannya dengan riwayat keluarga. Pada kerabat tingkat pertama, peningkatan risiko mencapai 7-10 kali lipat. Faktor genetik menjelaskan pernyataan ini. Ditemukan pada studi terhadap 3096 pasien kembar, jika salah satunya mempunyai endometriosis maka kemungkinan untuk kembarannya memiliki endometriosis adalah 52%.[4,6-8]

Faktor Lainnya

Faktor risiko endometriosis lainya masih belum jelas. Namun, teori mengatakan predisposisi individu, seperti cacat bawaan uterus, dapat berkontribusi dalam endometriosis.  Pernyataan tersebut masih membutuhkan studi lebih lanjut. Faktor lain, seperti menarke dini, siklus menstruasi yang pendek, periode menstruasi yang panjang, dan nuliparitas, terkait dengan peningkatan risiko. Peningkatan prevalensi endometriosis dilaporkan terjadi pada wanita dengan indeks massa tubuh yang rendah dan mengonsumsi alkohol.[2,4,6]

Beberapa studi menemukan adanya peningkatan risiko endometriosis pada wanita dengan diet tinggi lemak trans, yang biasanya ditemukan pada daging merah. Penelitian ini juga melaporkan penurunan risiko dengan diet yang mengandung asam lemak omega 3 yang merupakan rantai panjang asam lemak tak jenuh ganda.[13,14,18]

Referensi

1. Yong PJ, Matwani S, Brace C, et al. 2019. Endometriosis and ectopic pregnancy: A meta-analysis. Journal of Minimally Invasive Gynecology. doi:10.1016/j.jmig.2019.09.778
2. Greene AD, Lang SA, Kendziorski JA, et al. 2016. Endometriosis: where are we and where are we going? Reproduction, 152(3), R63–R78. doi:10.1530/rep-16-0052
3. Liu, Z. 2016. Inflammation and endometriosis. Frontiers in Bioscience, 21(5), 941–948. doi:10.2741/4431
4. Falcone T, Flyckt R. 2018. Clinical Management of Endometriosis. Obstetrics & Gynecology, 131(3), 557–571. doi:10.1097/aog.0000000000002469
5. Tanbo T, Fedorcsak P. 2017. Endometriosis-associated infertility: aspects of pathophysiological mechanisms and treatment options. Acta Obstetricia et Gynecologica Scandinavica, 96(6), 659–667. doi:10.1111/aogs.13082
6. Koninckx PR, Ussia A, Adamyan L, et al. 2018. Pathogenesis of endometriosis: the genetic/epigenetic theory. Fertility and Sterility. doi:10.1016/j.fertnstert.2018.10.013
7. Dowlut-McElroy T, Strickland JL. 2017. Endometriosis in adolescents. Current Opinion in Obstetrics and Gynecology, 29(5), 306–309. doi:10.1097/gco.0000000000000402
8. Bulun SE, Yilmaz BD, Sison C, et al. 2019. Endometriosis. Endocrine Reviews, 40(4), 1048–1079. doi:10.1210/er.2018-00242
9. Donnellan N, Sanfilippo J, Stuparich M. 2016. Endometriosis in the Adolescent Patient. Seminars in Reproductive Medicine, 35(01), 102–109. doi:10.1055/s-0036-1597121
10. Tomassetti C, D’Hooghe T. 2018. Endometriosis and infertility: Insights into the causal link and management strategies. Best Practice & Research Clinical Obstetrics & Gynaecology. doi:10.1016/j.bpobgyn.2018.06.002
12. Fassbender A, Vodolazkaia A, Saunders P, et al. 2013. Biomarkers of endometriosis. Fertility and Sterility, 99(4), 1135–1145. doi:10.1016/j.fertnstert.2013.01.097
13. Kong S, Zhang Y, Liu C, et al. 2014. The Complementary and Alternative Medicine for Endometriosis: A Review of Utilization and Mechanism. Evidence-Based Complementary and Alternative Medicine, 2014, 1–16. doi:10.1155/2014/146383
14. Schorge JO, Modesitt SC, Coleman RL, et al. 2010. SGO White Paper on Ovarian Cancer: Etiology, Screening and Surveillance. Gynecologic Oncology, 119(1), 7–17. doi:10.1016/j.ygyno.2010.06.003
15. Gadducci A, Lanfredini N, Tana R. 2014. Novel insights on the malignant transformation of endometriosis into ovarian carcinoma. Gynecological Endocrinology, 30(9), 612–617. doi:10.3109/09513590.2014.926325
16. Sutrisno S, Wulandari RCL, Sulistyowati DWW, et al. 2015. Effect of genistein on proinflammatory cytokines and estrogen receptor–β in mice model of endometriosis. Asian Pacific Journal of Reproduction, 4(2), 96–99. doi:10.1016/s2305-0500(15)30003-8
17. Bonocher CM, Montenegro ML, Rosa e Silva JC, et al. 2014. Endometriosis and physical exercises: a systematic review. Reproductive Biology and Endocrinology, 12(1), 4. doi:10.1186/1477-7827-12-4
18. Hansen SO, Knudsen UB. 2013. Endometriosis, dysmenorrhoea and diet. European Journal of Obstetrics & Gynecology and Reproductive Biology, 169(2), 162–171. doi:10.1016/j.ejogrb.2013.03.028
19. Jerman LF, Hey-Cunningham AJ. 2015. The Role of the Lymphatic System in Endometriosis: A Comprehensive Review of the Literature1. Biology of Reproduction, 92(3). doi:10.1095/biolreprod.114.124313
20. Visser NCM, Werner HMJ, Krakstad C, et al. 2017. Type of vascular invasion in association with progress of endometrial cancer. APMIS, 125(12), 1084–1091. doi:10.1111/apm.12774
21. Kimyon CG, Basaran D, Ergin AH, et al. 2018. Blood Vessel Invasion in Endometrial Cancer Is One of the Mechanisms of Spread to the Cervix. Pathology & Oncology Research. doi:10.1007/s12253-018-0498-1

Patofisiologi Endometriosis
Epidemiologi Endometriosis

Artikel Terkait

  • Risiko Kanker Ovarium pada Endometriosis
    Risiko Kanker Ovarium pada Endometriosis
Diskusi Terkait
dr. Gabriela
Dibalas 05 Mei 2023, 14:32
Peran Dienogest untuk Terapi Endometriosis Jangka Panjang - Artikel SKP Alomedik
Oleh: dr. Gabriela
1 Balasan
ALO Dokter!Hampir 10% dari populasi wanita di dunia mengalami endometriosis, yaitu kondisi dimana sel endometrium berproliferasi di luar uterus. Proliferasi...
Anonymous
Dibalas 22 Desember 2022, 16:17
Massa berwarna hitam pada pusar
Oleh: Anonymous
4 Balasan
Alo dokter, izin bertanya. Pasien wanita berusia 21 tahun belum menikah, mengeluhkan ada massa sebesar biji jagung di dalam pusarnya. Keluhan ini baru...
Anonymous
Dibalas 02 Juni 2022, 09:17
Endometriosis dan anovulasi
Oleh: Anonymous
2 Balasan
Alo dokter, bagaimana kah gambaran lesi endometriosis pada pemeriksaan USG transvaginal jika pasien tidak bisa melakukan laparoskopi? Jika endometriosis...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.